Share

Prolog

Suasana di sebuah pantai yang berada di Lombok itu terlihat sangat romantis, tetapi suasana itu tidak berpengaruh bagi sepasang pasangan yang sedang duduk di sebuah meja makan yang sudah di tata dengan rapih.

Seorang perempuan itu menatap kekasihnya dengan jantung berdebar tetapi tidak dengan pria di depannya. Perempuan itu merasakan sebuah firasat buruk hari ini, entah karena perubahan ekspresi kekasihnya yang tiba-tiba. Padahal hari ini seharusnya pria itu segera melamarnya setelah rentetan kejutan yang di berikan selama satu minggu di tempat romantic ini.

Perempuan itu tiba-tiba membayangkan hal buruk akan segera terjadi dan dia sudah tidak bias menahan rasa sesak di dadanya ketika membayangkan hal itu. Mereka sudah menjalin hubungan selama satu tahun dan perempuan itu sudah tahu banyak sifat kekasihnya dan sekarang dia bisa membaca ekspresi kekasihnya itu sedang tidak baik.

Apakah pria itu ingin mengakhiri hubungan dengannya? Tidak mungkin.

Sebenarnya, dia terus berdoa agar bayangan imajinasi yang terus terulang dikepalanya itu tidak terjadi. Tetapi, firasatnya tidak mungkin salah. Perempuan itu harus menerima kenyataan jika hubungannya kandas lagi untuk kesekian kalinya.

“Maaf, aku nggak bisa melanjutkan hubungan kita.” ucap pria itu sembari menatap matanya penuh kesungguhan.

Perempuan itu terpana lalu mencubit pahanya yang tersembunyi di bawah meja dan benar, kata-kata itu nyata. Dia sama sekali tidak bermimpi.

Dada perempuan itu sangat sesak, tidak lama kemudian air mata mengalir turun dari sudut matanya. Tuhan begitu tidak adil, seharusnya hari ini dia bisa bahagia dan menerima lamaran pria itu tetapi yang di dapatkannya adalah kata perpisahan.

Mata gadis itu terasa sangat perih dengan air amta yang tidak berhenti mengalir

“Pisah? Kenapa, bukannya kamu mau melamar aku?” tanyanya dengan suara lirih.

Pria yang berada di hadapannya itu menggelengkan kepalanya pelan, “Maaf, aku tidak bisa. Kamu berhak mendapatkan pria lebih baik dari pada aku.” Jawabnya pelan.

Perempuan itu tersenyum hambar, dia merasa di permainkan. Jadi, apa artinya dia di bawa ke tempat romantis seperti ini hanya untuk ditinggalkan. Dia mengpalkan telapak tangan karena dadanya sesak dan sangat sulit untuknya menarik napas

Keputusan itu pasti di ambil baru saja, mungkin hari ini. Pria yang selama satu tahun begitu mencintai dan mengaguminya itu tidak mungkin berubah pikiran tanpa alasan yang kuat. Mungkin dari desakan orangtuanya?

Perempuan itu berdiri lalu menyiram segelas wine yang baru saja seteguk ia minum di kepala pria itu sampai tetes terakhir.

“Baiklah, kalau itu mau kamu.” Ucap perempuan itu lalu beranjak berdiri.

Dia mengeluarkan tiga lembar uang merah untuk membayar makanan mereka. Walaupun acara malam itu merupakan rangkaian dari enam hari sebelumnya.

“Aku harap kau menemukan perempuan yang lebih baik dariku. Tapi, aku berharap kau tidak pernah menemukannya dan menerima karma atas yag kau perbuat kepadaku!” Ucap perempuan itu lalu benar-benar pergi dari pantai itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status