Share

Bab. 22. Serasa Dunia Milik Berdua

Sebenarnya aku kurang percaya, tapi nggak ada yang salah kalau Kang Cihu pernah jadi Kang Kuli di kota metropolitan sana. Apalagi kalau dilihat dari usahanya sekarang, aku yakin, dia itu berasal dari kelas tengah di antara orang-orang kelas menengah. Miskin kagak, kaya apalagi.

Sama persis denganku, yang penghasilannya hanya bisa dipake buat makan sehari-hari. Nggak bisa dipake buat jalan, apalagi terbang, karena aku nggak punya sayap kayak rotinya kaum berdaster.

Aku mengangguk, mencoba memahami dan mempercayai penjelasannya barusan. Membuat dia akhirnya mengubah posisi duduk, lalu menghadap meja sepertiku. Bukan menghadap Pak Penghulu, karena kita sama-sama ditinggal jodoh. Apalagi menghadap Allah, karena kita masih mau mencari jodoh.

Aamiin, Ya Allah. Kabulin, please!

“Terus, soal kamu sama si Bian brengsek itu gimana?” tanyanya. Terdengar kesal, sampai membuatku mengernyitkan heran.

“Dih! Kok jadi kamu yang kesal sama si Bian,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status