Emma hafal dengan cara berjalannya suster itu. Mengangkang seperti dirinya yang lelah karena ditiduri Alexander berkali-kali. Dan Emma semakin yakin karena suster itu menatap Alexander sangat dalam sebelum menghilang di tangga darurat. Parfum seorang wanita tercium dari tubuh Alexander dan itu bukan bau harum parfum miliknya."Aku mencarimu tapi kau tidak ada, jadi aku memutuskan untuk jalan-jalan." Emma berkata seolah tidak terjadi apa pun dengan hatinya. Ia berusaha menutupi kesedihannya mengetahui fakta jika Alexander bercìnta dengan wanita lain setelah dirinya pingsan."Sepertinya kau lelah, ayo pulang ke kamarmu, aku akan menyiapkan air hangat untukmu." ucap Emma riang.Alexander mengikuti langkah Emma dalam diam. Ia tahu jika Emma bersedih karena dirinya baru saja bercìnta dengan gadis lain. Sampai di kamarnya Alexander, Emma menyiapkan air hangat. "Airnya sudah siap."Alexander menarik tangan Emma. "Kau mau pergi ke mana?" cegah Alexander yang melihat Emma akan meninggalkannya.
"Kita sama-sama sendiri, apa salahnya jika kita bersenang-senang saling memuaskan?" Michael semakin mendekatkan dirinya kepada Anya."Oh," jawab Anya singkat dan membuat Michael bingung."Jadi, mari sekarang kita?" Michael memberanikan diri meraba lengan Anya lalu turun ke bawah membelai pinggang ramping Anya. Michael menatap wajah Anya yang tanpa ekspresi. Michael mengartikan jika Anya setuju dengan rayuannya. Michael langsung mencium bibir Anya, tidak segan ia langsung menarik simpul tali bikini Anya. Buah dada Anya langsung mengeras sempurna, puncak dada yang dari tadi ingin dilihat oleh Michael akhirnya terlihat juga. "Wow, mereka sangat cantik." Michael menatap puncak dada Anya dengan tatapan memuja. "Bolehkah aku?" Michael berpura-pura bertanya.Anya tetap diam namun tidak juga mencegah.Michael yang sudah sangat terangsang langsung mengulum punck dada Anya yang sudah tegak, tangannya meremas buah dada yang satunya. Michael merasakan kejantanannya sudah sangat tegang. Ia sudah t
"Marissa?" Jose terkesiap mendengar pertanyaan dari Lexa. 'CINTA?' Pertanyaan konyol apa ini? Dalam hidupnya tidak ada satu pun wanita yang dapat menyentuh hatinya. Hanya lexa yang bisa membuatnya jatuh cinta. Bahkan dalam pertemuan pertama, Jose sudah jatuh cinta padanya. Menggunakan segala cara untuk memilikinya. Jose juga tidak peduli dengan status Lexa yang merupakan seorang wanita serigala. Ia bahkan pernah bersumpah akan mempertahankan Lexa jika Lexa tetap berwujud serigala dan tidak bisa berubah menjadi manusia biasa. Jose berjanji dalam hatinya tidak akan mengencani atau menikahi wanita lain. Dan sekarang Lexa bertanya tentang cintanya terhadap wanita lain?"Apakah kamu PER-NAH mencintainya?" Lexa bertanya kembali kepada Jose.Jose segera mendekati Lexa lalu menggenggam tangannya. "Dengar Alex, dalam umurku yang ke tiga puluh tahun, aku tidak pernah jatuh cinta. Aku hanya mencintaimu. Wanita yang bisa membuat hatiku berdebar saat memikirkanmu. Sentuh ini, rasakan debaran jantun
"Tuan, sebaiknya berikan waktu nyonya muda untuk sendiri dulu. Saya tidak tahu tentang masalah Anda dan nyonya nuda. Tapi sebagai seorang wanita, saya paham dengan perasaan nyonya muda saat ini." Ema datang memberi saran setelah mendengar Jose berteriak-teriak di depan kamarnya."Tapi istriku belum sarapan, Ema." "Tunggu sampai siang nanti. Jika nyonya muda tidak mau keluar, biar saya yang akan membujukya.""Baiklah Ema, bawakan saya secangkir kopi ke ruang kerja.""Bai, Tuan."Setelah mendengarkan nasihat Ema. Jose pergi ke kamar sebelah untuk berganti baju. Kebetulan kamar yang ditempatinya saat Lexa baru datang ke mansion ini, masih menyimpan pakaiannya."Sial!" Jose mengumpat beberapa kali karena memikirkan Lexa. Semua masalah yang terjadi di dalam hidupnya tidak akan seberat atau sepusing jika sudah menyangkut tentang Lexa. Bahkan masalah besar yang menyangkut bisnisnya bisa dihadapi dengan mudah oleh Jose.Jose duduk di ruang kerjanya sambil menyesap kopi hitam yang terasa pahit
