'Harga diri seorang laki-laki itu adalah tanggung jawabnya. Jadi jangan pernah bilang wanita itu matre, karena pada dasarnya setiap manusia tidak akan pernah bisa hidup tanpa uang' __ Reza.POV Reza."Aduh, duh Bu Reza itu bibir kenapa di lipet terus. Pagi-pagi sudah naik daun saja," ledek Bu Tari yang baru datang dan meletakkan tas kerjanya di atas meja yang berada di sampingku.Aku tersenyum getir, bayangan hidup miskin dan masa depan buruk bergelayut dalam otakku. Sial, kenapa semuanya jadi seperti ini sih, batin ini masih terus meronta setiap mengingat Mas Bagas kini menjadi lelaki yang pengangguran."Oh, iya Bu. Ini ada titipan undangan kemarin pas ibu ngak masuk!" Bu tari menyodorkan sebuah undangan berwarna coklat, menampakkan wajah seorang gadis cantik nan ayu di halaman sampulnya dengan seorang pria, yang
'Laki-laki akan selalu bersikap manis sebelum ia mendapatkan apa yang ia inginkan, kemudian akan mencampakkan setelah ia merasa bosan.'____REZA"Maaf mbak, maaf!" ucapnya yang juga panik.Secepat kilat aku mengusap bekas tumpahan minuman itu dari gaunku. Aku bersungut-sungut, Namun tidak berani mengungkapnya. Tidak mungkin aku menunjukan amarahku di depan orang banyak seperti ini. Insiden ini saja sudah cukup menarik perhatian para tamu undangan apalagi ditambah jika aku marah-marah."Iya ngak apa-apa kok," ucapku terus mengelap pada noda merah di gaunku yang membekas lebar."Za, kamu Reza kan?" suara barito membuatku mendongak melihat ke arah pria yang baru saja menumpahkan minuman pada gaunku."Mas Panji?" Netraku membulat terkejut. Pria dengan iris biru itu menatapku dengan tersenyum lebar.
'Hal yang paling indah di dunia ini adalah jatuh cinta, di mana aku yang mencintaimu selalu menyebut namamu, dan kamu yang aku cintai akan selalu nampak baik di mataku.'__Reza._______ My husband your husband ______"Mas, bangun Mas udah siang nih!" Aku membangunkan Mas Bagas dengan volume suara sedikit meninggi. Berkali-kali aku mengoyangkan tubuh pria itu namun dia hanya mengeliat dengan mata terpejam."Mas, bangun sih udah siang nih. Hari ini waktunya bayar si Nining," rutukku kesal, aku terus menggoyangkan tubuh Mas Bagas yang tidur di depan sofa televisi.Namun, Mas Bagas masih tak kunjung bangun. Entah dia sedang berpura-pura atau memang masih mengantuk. Padahal aku sudah mengeraskan suaraku dan mengoyangkan tubuhnya cukup kuat."Mas, kamu denger ngak sih. Pokoknya hari ini
"Pada akhirnya cinta itu akan pudar bukan karena tak cinta, tapi karena sikap dan pelayanan. Maka sayangilah kekasihmu seperti halnya menyanyangi dirimu sendiri." ____ Yasmin.________My Husband Your Husband________Rumah masih dalam keadaan sepi. Motor Mas Bagas pun tidak ada di dalam garasi. Padahal semenjak dia dinonaktifkan dari perhutani motor trail miliknya tidak pernah beranjak dari garasi.Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Ibu yang biasanya menghabiskan waktunya untuk menonton televisi pun tidak ada. Mungkin saja ibu tidur di kamarnya."Bu Reza!" panggil Nining dari arah dapur membuatku sedikit terkejut.Aku segera menoleh, memutar tubuhku menghampiri Nining.Sebuah koper telah berdiri di samping Nining yang sedang duduk di kursi meja makan dengan wajah penuh p
