"What are you guys looking at?" bentak Jess, tampak semakin muak sebab orang-orang yang diharapkannya memberi jawaban justru tetap memilih diam. "What's with the silent? Are you guys mute or something?"
Tanya itu membuat Setya tersinggung. Dia siap berdiri untuk balik mengkonfrontasi tatkala Ervano sigap menahan.
"No, Febri. Stay. Jangan dilawan. Biarin aja dia."
Mau tidak mau, Setya menurut. Dia mendengkus, memandangi Feryan yang diyakini tengah memendam amarah juga kini. Bila menuruti mau sendiri, inginnya Setya melemparkan gelas berisi minuman ke wajah alpha bule kurang ajar di mejanya ini.
Pemuda omega itu masih beradu sorot mata kesal dengan alpha sombong di sampingnya ketika akhirnya memutuskan untuk mengambil seluruh barang bawaan. "Gue mendingan pergi duluan kalo gitu. Kalian silakan lanjutin aja makannya," ucap Feryan lantas berdiri sambil memasukkan ponsel ke kantung celana. "Bye." Tanpa menghiraukan Jess, dia berlalu dari sana.
Jess
Setya dan Ervano berjalan beriringan, Dyas berada di tengah-tengah, dengan Saga dan Feryan yang juga melangkah sambil bergandengan tangan. Bersama, mereka berlima berjalan-jalan mengelilingi mall sebagai pelepas penat setelah siang tadi berjumpa dengan Jess yang justru menghancurkan mood semua orang. Terutama Saga, yang kini tampak berulang kali mengelus-elus letak luka di sisi kepala yang didapatnya tempo hari. Melihat itu, Feryan mengernyit seraya turut menyentuh. "Kepala elo kenapa? Masih sakit, kah?" Mendengar tanya itu refleks saja Saga menggeleng pelan. "Huh? No. I'm fine. Nyeri sedikit aja, sih. Tapi udah nggak apa-apa asalkan gak dipegang, kok." Tepat sesudah dia mengatakan itu, tangan usil Ervano secara sengaja memukul bagian yang dimaksudkan dan membikin dia mengaduh. "Aww! You asshole!" Saga memaki sembari balas memukul bahu sahabat alphanya yang tertawa puas. "Oh. Beneran sakit?" Ervano sigap berdiri ke sisi paling kanan menghindari serangan balas
"APA KALIAN BILANG?" Jess murka, membentak dua sosok di depannya dengan sorot yang sangat bengis setelah mendengar penjelasan mereka mengenai tak ingin lagi mengikuti titah darinya. "Kalian sudah gagal, dan sekarang ingin berhenti? Apa kalian sudah kehilangan akal sehat?" Seorang beta dengan perawakan lebih tinggi menunduk, kedua matanya yang tampak lesu dan memerah akibat kekurangan tidur menatap alpha di hadapannya agak segan. "Maaf, Tuan. Tapi kami benar-benar tidak bisa melanjutkan tugas dari Anda." Partner di sebelahnya mengangguk setuju dengan paras yang sama lesu dan agak babak belur. "Betul, Tuan. Berhari-hari belakangan ini kami sudah diburu oleh banyak pihak kepolisian sejak insiden di mall waktu itu. Kami tidak mau sampai tertangkap," ujarnya menambahkan. Berpikir tentang betapa berisikonya pekerjaan kotor ini. Mereka menjadi buronan, nyaris selalu tak bisa tenang sebab takut tertangkap, sudah begitu berurusan dengan golongan konglome
Desyana Ayudiah mengalihkan perhatian dari televisi, kemudian bangun dari sofa sewaktu mendengar suara ketukan dari luar pintu rumahnya. Dengan tergesa-gesa wanita omega ini melangkah menuju pintu, membuka kuncian lalu menguaknya. Untuk mendapati sosok kekasih sang putra yang tengah berdiri di baliknya. "Oh, Nak Saga datang." Desyana menyambut kedatangan alpha ini penuh suka cita. "Hai, Tante. Selamat sore." Saga menyapa disertai senyuman lebar sembari mengedarkan pandangan. Melihat gelagat itu, Desyana refleks membuka daun pintu lebih lebar. "Ayo, masuk. Mau ketemu Fery, 'kan?" Tentu saja pemuda ini berniat menemui putra semata wayangnya, 'kan? Memangnya tujuan apa lagi yang mendasari alpha ini sampai jauh-jauh datang ke rumahnya? Wanita berusia 40 tahun ini nyaris memukul kepala sendiri menyadari pertanyaannya yang konyol. Ditanyai demikian, Saga jadi agak terlonjak sebelum perlahan mengangguk. "Iya, Tante." "Dia ada di dalam
"Feryan!" Laura McLauren Fransiskus menyambut kedatangan calon menantunya dengan pelukan hangat. Diusap-usapnya lembut punggung pemuda yang amat dikasihi olehnya ini penuh sayang. "I'm glad you look fine." Saga tersenyum menyaksikan pemandangan di hadapannya. Mengetahui sang Mommy amat menyayangi omega yang dipilihnya, itu lebih dari sebuah ekspektasi yang menjadi nyata bahkan tanpa dia meminta. Feryan terkekeh. "Tante gimana kabarnya?" tanyanya sesudah melepaskan pelukan. Laura tersenyum simpul disertai anggukkan. "Kabar tante baik kok, Sayang." Lalu matanya melirik ke belakang pemuda omega ini, mencari-cari sosok lain yang diundangnya juga untuk datang. "Kamu kok datangnya sendirian aja? Ibu kamu ke mana?" Ditodong tanya itu, Feryan mengerling Saga sekilas dengan sorot mata malas. "Saga pasti lupa bilang ke Tante, ya? Ibu lagi dalam masa heat sekarang. Jadinya, untuk sementara waktu ngurung diri dulu di rumah. Nggak bisa ke mana-mana." Infor
