Share

Perkara Bubur dan Sepotong Kenangan

Alice melangkahkan kakinya dengan tergesa mengikuti langkah besar milik Ardan yang tampak santai.

Brukk!

"Aw," rintih Alice memegangi kepalanya yang baru saja terbentur hebat dengan punggung Ardan.

"Liat-liat kalau jalan, sakit tau!" ucap Ardan garang.

"Salah Bapak sendiri kenapa berhenti tiba-tiba, ini kepala saya lebih sakit dari punggung Bapak," balas Alice.

"Makanya kalau jalan pake mata," ucap Ardan menekankan setiap katanya.

"Dimana-mana jalan itu pake kaki bukan pake mata!" jawab Alice dengan sedikit berbisik, pasalnya mereka sudah menjadi tontonan banyak karyawan di cafetaria kantor.

"Maksud saya tuh..." Ardan menghentikan ucapannya lalu menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. Percuma menjelaskan apapun pada gadis keras kepala seperti Alice.

Tanpa sepatah katapun Ardan kembali melangkahkan kakinya menuju sebuah meja kosong di pojok cafe dan tanpa pikir panjang Alice pun mengikuti langkah besar lelaki itu.

"Kamu mau makan apa?" tanya Ardan sesaat setelah ia mendudukkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status