"Pada dasarnya manusia akan mencari seseorang yang mampu membuatnya nyaman, Bukan membuatnya jatuh cinta. Karena mencintai belum tentu di cintai."___Yasmin.POV YASMIN.Aku mulai menata hatiku kembali. Meskipun cinta ini engan beranjak pergi. Melepaskan adalah satu-satunya jalan terbaik. Agar hatiku tak terluka lalu mati.Namun, apalah dayaku jika Mas Bagas tak pernah mau melepaskanku. Hingga percobaan ibu tinggal di rumahnya saja gagal. Sudah pasti Reza bukan menantu yang baik untuk ibu. Mungkin juga bukan istri yang baik untuk Mas Bagas.Namun bukan lantas aku membiarkan wanita simpanan suamiku itu bebas mengijak-injak harga diriku. Sifat angkuhnya hanyalah kedok betapa lemahnya dirinya sebenarnya. Kemenangan yang ia gembar gemborkan hanyalah lelucon kekalahannya. Karena pada akhirnya Ma
'Sekali seseorang berbohong, maka selamanya dia akan menjadi pembohong. Karena kebohongan hanya bisa ditutupi oleh kebohongan selanjutnya.' ___ Reza.POV Reza."Dek, maaf Mas baru cek hp. Mas belum bisa pulang. Mas lagi cari kerja, Dek. Doakan Mas ya!" tulis pesan Mas Bagas setelah beberapa saat tanda centang pesan yang aku kirimkan semalam berubah menjadi biru.Aku geram, meskipun hatiku kini telah membatu dan tak sakit lagi. Namun aku muak sekali dengan kebohongan-kebohongan yang selalu ia lakukan kepadaku. Mas Bagas sama sekali tidak berubah. Tetap sama dan berkhianat dan seorang pembohong besar.[Akhir pekan aku mau studytour ke Bandung. Apa Mas tidak mau pulang sebentar. Mungkin aku di bandung sampai satu minggu baru pulang.] balasku.
'Kamu datang di saat yang tepat, di saat aku membutuhkan cinta dan kau menawarkannya. Seperti raga yang haus dahaga kau berikan aku madu yang membuatku terlena____Reza'Tidak ada Mas Bagas, hanya aku yang meringkuk sendiri di atas ranjang. Entah sejak kapan pria itu pergi. Setalah ia melampiaskan nafsunya begitu membabi buta kepadaku. Mungkin saja saat ini dia telah kembali kepada Yasmin, wanita yang membuatnya tergila-gila.Sakit, aku menangis menyedihkan. Merutuki diriku sendiri. "Kasiannya kamu Reza!"Aku sudah tak butuh cintamu lagi Mas, jika memang pernikahan ini harus kita akhiri. Maka, aku sudah siap. Karena aku tidak sanggup jika seumur hidupku harus terluka karena pernikahan ini.______________________"Ayo anak-anak Apakah kalian sudah siap?" teriak Pak Aris memberi aba-aba agar para siswa segera naik k
'Aku tidak ingin malam ini segera berlalu, melihat indahnya bintang-bintang yang terhampar luas di permukaan bumi adalah impianku. Bahkan, saat ini adalah waktu yang selalu aku sampaikan dalam setiap doa. Duduk bersamamu dalam satu waktu. Yang tidak pernah aku temukan dalam waktuku yang lainya.'____ Panji____ My Husband_Your Husband____"Mas ..."Pria itu sekejap membungkam mulutku. Menarik tubuhku masuk ke dalam kamar. Wajahnya tersenyum. Namun justru aku yang merasa gugup saat ia menjatuhkan tatapan mesra itu."Hehe ...." Mas Panji nyengir setelah melepaskan bungkaman tanganya dari bibirku.Menjatuhkan tubuhnya duduk di tepi ranjang. Kemudian menyilangkan kakinya. Menatapku dengan tatapan teduh."Mas, ngapain ke sini?" ucapku gugup tidak terkira. Dadak