Bersyukurlah selama
Nafasmu masih berjalanWaktu masih bergulirDan raga masih tegak berdiriItu tandanya Tuhan masih peduli dan menyayangimu walau dirimu sempat lalai pada-Nya
-"-Mereka harus menunggu lebih banyak waktu agar mimpi itu bukan sekedar angan-angan lagi apalagi gagal karena hal kecil.
"Kesel gue sama Bang Johan, bisa-bisanya dia keluarin gue dengan cara sadis gitu!"geram Calista sambil mengacak-ngacak spageti yang akan ia santap.
"Sadis gimana? Ngebunuh loe maksudnya?"tanya Zella heran.
"Ya kali dibunuh, kalo dibunuh berarti ini adalah hantu Calista."ujar Nayfira dengan penuh percaya diri.
Semua sahabatnya melongo menanggapi apa yang dikatakan Nayfira dan suasana seketika hening.
Karena merasa malu, Nayfira meneguk jus jeruk yang ada di hadapannya itu dan matanya mulai menulusuri keadaan sekitarnya.
"Sabar, Cal. Gue juga gak jadi tuh berangkat ke Korea gara-gara gue ngelamun mulu."tutur Aleysia lemas. Ia begitu menyesal atas perbuatannya.
"Gue kan udah bilang. Gak apa-apa kita gagal di masa ini tapi liat nanti di masa depan. Percaya deh sama gue napa!"tegas Jessy.
Saat itu mereka sedang berkumpul di sebuah cafe untuk merefresh pikirannya masing-masing.
"Nahh, tinggal giliran gue sama Zella nih yang mau berjuang!"ujar Nayfira dengan semangat.
"Semangat kalian. Kita percaya ko sama kalian."Aleysia mencubit-cubit pipi Nayfira hingga membuat Nayfira kesakitan dan mengusap pipinya dan memasang wajah kesal.
"Jangan tanyakan soal do'a, sahabat-sahabat kita ini tanpa disuruh ngedo'a udah berdo'a duluan."jelas Jessy sambil mengacak-acak rambut Zella.
"Loe di tes masaknya di hotel dulu, kan?"tanya Calista pada Nayfira.
"Iya di hotel dulu, tapi kalau gue lulus gue bisa lanjut ke ajang yang tinggi gitu terus gue bisa punya peluang jadi chef hingga ke luar negeri."tutur Nayfira dengan panjang lebar sambil tepuk tangan sendirian.
Zella yang berada di sampingnya tertawa dan ikut bertepuk tangan walau sebenarnya ia sendiri bingung kenapa ia harus bertepuk tangan.
"Btw, kalo loe di tes beasiswa dimana? Terus kalo loe berhasil loe jadi kan satu sekolah sama kita?"tanya Jessy pada Zella.
Usia mereka memang masih menginjak kelas 3 SMP dan sekarang akan melanjutkan ke SMA yang akan dipilih.
Tidak seperti sahabat-sahabat yang lainnya yang sudah diterima di SMA favorite di Jakarta itu karena jalur nem dan bila dengan jalur itu mereka harus memakan biaya yang begitu besar.
Namun lain halnya dengan Zella yang harus masuk dengan jalur beasiswa karena keadaan ekonomi yang tak sebaik sahabat-sahabatnya.
Bukan karena nilai Ujian Nasionalnya yang rendah namun karena ia mengingat Ayahnya yang hanya bekerja sebagai satpam yang bisa saja tak sanggup menanggung biaya sekolahnya.
Zella mendapat rangking pertama di SMPnya dulu karena nilai Ujian Nasionalnya yang paling tinggi.
"Di salah satu Universitas ko gue di tesnya."jawab Zella sambil tersenyum.
"Kita percaya ko sama loe, Zell. Bener gak?"ujar Aleysia dengan semangat.
Esoknya...
"Tolong maju ke depan peserta dengan nomor 67."tutur salah satu juri memasak.
