Xander dan para hunter saling berpandangan. Tatapan mereka saling waspada untuk menelisik pergerakan masing-masing. Mereka tahu jika Xander adalah seorang petarung sejati. Sesungguhnya di Klan Bulan Merah, Xanderlah orang terkuat karena sampai sekarang tidak ada satu pun yang bisa mengalahkannya di medan pertempuran. Namun karena mereka sudah mengemban tugas untuk menyelamatkan Lexa, mereka akan bertarung sampai titik darah penghabisan. Mereka juga tidak mempedulikan jika harus mengeroyok Xander karena laki-laki itu memang sudah terkenal sangat kuat.Para hunter segera mengelilingi Xander dengan bermaksud untuk mengeroyoknya. Karena melihat korban yang berjatuhan tadi, Xander tidak boleh dianggap remeh. Mereka harus fokus untuk melemahkan Xander. Jika tidak, nasib mereka juga akan sama dengan hunter yang lain yang sudah dilumpuhkan oleh Xander sebelumnya."Baguslah, jika kalian ingin maju sama-sama. Hari ini Xander harus hati-hati. Di samping tenaganya yang sudah berkurang, hunter yang
"Aku tidak takut walaupun kalian menggunakan cara licik mengeroyokku beramai-ramai." cibir Xander. Ia menghunus pedang panjang tadi dan bersiap untuk melawan hunter dan para tetua yang baru saja turun dari atas. Jumlah mereka kurang lebih sama dengan para hunter yang baru saja dikalahkannya."Hati-hati, kekuatannya sudah meningkat begitu pesat." ucap tetua yang hampir dibunuh oleh Xander tadi."Lihatlah, rekan-rekan kita dalam sekejap saja sudah dilumpuhkannya. Jika kalian ingin memenangkan pertarungan ini kalian harus berhati-hati dan bekerja sama secara tim." sahut tetua yang lainnya. Seperti pesan para ketua tadi mereka mulai mengelilingi Xander dan bermaksud membentuk formasi menyerang secara tim. Pasukan panah juga bersiap di jarak kejauhan untuk mengamati pertarungan antara Xander dan rekan mereka. Pasukan pemanah adalah pasukan pertahanan terakhir yang akan diandalkan jika para Hunter sudah kalah maka mereka yang akan berusaha untuk melukai Xander dari jarak jauh menggunakan an
Langkah ketiga tetua itu langsung berhenti ketika melihat pedang panjang itu menancap di depan mereka.Jose dan Bastian ikut berhenti. Mereka tidak berani mendekat lebih jauh."Lebih baik kita amati dulu apa yang akan terjadi, Tuan." cegah Bastian. "Tapi Tian, aku ingin segera menemukan Lexa.""Sama saja, kalau kita langsung ke sana sekarang. Nyawa Anda dan nyawa saya langsung melayang. Dibunuh oleh Tuan Druva. Lihat, sepertinya ia akan membunuh ketiga tetua itu." Bastian berusaha menenangkan Jose. "Benar juga," gumam Jose yang merasa kesal dengan dirinya sendiri. Karena tidak mampu berbuat apa-apa untuk menyelamatkan Lexa."Kita sabar dulu, lihat apa yang akan terjadi selanjutnya," Bastian menarik tangan Jose agar bersembunyi di semak-semak.Jose dengan terpaksa mengikuti saran Bastian karena hanya inilah yang dapat ia lakukan untuk sementara ini."Xander, kau berani sekali ya menggertak kami." Salah satu tetua menegur Xander. "Kau tidak paham dengan aturan klan?""Siapa yang paham?
Ketiga tetua itu tidak bisa mengeluarkan suara teriakan karena Xander mengayunkan pedangnya ke leher mereka bertiga dengan cepat. Darah segar mengalir dari leher mereka. Ketiganya seketika mati di hadapan Xander. Posisi mereka yang saling berdekatan menguntungkan Xander karena dengan sekali sabetan pedang. Ketiga leher itu bisa dijangkau dengan mudah oleh laki-laki itu. Xander mengembuskan napasnya setelah berhasil membunuh semua musuh-musuhnya termasuk tetua yang dulu sempat dihormatinya. Namun semenjak peristiwa Lexa menolak dirinya dan para tetua itu tidak ada satu pun yang membantunya untuk menggagalkan rencana Lexa. Sejak saat itu pula Xander sedikit pun tidak pernah menghargai para tetua itu lagi. Bagi Xander mereka adalah sekelompok orang-orang munafik yang hanya mendekatinya jika dirinya menguntungkan. Namun ketika ia di posisi terendah tidak ada satu pun dari mereka yang mau menolongnya.Xander menatap ketiga mayat itu dengan tatapan yang biasa saja."Aku tidak akan meminta m
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.