공유

My Husband is a Billionaire
My Husband is a Billionaire
작가: Yurisha

Bab 1

Manhattan, NYC - USA 

"Lelah sekali," Moana bergumam sambil berjalan keluar Restoran tempatnya bekerja. Sesekali ia melihat kendaraan yang berlalu-lalang.

Tepatnya hari ini ia sudah menjadi pekerja tetap di Xyan's, --Restoran khas Italia.-- Dalam langkah kakinya, ia tidak berniat pulang sama sekali. Membayangkan isi rumah yang kosong dan tidak ada suara apa pun membuatnya nyaris hampir bersedih. 

"Tidak Moana, kau kuat. Demi ibu dan Elysa."

Senyum tersungging kecil di bibirnya, saat membayangkan keluarga mereka, Moana mulai semangat lagi. Mau bagaimana pun, alasan terbesar Moana bekerja adalah keluarganya.

Sekali lagi, Moana mengangguk. Meyakinkan dirinya. Tiba-tiba ponsel yang sedang digenggamnya berdering, menampilkan nama Floria --sahabatnya--.

Baru saja akan mengangkat teleponnya, mata Moana melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Keningnya mengerut, melihat dua orang berpakaian hitam keluar dari sana. Keheranan Moana semakin meningkat saat mereka menghampirinya, menarik pergelangan tangannya.

"Apa yang sedang kalian lakukan, Sialan!" Moana berteriak serta berusaha menarik tangannya kembali.

Kedua orang itu tidak menjawab, terus-menerus menyeret Moana yang masih sekuat tenaga berdiri di tempatnya.

"Ikut kami," salah satu dari kedua orang itu berbicara, bibirnya menipis dengan mata hitamnya yang menghunus Moana, hampir menghancurkan keberaniannya.

"Tidak mau!"

Moana menyiapkan ancang-ancang, berniat menggigit lengan mereka. Namun sayangnya rencana Moana diketahui, membuat kedua orang itu terpaksa menggunakan cara lain.

 Salah satu dari mereka mengeluarkan kain yang sudah dicampur obat bius. Dan Moana sangat kalah cepat dengan pergerakan mereka yang langsung menempelkan kain itu ke hidungnya, memaksa untuk mengirupnya.

Dengan perlahan, mata Moana tertutup. Badannya lemas dan tidak sadarkan diri. Ia dimasukan ke dalam mobil besar berwarna hitam, didudukkan di kursi penumpang dan kedua tangannya disatukan di belakan punggung, diikat. Setelah itu, mobil mereka melaju, menuju kediaman tuan mereka.

 ***

Berat, mata Moana berat untuk digerakkan. Namun sedikit-sedikit mata itu berhasil terbuka. Tidak ada cahaya yang menyilaukan matanya. Hanya saja, pupil matanya mulai mengelilingi tempat di mana dirinya berada.

Sebuah ruangan yang sangat mewah, terdapat banyak furnitur rumah yang sangat mahal kelihatannya. Tidak ada siapa pun, hanya ada dirinya yang terkulai lemas di sofa panjang.

"Apa tidak ada orang sama sekali, di sini?" Moana bergumam, ia merasa bingung. Untuk apa ia dibawa ke tempat ini.

"Dasar bodoh."

Kebingungannya segera sirna saat ia mendengar suara pria yang membuatnya terkejut. Dari arah samping ia melihat sosok jangkung yang sedang berjalan ke arahnya, memakai setelan rapi seperti baru saja pulang bekerja. Tangan kirinya ia masukan ke dalam saku celana, sedangkan tangannya yang lain memegang gelas kecil berisi cairan putih di dalamnya.

Moana mengenalnya, sangat. Bukan 'kah itu Heros Huxley? Pewaris tunggal keluarga Alfonso yang selalu muncul di Televisi dan kabar berita? Pertanyaan di benaknya semakin terjawab saat pria itu semakin mendekat, duduk si sampingnya dengan pandangan ke depan. Sengaja mengabaikan Moana. 

"Sudah bangun?"

Pertanyaan itu membuat jantung Moana berdegup kencang, perasaannya campur aduk ketika ia ada di posisi berdekatan dengan pria. Pasalnya, ia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki manapun, karena suatu kejadian membuatnya trauma dan sangat membenci kaum mereka. 

"Kau bisu?" 

Pertanyaan selanjutnya berhasil menumbuhkan rasa kesal di hati Moana. 

"Aku tidak bisu," mata Moana mendelik, tubuhnya ia kesampingkan untuk bisa berhadapan dengan pria di depannya. Lalu menggeram dan meronta, "Lepaskan aku!" 

"Tidak akan, sebelum kau setuju untuk membatalkan pernikahan kita." Jawabnya sambil menegak cairan bening di dalam gelas yang sedang digenggamnya. 