Suasana di ruangan itu begitu ramai kurang lebih ada 200 peserta yang mengikuti tes tersebut dan artinya banyak orang yang berminat menjadi chef, begitupun dengan Nayfira.
Dengan percaya diri Nayfira membawa masakan hasil dirinya.Satu suapan nasi goreng telah berada di mulut sang juri. Nayfira mulai menunjukkan deretan gigi putih, ia begitu percaya diri sekali dengan masakannya.
Namun seketika juri itu terdiam hingga membuat dua juri lainnya terdiam begitupun dengan Nayfira.
"Pasti enak, nih."gumam Nayfira.
"Tissue mana? Aahhh!"dengan cepat juri itu mengeluarkan hidangan hasil Nayfira.
"Ini asin banget! Kamu nambahin garamnya berapa banyak? Emangnya kamu gak liat resep?!"seru juri tersebut sambil mengusap-usap bibirnya untuk menghilangkan rasa asinya itu.
"Dua sendok teh."jawab Nayfira.
"Huh? Perasaan gak segitu deh!"juri yang lain ikut mengomentari.
"Harusnya kan satu sendok teh aja."lanjutnya.
"Tapi kan, bukannya lebih banyak lebih baik?"dengan polosnya Nayfira menjawab pertanyaan dari juri itu.
"Apa maksudnya? Yang ada keasinan tau gak?!"begitupun dengan juri yang ketiga.
"Udahlah. Masakan ini gak pantas ada disini dan kamu gak cocok jadi chef. Mana ada chef yang gak nurutin resepnya!"seru juri yang sebelumnya telah mencicipi masakan Nayfira.
"Yaahh, jadi gimana? Gak jadi dong jadi chefnya."kata Nayfira dengan nada lemas lalu meninggalkan tempat juri sambil mencicipi masakannya yang terasa begitu asin.
"Ihh bener asin banget. Masakan siapa sih ini!"gumam Nayfira.
Para juri itu membuka mulutnya sambil mengerutkan dahinya. Tidak seperti peserta lain bila gagal merasa sedih atau kesal namun berbeda dengan Nayfira yang bertingkah polos seakan-akan tidak merasakan beban.
Siangnya sahabat-sahabat Zella menemani Zella untuk di tes.
Zella tersenyum melihat sahabat-sahabatnya. Senyum dari sahabat-sahabatnya itu pun menjadi penyemangat untuknya.
"Fighting!"ucap mereka menyemangati Zella sambil mengangkat tangan yang dikepal secara bersamaan.
"Pokoknya gue harus berhasil. Gue mau bahagiain Ayah dengan cara ini!"batin Zella kemudian ia masuk ke ruangan yang dimana ia akan di tes.
Sambil menunggu Zella, sahabat-sahabatnya berbincang tentang kejadian yang sempat dialami Nayfira tadi siang.
"Ya mana ada nambah garam jadi enak. Yang ada keasinan, gimana sih lu!"ujar Jessy sambil menjitak Nayfira.
Entahlah berapa banyak jitakan yang telah diberikan sahabat-sahabatnya itu pada Nayfira.
Namun Nayfira tidak ambil pusing karena jitakan itu bisa membuatnya bahagia. Aneh? Ya, betul memang aneh.
Tiga jam berlalu. Zella keluar dari ruangannya lalu menoleh ke arah sahabat-sahabatnya.
Sahabat-sahabatnya menghampiri Zella dengan segera.
"Gimana, Zell? Berhasil, kan?"tanya Aleysia.
Bukannya menjawab pertanyaan dari Aleysia, Zella malah menyodorkan sebuah map yang ia pegang kepada sahabat-sahabatnya itu.
Setelah dibuka, ternyata map itu berisikan pernyataan "Lulus." Ya, Zella lulus dalam tes itu.
"Loe lulus, Zell?"tanya Nayfira dengan tak percaya.
Zella tersenyum dan mengangguk-angguk. Air matanya mulai menetes.
