Bukan kau yang sulit untuk melupakannya. Melainkan karena kau yang mengundangnya untuk selalu mengiang di pikiranmu. Jadi, jangan salahkan keadaan apalagi menyalahkannya. Namun intropeksi dirilah!
• • •Saat itu mereka berdua sedang mempersiapkan makanan untuk makan siang. Elios bertugas di dapur kecil yang tepatnya di belakang tenda. Karena merasa kasian, Aleysia pun membantu lelaki dingin itu.
"Oh iya, Ley. Chelsea nanyain lo. Masih inget kan lo?"tanya Elios sambil memandangi Aleysia yang sedang sibuk dengan kegiatannya.
Karena mendegar nama Chelsea , Aleysia langsung duduk menghampiri Elios. "Masih inget donk, gue kangen sama dia, Yos.". Elios hanya menyunggingkan senyum smirknya.
Jangan merasa menjadi orang baik jika sifatmu saja buruk pada orang lainJangan merasa menjadi orang baik jika berbuat baik pun tidak bisaDunia bukan milikmu seorang yang bisa kau gunakan sesuka hatimu. Maaf, dunia tak semiris itu!----Setelah insiden yang terjadi pada Zella, kini Vano lebih sering terdiam. Mungkin rasa bersalah masih melekat pada diri lelaki berkaki hantu itu. Gibran yang sudah tahu semua masalahnya mencoba menutupi aib Vano. Bagaimana pun Vano adalah sahabatnya."Lo tau gak sih, Van. Tadi tuh ya Zella keadaannya miris banget. Kayaknya takut banget sama kegelapan."perkataan Eric yang membuat Vano langsung menoleh. Wajah Vano pun seketika cemas sedangkan Gibran yang berada di samping Vano langsung mendelikkan matanya.Vano terdiam. "Tapi dia sekarang baik-baik aja, kan?""Baik
Tetaplah berbuat baik sekalipun orang lain membecimu.Karena Tuhan menyukai kebaikan dan kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula.° ° °Hari ini adalah hari kedua mereka berkemah dan ini adalah waktunya untuk pulang. Semua berkumpul untuk masuk ke bus masing-masing. Selama di perjalanan mereka menghabiskan waktunya untuk terlelap karena begitu kelelahan.Terlihat pula Ladies Brave yang sudah mulai memejamkan matanya. Namun saat akan memejamkan mata, Zella bertatap wajah dengan mata Vano. Seketika mereka langsung membuang muka. Setelah kejadian Zella yang ditolong Vano tak tahu kenapa Zella semakin jutek pada Vano seakan-akan Zella membenci Vano."Nay, ntar ke rumah gue ya."tutur Gibran sambil menghampiri Nayfira.Nayfira menghembuskan nafasnya kasar. Ia merasa terganggu karena Gibran telah menganggu mimpinya. "Ish, ngapain? Gue cape, Gi
Manusia harus lebih kuat dari hujan yang berjatuhan serta memberi manfaat. Ingatlah, kau tidak sendiri. Masih banyak orang yang bisa membuatmu kuat dan bangkit.• • •Seorang wanita berdiri di depan gerbang. Ia terus saja memperhatikan arlojinya yang dimana detik jarumnya terus berputar. Terkadang pun ia memperhatikan jalanan yang mungkin saja lelaki yang akan ia tunggu segera datang. Sudah kurang lebih lima belas menit ia menunggu kedatangan lelaki itu namun tak kunjung datang juga.Di tempat lain seorang lelaki memperhatikan tingkah wanita itu. Lelaki itu tersenyum dan berniat untuk menghampiri wanita itu. Dengan langkah semangat akhirnya lelaki itu pun menghampiri wanita bertubuh model itu."Nunggu siapa?"tanya lelaki itu.Wanita itu menoleh saat suara lelaki terdengar tepat di samping telinganya. "Seseorang."jawabnya