Mendengar itu, Moana dengan cepat terkejut. "Pernikahan? S-siapa yang akan menikah?" 

Kekehan yang terdengar menyepelekan keluar dari mulut Heros. Bahkan sekarang, perhatian Pria itu terlempar ke arahnya. Menatapnya tajam dan menimbulkan kegugupan yang semakin besar pada diri Moana. 

"Jangan pura-pura tidak tahu, Moana Hermosa." Bisiknya seraya menyimpan gelas yang sedang digenggamnya, menggerakan tubuhnya dan mendekati Moana.

Melihat itu Moana segera memejamkan matanya, ia rasa wajah Heros semakin mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Moana merasakan jari-jari panjang bermain di pahanya, merambat ke atas, tepat bertengger di pinggangnya.

Dengan cepat Moana berusaha menghentikan gerakan yang membuatnya geli dan takut, "A-aku benar-benar tidak tahu." 

"Akh!" Tangan besar yang memegang pinggangnya berubah jadi cengkraman, mendorong tubuhnya untuk merapat ke tubuh Heros.

Seketika aroma vodka memenuhi penciuman Moana. Serasa dejavu, tubuhnya dengan cepat menjauh. Menghindari suasana yang membuatnya mengingat sesuatu yang ia takuti. Sayangnya, tenaganya benar-benar terkuras. Juga karena tangannya yang sedang diikat di belakang membuatnya kehabisan cara. 

"Diam!" 

Sentakan Heros berhasil membuat sekujur tubuh Moana tersentak. 

"Jika kau tidak mau membatalkan pernikahan kita, itu berarti aku sudah bisa melakukan apa pun yang aku mau saat ini." 

Mata Moana membulat. Tahu maksud di balik semua kalimat Heros. Tidak, itu tidak akan terjadi. Moana sangat takut dengan hal itu. 

Jika dengan tenaga masih tidak berhasil membuatnya lepas dari pria ini, Moana harus bisa menggunakan otaknya untuk melepaskan dirinya dari posisi intim mereka. 

"Ah, Pernikahan? Aku ingat pernikahan kita!" Ujarnya sambil sesekali berdesis, menahan nyeri di sebagian pinggangnya yang dicengkram.

Alis Heros menyatu, matanya bahkan semakin intens menghunus Moana. Mencari kebohongan di antara kedua mata perempuan itu. Setelah merasakan bahwa tidak ada kebohongan di sana, Heros melonggarkan cengkraman, melepas dan menjauhkan tangannya. 

Melihat itu Moana bernafas lega, ia berhasil menjauhkan tubuhnya dari posisi intim mereka. 

"Baguslah jika kau mengingatnya." 

Heros memalingkan pandangan kembali ke depan, mengambil gelas di depannya yang masih tersisa sedikit cairan dan meminumnya hingga tandas dalam sekali tegukan. 

"Batalkan itu semua. Temui ayahku dan bilang kau tidak bisa menikah denganku." 

"A-yahmu? Tuan Rhodes?" Pertanyaan Moana segera dijawab dengan anggukan. 

Mulut Moana membulat kecil, ia melirik ke samping dan mengedipkan matanya beberapa kali. Tidak mungkin ia bisa bertemu Rhodes Theo Alfonso dengan mudah, --seseorang yang terkenal secara gelobal karena kekayaannya yang sudah tidak terhitung lagi. Selain itu perusahaan yang ada di bawah naungannya sudah menjadi urutan kedua dalam kategori tersukses, setelah anaknya. Heros. -- 

Namun, karena ketakutannya, Moana segera mengangguk. Ia tidak bisa berlama-lama lagi di tempat ini. Ia benar-benar tidak tahan. 

"Baik, aku akan menemuinya dan membatalkan pernikahan kita." Dengan penuh yakin Moana berujar. 

Heros berdecih melihat kepercayadirian Moana. Ia mengangguk dengan senyuman miring di bibirnya.

"Sekarang, lepaskan aku." 

Tanpa menunggu lama lagi, Heros menarik Moana. Membuat wajah wanita itu hampir menyentuh dadanya. Melihat tali yang mengikat tangan Moana yang berada di belakang punggungnya, Heros mengerutkan kening. Mengapa ia merasakan malah tangannya sendiri yang sedang di ikat? 

"Apa tanganmu sakit?"

Mendengar pertanyaan yang suaranya berada di belakang kepala wanita itu, Moana menggerakan pupil matanya bingung. Berusaha merasakan sesuatu pada tangannya sendiri, tapi tidak merasakan apapun. 

"Tidak." Jawabnya disertai keheranan.

댓글 (2)
goodnovel comment avatar
Sanida Martinez
I need it in English
goodnovel comment avatar
Kathy Pillans
I need to figure out how to switch it to English
댓글 모두 보기

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status