"Yess! Itu artinya kita satu sekolah?"tanya Jessy antusias.
"Hayoo kita pelukan."ajak Calista bersemangat.
Mereka berpelukan sambil berloncat-loncat dan akhirnya Zella satu sekolah dengan sahabat-sahabatnya. Mereka memang sudah ditakdirkan untuk bersama.
"Gue traktir kalian, ahh."ujar Nayfira sambil melepaskan pelukannya.
"Wwaahh, boleh tuh. Gue bakalan pesen makan banyak ya!"sambut Zella senang sambil mengusap air matanya.
"Denger makanan langsung sigap aja loe!"ketus Aleysia yang ditanggapi Zella sambil meringis malu.
Zella memang paling tersigap diantara yang lainnya bila mendengar kata "makan" apalagi bila itu gratis!
"Gak gitu, ihh. Kalian gue jatah traktirannya. Jadi, cuma bisa jajan 20 ribu aja per orang."tutur Nayfira.
"Lu mah! Kalo boke jangan traktir!"seru Calista.
"Udah caww ajaa. Gimana dia lah, berisik ahh lu semua."ajak Jessy sambil menggiring sahabat-sahabatnya itu.
Tuhan, terimakasih karena Engkau telah mengirimkan sosok yang begitu berarti di hidupku. Tanpa izin-Mu karena menakdirkan mereka untukku maka aku bukanlah siapa-siapa di dunia ini-Ladies Brave-_______"Wahh, hebat ya lo jadi juara!" sahut Zella sambil menepuk bahu Jessy.Jessy langsung berdecak dan merasa bangga. "Biasa itu mah." katanya sambil menggibaskan tangannya."Dih, sombongnya." timpal Nayfira."Kalian berlima pergi aja. Main atau apa gitu sekalian memorian." kata Julian pada kelima wanita itu.
Semua butuh pengorbanan. Sama halnya seperti ulat yang harus rela berkorban menjadi hewan yang menjijikan sebelum menjadi hewan indah yaitu kupu-kupu.♥♥..Happy readingSetelah berbincang cukup lama di restoran Nayfira, akhirnya Zella dan Julian kembali pulang. Namun entah mengapa Nayfira ingin ikut bersama Zella."Lo beneran mau ke rumah gue? Takutnya lo cape." kata Zella mematiskan karena dari pagi tadi restoran ini penuh dengan pengunjung."Gak apa-apa, Zell. Lagian aku juga pengen ketemu sama Ayah lo."jawab Nayfira. "Gak apa-apa kan, Laden?" tanya Nayfira pada Laden yang berada di sampi
Kita bukan hanya sekedar sahabat. Namun sebuah keluarga kecil yang melebihi dari sahabat🌼🌼..."Kabar kamu gimana? Baik kan?"tanya wanita di seberang telepon sana.Calista masih terdiam dan memandang Vernan tak percaya. Suara gemetar dari wanita yang sedang bertanya padanya sungguh membuatnya menguraikan air mata."Aleysia." ucap Calista akhirnya.Seketika Calista menangis. Begitu pun dengan Aleysia. Suara isak mulai tangis terdengar."Aku dapet nomor kamu dari Pak Fey. Katanya kamu nyariin aku." kata Aleysia.&nb
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Mencintai sahabat seperti kalian adalah keberuntuganDan memilikinya adalah takdir yang tidak dapat diganggu gugat👑👑Hari Sabtu tepat pukul delapan malam. Di satu hari yang sama dan dengan perasaan yang sama antara kelima sahabat itu. Itulah sahabat sejati.⏬Seorang wanita tengah menatap keadaan kota New York yang indah di malam hari sebari menghirup udara yang segar itu melalui jendela apartemennya.Sesekali ia tersenyum dan merasakan rindu dengan negara kelahirannya yaitu Indonesia. Ia tak menyangka bisa menapakan kakinya di negera orang lain ini.