Kau memang bukan cinta pertamaku.Namun entah mengapa kehadiranmu membuatku lupa dengan cinta pertamaku• • •Nayfira'sAku melangkahkan kakiku menuju sebuah rumah yang cukup mewah. Terlihat pohon-pohon rindang dan tanaman yang telah berjejer rapi di halaman rumah itu. Terlihat pula garasi yang telah diisi sebuah mobil berwarna merah.Sebenarnya aku cukup malas untuk datang ke rumah ini namun mengingat aku masih menjadi asisten Gibran mau tak mau aku harus datang dan memang sebelumnya pun ia sudah memintaku untuk datang ke rumahnya.Aku mengetuk pintu rumahnya dan cukup lama aku harus menunggu pintu itu terbuka. Terdengar suara teriakan wanita yang mendekati pintu itu. Seketika aku mundur setelah terdengar suara kenop pintu mulai terbuka.Wanita itu tersenyum ke arahku. "Haaii, seorang wa
Jika saja hujan bisa jatuh dengan tepat ke tanah,Maka mengapa kau tidak bisa labuhkan pada orang yang sudah tepat untukmu dan itu ialah diriku???• • •"Iya, Mami gue tuh ada tahi lalatnya di deket mata. Emang lo gak nyadar ya tadi?"ucap Gibran yang masih nyaman dengan Nayfira yang sedang menggeleng-gelengkan pipinya."Nggak."jawab Nayfira."Mami gue tuh punya tahi lalat disini."kata Gibran sambil menyentuh tahi lalat Nayfira yang terletak di dekat mata. Nayfira langsung melepaskan tangannya.Seketika wajah Gibran mendekat ke wajah Nayfira sontak wajah Nayfira menimbulkan semburat merah di pipinya dan gugup. Perlahan Nayfira menutup matanya lalu tersenyum. Mata Gibran pun seolah-olah akan menguasai Nayfira dibuktikan dengan mata Gibran yang memperhatikan setiap inci wajah cantik Nayfira."Ehh kayaknya di
Aku dengan hidupkudan kamu dengan hidupmuKita memang berbedaPantas saja tidak pernah bersama• • •"Mami, ko ada mereka disini?"tanya Belva. Badannya dihempaskan ke sofa kemudian duduk di samping Mami Gibran."Siapa? Nayfira?"tanya Mami Gibran yang melihat mata Belva melirik Nayfira serta sahabat-sahabatnya yang tengah bercanda gurai bersama kelima laki-laki itu.Belva mengangkat alisnya menandakan iya sedangkan Mami Gibran mengerutkan dahi. "Memangnya kenapa?"tanya Mami Gibran.Belva cukup tersentak. "Mami, mereka itu orang-orang kampung yaa maksud Belva itu gak levellah temenan sama Gibran."Mami Gibran masih dalam kebingungan. "Maksudnya apa sih? Mereka baik ko apalagi Nayfira, dia pinter masak. Mami suka."Wanita berulah itu tertawa sinis. Ia kira Mami G
Selamat, Kamu begitu luar biasaSelamat, bagaimana Kamu bisa terlihat begitu baik-baik saja?Bagaimana bisa Kamu menginjak-injak ku?Aku melihat senyummu, Aku rasa Kamu sudah melupakan semuanyaTranslate~~Congratulations: DAY 6••**••"Bisa sakit juga lo, Cal?"dengan suara lantang dan sambil menepuk kaki Calista, Jessy tertawa terbahak-bahak."Isshh! Sakit!"ketus Calista.Kini Calista tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit. Kakinya terkilir saat masa pemotretan. Entah karena ceroboh atau memang sudah takdir ia terjatuh hingga kaki kirinya sekarang harus memakai perban."Uumm kalian kesini gak bawa buah atau apa gitu?"tanya Calista dan matanya sambil celingak-celingu
Terimakasih sudah hadir di hidupku tanpa izinLalu pergi tanpa permisi...~•~"Calista!"seru Vernan mengejutkanku sambil menepuk bahuku. Seketika aku menoleh ke arahnya. Padahal disitu aku sedang memperhatikan Kak Eric yang tiba-tiba saja murung."Kenapa?"tanya Vernan sambil mengelus kepalaku sedangkan aku hanya menggeleng.Kulihat Kak Eric malah duduk sambil memainkan rotinya namun sesekali Zella yang berada di sampingnya mengajaknya untuk berbincang."Heyy Jessy! Ada sabem disini ko biasa aja sih."teriak Vernan menghentikan tawa Jessy bersama yang lainnya. Begitupun dengan Kak Eric yang langsung menoleh ke arah Vernan."Hahaha sabem apaan lo. Sabem konyol."jawab Jessy namun tetap menghormati sabemnya itu yang telah melatih di club taekwondo. Mereka pun bersalaman khas taekwondo yang aku pun kurang mengerti.