Jose, Sergio Dan Ramon berhenti mendengar teriakan Lexa."Kalian berdua tidak boleh membawa suamiku pergi. Aku tidak mengizinkannya," ucap Lexa serak dan matanya berkaca-kaca."Alex, aku tidak akan pergi ke mana-mana. Percayalah, hari ini aku akan berada di rumah." Jose memeluk Lexa dan ia bersyukur karena Lexa tidak menolaknya.Sergio dan Ramon berpandangan lalu tersenyum. Rencana mereka telah berhasil."Alex, jangan menangis. Aku di sini," Jose menepuk-nepuk punggung Lexa lalu mengangkat tangannya. Memberi kode kepada kedua orang temannya agar pergi meninggalkan mereka berdua."Ayo, Ramon" Sergio menarik lengan Ramon."Heh, Jose sudah menjadi budak cinta.""Itu bagus daripada kau menjadi budak seks." sarkas Sergio."Oh, aku jadi teringat dengan gadis yang masih berada di apartemenku.""Lanjutkan saja permainanmu dengan gadis panggilan itu. Aku ingin menemui seseorang.""Sergio, ayo kita treesome.""Dasar gila," desis Sergio yang ditanggapi oleh gelak tawanya Ramon."Hei, aku di sin
"Ayo, Jo." Lexa mengacungkan jari telunjuknya lalu menggerakkannya supaya Jose datang padanya."Kau sangat seksi, Alex. Sial, kau membuat tubuhku panas terbakar nafsu." ucap Jose dengan napas yang tersengal-sengal.Lexa terkikik geli sambil meraba tubuhnya yang sudah basah oleh madu dan susu."Boleh aku memakanmu sekarang?" tanya Jose yang sudah bersiap merobek kaos Lexa."Sentuh aku, Jo." Lexa membuka kakinya lebar. Saat ini Lexa memakai rok pendek sehingga celana dalamnya yang basah mencetak kewanitaannya."Sial, jangan menyesal jika aku tidak bisa berhenti nantinya, Alex.""Aku akan marah jika kau tidak bisa memuaskanku." Lexa memonyongkan bibirnya."Kau salah karena telah menantangku, Sayang.""Benarkah?" Lexa mengedipkan matanya.Jose langsung menarik tubuh Lexa hingga ke tepi meja. Ciuman panas langsung Jose berikan. Keduanya berciuman sangat dalam, membelitkan lidah dan bertukar saliva. "Buka, buka pakaianmu, Alex." titah Jose dengan tidak sabar."Kau yang buka, Jo." ucap Lexa
Tubuh Jose bergetar saat melihat orang yang ditabraknya ternyata adalah Marissa, wanita yang sudah dinyatakan meninggal lima belas tahun yang lalu. Bagaimana ini? Jose merasa bingung sekaligus aneh. Ia semakin khawatir karena napas Marissa terdengar semakin melemah."Tidak, jangan, Marissa jangan mati, Marissa tunggu!" Jose ketakutan yang membuatnya tidak bisa berpikir logis. Seharusnya ia segera membawanya ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa Marissa, bukannya termenung menebak-nebak kenapa Marissa masih hidup."Hei, kau menabrak seseorang!" Seorang laki-laki muncul memergoki Jose sedang memangku tubuh Marissa yang berlumuran darah."A-aku tidak sengaja," Jose making panik karena napas Marissa sepertinya telah terhenti."Ada apa ini?" Seorang laki-laki lain datang lalu matanya terbelalak. "Siapa yang menabrak wanita itu?""Dia, laki-laki yang memangku wanita itu." Laki-laki pertama yang memergoki Jose itu menunjuk Jose dengan jari telunjuknya."Segera lapor polisi.""Ok.""T-tung
"Jo!" bentak Lexa kesal. Sebelum tidur tadi Jose bilang jika tidak pernah mencintai Marissa tapi sekarang dalam keadaan tidak sadar menyebut nama wanita itu. Lexa sangat kesal hingga ingin mencabik-cabik wajah tampan Jose."Tidak, aku tidak membunuhnya, aku tidak sengaja." Jose kembali merancu dan tatapannya kosong. Wajah Jose terlihat ketakutan. Lexa merasa bersalah karena telah berburuk sangka kepada Jose."Tidak, aku tidak membunuhnya," Jose memeluk kedua kakinya."Astaga, apa yang telah terjadi denganmu? Kenapa bisa begini, tadi kau baik-baik saja, Jo?" Lexa memeluk tubuh Jose lalu menepuk-nepuk punggungnya."Jose itu bukan salahmu, Gadis itu yang lari ke tengah jalan dan kau tidak sengaja menabraknya. Lupakan itu, sungguh itu bukan salahmu, Sayang." bisik Lexa. Ia heran, hanya selang beberapa jam, Jose berubah moodnya. Lexa bersumpah, besok pagi ia ingin membunuh Michael. Gara-gara laki-laki bajingan itu, Jose harus mengingat peristiwa kelam yang terjadi lima belas tahun yang lalu