Saga bantu melepaskan sabuk pengaman Feryan. Menyusul menyerahkan plastik berisi sate yang dipesannya untuk Ibu sang kekasih, sesudah itu membuka kunci pada pintu mobil. Puncak kepala omega ini diusap-usap Saga lembut. "Bye. Sorry, karena gue gak bisa ngantar sampe ke dalam. Tolong kasih salam aja dari gue untuk Tante." Feryan tersenyum sambil mengangguk-angguk. "Iya, gue ngerti, kok." "Besok, elo jangan lupa ke butik lagi, ya. Jangan sampe bangun kesiangan!" ujar Saga mengingatkan dengan ekspresi tegas, dibalas cengiran oleh Feryan yang lantas memberi kecupan di bibir. "Mulut lo bau kambing." Keluhan usil itu spontan saja membikin alpha ini mendapatkan tamparan pelan di pipi. "Bacot lo!" Feryan mendengkus. "Hahaha!" Reaksi yang mendatangkan tawa itu membuat Saga akhirnya balas mendaratkan ciuman. Lebih lama. "Bye. Thanks for today. I love you." Ucapan itu menjadikan Feryan agak tersipu. Begitu keluar dari mobil, dia melambaikan tangan
Baik Feryan maupun Jess sama-sama membisu selama duduk bersebelahan. Omega ini tidak tahu dia akan dibawa ke mana, sementara sang alpha tidak sabar ingin segera membawa Feryan ke tempat yang ingin dituju olehnya. Demi menyempurnakan rencana. Jess menyandarkan badan ke kursi kemudi, berlagak santai atas tindakan kriminal yang padahal tengah dilakukan. "Kau bingung? Ketakutan? Aku memaklumi jika kau merasa demikian," ujarnya yang akhirnya membuka suara, melirik sosok omega di sampingnya yang tampak menarik napas panjang. "Aku dengar kau sudah kembali ke UK." Respons itu membuat Jess terkekeh mengejek. "Oh, iya. Aku melakukan itu hanya untuk mengelabui kalian semua. Demi melancarkan rencana finalku. Untuk menyingkirkanmu." Jawaban itu tentu saja sudah mampu Feryan tebak. Jadi, dia menoleh untuk memandang pada Jess yang masih memperlihatkan senyuman. "Aku pikir rencana terbaik yang bisa kau lakukan adalah pulang ke UK dan tidak pernah kembali ke sini lagi
"TIDAK! FERYAN! BUKA MATAMU!" Jess berteriak histeris sembari menepuk-nepuk pipi Feryan dengan kasar. "HEY! KAU DENGAR AKU? JANGAN MATI DI SINI, OMEGA SIALAN! KENAPA KAU ... APA YANG AKAN SAGA .... " Bibirnya gemetaran sebab tak lagi sanggup berkata-kata. "ARRRGHHH! TOLONG! SIAPA PUN, TOLONG KAMI!" Jeritan keputus-asaan itu bersahutan, bertepatan dengan datangnya satu per satu rombongan dari; mobil hitam, mobil polisi hingga sirine ambulance yang terdengar dari kejauhan. Pun, tiga helicopter tampak mondar-mandir terbang tepat di atas langit di mana posisi Jess berada. Motor yang digunakan oleh komplotan pelaku penusukkan pun berhasil dicegat dengan cara ditabrak dari samping, hingga dua sosok pria beta itu jatuh bergulingan ke jalan. Dari dalam mobil yang menabrak, Tommy Andy Samudera memunculkan diri selagi melaporkan situasi kepada Tuan Besarnya sembari menyaksikan dari kejauhan ketika Feryan mulai digotong ke dalam ambulance. "Halo, Tuan Ardian. Tu
Juanda Saga Fransiskus terus berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang UGD tanpa menghiraukan dua pasangan orang tua yang jadi turut gelisah akibat melihat tindakannya. Menunggu dokter muncul dari ruang UGD, ditambah menanti kabar mengenai kondisi Feryan yang proses dioperasinya bagai tak kunjung usai. Laura menarik napas tidak sabar. "Dokter kenapa lama, ya? Padahal aku mau tau kondisi menantu kita dan kandungannya." Mendengar protes itu, Desyana pun semakin merasa gamang. "Maaf sebelumnya. Saya sendiri belum yakin apakah hasil testpack milik Fery akurat. Bila nanti dokter keluar memberi kabar bahwa Feryan ternyata nggak hamil, saya harap Miss Laura dan yang lain nggak kecewa." Perkataan itu membuat Saga berhenti berjalan, sedangkan Laura, Julius dan Ardian sontak melirik penuh iba. Ardian kembali merangkul wanita omega di sampingnya ini dengan lembut. "Yang terpenting adalah keselamatan dia, Syana. Entah hasilnya positif atau nggak, yang paling pe