"Sentuh aku Xander, aku adalah milikmu." Anya menurunkan tangan Xander ke kewanitaannya. Dan tangannya Anya mengelus kejantanannya Xander. Jari lentiknya dengan perlahan meraba kejantanannya Alexander yang sudah mengeras."Anya," Alexander ingin menolak tapi jiwa liarnya keluar begitu saja. Apalagi mengingat Lexa yang sudah disentuh oleh Jose. Egonya terluka, harga dirinya seperti terinjak-injak. Alexander mencengkram dagu Anya, bibir Anya yang dipoles dengan lipstick warna merah terlihat sangat menggoda. Beberapa tahun ini, Alexander menahan nafsunya demi Lexa. Cintanya yang dalam kepada Natasha membentengi dirinya dari godaan wanita-wanita di luar sana. Sudah banyak wanita yang menggodanya, baik dari kalangan manusia serigala ataupun manusia biasa yang menjadi pasiennya. Namun dengan kenyataan penolakan dari Lexa dan pernikahan Lexa dengan Jose yang tiba-tiba membuat Alexander frustasi. Lalu kenapa ia sekarang harus menahan hawa nafsunya? Alexander tidak ingin menahan lagi. Malam i
Anya segera memakai pakaiannya lalu segera keluar dari kamar rawatnya Alexander. Ia melihat Alexander sedang berbincang dengan seorang pasien wanita. Pasien itu tertawa lalu mengelus tangannya Alexander. Sepertinya wanita itu sedang merayu Alexander dengan memberikan tanda-tanda bahwa wanita itu tertarik kepada laki-laki itu dan menginginkan hubungan lebih lanjut, hubungan lebih dari sekadar dokter dan pasien. Hal ini membuat hati Anya sakit karena Alexander meresponnya dengan memberikan kartu nama kepada wanita itu lalu tersenyum lembut. Dan wanita itu mengedipkan sebelah matanya dengan nakal sebelum wanita itu meninggalkan Alexander.Saat Alexander berbalik, ia tidak berekspresi apa pun ketika melihat keberadaan Anya. Alexander melewati Anya seperti tidak pernah mengenalnya. Padahal semalam Alexander telah merenggut keperawanannya."Hei, kau panggil petugas kebersihan untuk membersihkan kamar saya sekarang juga." titah Alexander kepada salah satu penjaga keamanan yang sedang lewat."
"Kalian berdua berhenti, pergi dari sini! Kembali ke kamar kalian." Bastian langsung berbalik dan menyuruh kedua anak buah yang mengikutinya untuk pergi."Baik,Tuan."Bastian mengembuskan napasnya kasar lalu menjauhi ruangan terbuka di mana Jose dan Lexa sedang bercinta. "Dasar mèsum," gerutu Bastian."Jo, tadi aku mendengar suara seseorang." Lexa berusaha mendorong tubuh Jose yang berada di atasnya."Biarkan saja, Alex." Jose tidak menghiraukan suara seorang laki-laki yang ia kenali dengan suaranya Bastian karena saat ini ia hampir mencapai klimaks."Jo, tapi ….""Aku tidak peduli, cepat kita selesaikan sebelum terganggu oleh orang lain." Jose mengecup puncak kepalanya Lexa lalu kembali meneruskan percintaan mereka."Baiklah, cepat kau selesaikan.""Dengan senang hati, sayang." Jose tersenyum lalu semakin mempercepat gerakannya. Dengan sekuat tenaga memompa kejantanannya ke dalam kewanitaannya Lexa. "Alex ….""Jo …."Keduanya tertawa kecil setelah sama-sama mencapai klimaks dengan ke
Orang bercadar itu ingin menyentuh Lexa, tapi mengurungkan niatnya karena Victor dan pengikutnya datang."Hei, siapa kau?! Jangan sentuh dia!" teriak Victor.Orang bercadar itu segera melarikan diri karena melihat kedatangan Victor dan yang lain."Nona, Nona Xaviera!" Victor mengguncang-guncangkan tubuh Lexa."Siapkan mobil dan panggil Hunter untuk mencari jejak orang bercadar tadi." titah Victor kepada anak buahnya."Baik, Tuan.""Siapa sebenarnya orang tadi? Apa tujuannya meracuni Nona Xaviera?" gumam Victor yang langsung mengangkat tubuh Lexa untuk segera dibawa ke rumah sakit khusus untuk menanganinya. Victor curiga jika Lexa terkena racun karena Lexa tidak akan mudah dikalahkan begitu saja.Ponsel Jose berbunyi ketika ia sibuk melakukan zoom dengan kliennya melalui laptop. "Nomor tidak dikenal? Siapa, ya?" ucap Jose yang segera mengangkat panggilan ponselnya. Bastian yang berada di hadapannya ikut memperhatikan Jose."Ya, halo.""Apa?! Istriku dibawa ke rumah sakit!""Ya, halo, s
"Aduh!" Emma Walles, wanita berambut pirang yang berada dalam pangkuan Alexander itu mengerang kesakitan setelah Alexander secara reflek mendorongnya ke lantai. Darah mengalir di selakangannya, Emma kaget dengan sikap Alexander yang berubah secara tiba-tiba."Apa katamu?! Lexa terluka?" tanya Alexander sambil mengenakan celananya."Cih, bukan urusanku." Anya mencibir, tidak ingin memberitahu berita tentang Lexa kepada Alexander."Anya!" bentak Alexander"Xander," panggil Emma manja, gadis itu mendekati Alexander dengan susah payah lalu merangkul lengan kekarnya."Anya, katakan padaku!" desak Xander.Anya melengos, tidak peduli dengan bentakan Alexander."Urus saja wanita itu. Sepertinya dia belum puas." sindir Anya."Xander," Emma menekankan tubuh telanjangnya ke tubuh atletis Alexander."Sebaiknya, kau keluar dulu, Emma." Alexander berusaha mengusir Emma. "Xander kenapa sikapmu berubah?" tanya Emma dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia tidak menyangka jika sikap hangat Alexander se
"Bagaimana?" Anya menatap balik mata Alexander. "Jika kau tidak mau, aku tidak akan memaksamu." Anya berdebar menantikan jawaban dari Alexander. Ia berharap agar Alexnder mau menerima tawarannya.Karena tidak mendapatkan respon dari Alexander. Anya perlahan turun dari pangkuannya Alexander dengan rasa kecewa.'Ternyata usahaku sia-sia.' batin Anya.Namun sesaat kemudian, hati Anya melonjak kegirangan karena tujuannya terkabul."Siapa yang mengizinkanmu keluar, Anya?" kata-kata Alexander seperti suara merdu saxophone yang mengalunkan lagu romantis favoritnya."Xander," Anya berbalik dengan mata yang berbinar."Kemarilah Anya," Alexander melambaikan tangannya.Anya seperti sebuah robot yang diprogram untuk bergerak sesuai dengan aturan programmer."Kau adalah budakku.""Ya, aku adalah budakmu." Anya berjalan perlahan mendekati Alexander."Kau tahu apa tugas seorang budak?""Mematuhi segala perintah tuannya tanpa terkecuali.""Bagus kalau kau masih ingat.""Tapi aku ingin menjadi budak s
"Xander, tolong berhenti, aku sudah tidak kuat." pinta Anya dengan suara yang bergetar. Namun Alexander tidak peduli, ia benar-benar mengabulkan permintaan Anya untuk menjadikannya budak séksnya."Kau budakku, Anya. Jadi kau harus menuruti kemauanku." Alexander meremas dan menampar pantat Anya beberapa kali hingga memerah."Aduh… aku sangat lelah, Xander." pekik Anya lirih dengan badannya yang serasa mati rasa setelah diperlakukan Alexander seperti wanita bayaran."Aku menepati permintaanmu Anya, kenapa kau memintaku berhenti?" sindir Alexander yang sibuk memompa kewanitaannya Anya."Aku….""Kau yang menginginkannya jadi nikmati saja.""Tapi aku ingin melihatmu, Xander." Anya sedikit kecewa karena Xander menyetubuhinya dari arah belakang sehingga Anya tidak bisa menikmati wajah tampannya Xander disaat mereka bercinta."Aku tidak merubah diriku menjadi serigala, Anya. Apalagi yang kau inginkan." Xander masih terus memompa Anya dari belakang sehingga Anya terbaring lemas di atas brank
Mata Emma seperti puppy eyes yang memelas meminta tuannya untuk mengasihaninya. "Xander.""Well, Miss Emma Walles." Alexander mendekati Emma."Kau tahu siapa aku?" tanya Alexander sambil membuka kedua kakinya Emma."Alexander Druva 32 tahun. Seorang dokter spesialis bedah dari rumah sakit Druva. Laki-laki tertampan yang pernah aku temui. Laki-laki gagah bertubuh kekar dan mempunyai kejantanan yang extra besar.""Hahaha," Alexander tertawa keras. Tadinya ia ingin mengabaikan Emma tapi setelah mendengar pujian Emma yang sedikit vulgar, Alexander memutuskan untuk bermain-main sebentar dengan wanita yang mempunyai sifat seperti seorang wanita nakal itu."Ayo Xander, aku sudah tidak tahan." panggil Emma manja. Ia menarik tengkuk Alexander lalu mencium bibirnya dengan mesra. Seperti orang yang kehausan, Emma menyesap bibirnya Alexander dalam waktu yang cukup lama."Kau tahu identitas asliku, Emma?"Emma menghapus saliva yang belepotan di bibirnya menggunakan punggung tangannya lalu tersenyu