Share

6. Niat tulus atau modus?

Aвтор: Yeny Yuliana
last update Последнее обновление: 2024-03-24 22:45:00

Sayup-sayup mata Luna membuka saat aroma lezat masakan menggoda penciumannya. Perut kosongnya yang belum diisi sejak pagi mengeluarkan protes, sehingga gadis itu pun meringis sembari memegangi perut. Dia ingat sarapannya pagi tadi hanyalah cacian dan makian dari ayahnya dan Sarah, yang tentunya membuat ulu hatinya kembali terasa dicubit.

Dengan rasa malas dia bangkit dan berjalan mencari sumber aroma lezat masakan tersebut. Penciuman gadis itu menuntunnya ke dapur. Berpegangan pada kusen pintu dapur dan berulang kali mengerjab untuk menjernihkan pandangan, dia berusaha meyakinkan bahwa penglihatannya saat ini salah. Sulit dipercaya, tetapi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, punggung besar pria yang sangat familiar baginya sedang menghadap pada kompor yang menyala sementara kedua tangannya sangat lihai memainkan alat masak.

Matteo yang baru saja menyadari suara derap kaki mendekat melihat ke belakang dari ekor mata. Didapatinya Luna dengan wajah yang masih mengantuk sedang berdiri di ambang pintu dapur sembari memegangi perutnya. Hal itu membuat kedua sudut bibir Matteo berkedut menahan senyum.

"Duduklah, Nona. Makanan akan siap sebentar lagi." ucap pria itu yang membuat Luna pada akhirnya memilih duduk dan menunggu makanan terhidang di atas meja.

Dengan gerak yang terlatih Matteo menyusun semua masakan di atas meja. Semua tampak begitu menggoda, membuat Luna yang menahan lapar sejak tadi menelan saliva.

Matteo menuang air pada sebuah gelas dan memberikannya kepada Luna.

"Minumlah terlebih dulu, Nona." ucap Matteo sembari menyodorkan segelas air yang tanpa pikir panjang langsung Luna raih dan meminumnya sekali tandas.

"Apakah aku sudah boleh makan sekarang?" tanya Luna tanpa mengalihkan tatapan pada hidangan di atas meja.

"Tentu saja. Untuk apa semua makanan itu ku hidangkan jika tidak untuk dimakan." jawab Matteo sembari mengulas senyum yang menambah ketampanannya berkali lipat.

Untuk sekian detik Luna terpaku saat memperhatikan Matteo yang melepaksan apron yang melekat pada tubuh kekarnya. Baru kali ini dia menyadari betapa rupawan paras pria menyebalkan yang selama ini selalu mengikuti kemanapun dia pergi.

Luna mendengus dan membuang wajah.

'Sadar, Luna! Jangan terhipnotis hanya karena senyumannya! Pria itu sudah merenggut kesucianmu dan membuatmu diusir dari rumah!' batin Luna, berusaha menyadarkan diri dari sihir paras Matteo yang membuatnya membeku.

Tanpa menoleh lagi, Luna langsung mengisi piringnya dengan hobo steak, hidangan kesukaannya untuk memuaskan rasa lapar.

"Mungkin semua hidangan ini tidak selezat masakan para pelayan di rumahmu, Nona. Namun aku harap kau menyukainya." ucap Matteo berbasa-basi, menunggu Luna memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya. Pria itu ingin mendengar penilaian Luna atas masakan yang dia buat sore itu.

"Ya ya ya, aku bisa memaklumi." Luna memutar bola mata dan memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Begitu menyuapkan makanan ke dalam mulut, seketika kedua mata gadis itu membola. Perlahan dia memelankan kunyahannya untuk meresapi cita rasa makanan yang sedang dia kunyah.

"Bagaimana, apa rasa masakanku terlalu buruk, Nona?" tanya Matteo dengan kedua tangan saling bertaut di atas meja. Entah mengapa, tatapan Matteo yang berubah teduh dengan senyuman samar di wajah maskulin pria itu kembali menggetarkan hati Luna.

Sebuah desiran aneh menghinggappi dada Luna. Selama ini dia kerap menyangkal pujian teman-temannya atas paras dan pesona Matteo. Baginya, Matteo hanyalah seorang penguntit yang menyebalkan!

Luna menamparkan satu tangan pada salah satu pipinya untuk menarik paksa kesadarannya. Dia tidak ingin tertangkap basah sedang mengagumi pria menyebalkan itu. Dia bahkan menolak keras bahwa perasaan yang dia rasakan pada Matteo saat ini adalah perasaan kagum.

Hal tersebut membuat Matteo mengernyit. Setaunya tidak ada lalat yang hinggap di wajah Luna. Tetapi pria itu memilih untuk diam dan memperhatikan Luna dengan sikap absurtnya untuk beberapa saat. Namun tamparan Luna kesekian kali pada wajahnya sendiri membuat Matteo merasa khawatir.

"Nona, apa kau baik-baik saja?" Matteo bangkit berdiri dan hendak mendekati Luna. Pipi gadis itu tampak memerah akibat tamparannya sendiri.

Namun seolah mengerti apa yang hendak pria itu lakukan, Luna mengangkat satu tangannya ke udara yang seketika membuat Matteo menghentikan geraknya.

"Jangan mendekat, aku tahu, saat ini kau hendak mencuri kesempatan untuk bisa menyentuhku,"

Jawaban sinis Luna kembali membuat wajah Mateo mengetat, pria itu menarik nafas dan menipiskan bibirnya sebelum akhirnya kembali mendaratkan pantat di atas kursi.

Matteo ingin mengutarakan perasaan tidak nyamannya saat Luna berulang kali berkata padanya bahwa dia seorang pria mesum. Tetapi dia sadar, untuk saat ini Luna tidak akan mempercayai segala ucapannya.

Pria itu membiarkan Luna kembali menyuapkan makanan ke mulutnya. Gadis itu mengunyah makanannya dengan gerak yang begitu anggun, sebuah pemandangan yang membuat Matteo sulit mengalihakan pandangan.

Matteo kembali menatap Luna dengan tatapan datar. Namun alis pria itu kembali bertaut, saat melihat hobo steak yang ada di hadapan Luna habis kurang dari 7 menit.

"Kau memang menyukainya, atau kau sedang benar-benar lapar, Nona?" tanya Mateo sembari menyangga dagu. Sebuah senyuman menghiasi wajah maskulinnya.

Pertanyaan Matteo membuat Luna menoleh cepat, seketika Luna terbatuk, senyuman Matteo benar-benar menyiksanya.

Reflek Matteo menyambar gelas kosong yang ada di hadapannya dan mengisinya dengan air untuk kemudian bangkit dan memberikan air minum tersebut kepada Luna.

"Sebaiknya pelan-pelan saat makan, Nona," ucap pria itu, kekhawatiran terlihat jelas di wajah Matteo.

Pria itu menepuk pelan punggung Luna. Dan entah mengapa Luna seakan enggan menepis sentuhan Matteo pada punggungnya.

"Sudah cukup Matteo, terima kasih atas perhatianmu." ucap Luna kembali berdeham dan menata kembali ekspresinya.

Matteo kembali ke tempat duduknya dan mengamati Luna dalam diam.

Merasa diperhatikan, Luna pun mengering ke arah Matteo yang sejak tadi tidak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Hal tersebut membuat Luna salah tingkah. Dia telah menghabiskan makanannya sedangkan tuan rumah itu bahkan belum menyentuh makanannya sedikitpun.

"Mengapa kau tidak makan makananmu?" tanya Luna sembari meraih gelas minumnya dan meneguk minuman itu dua kali untuk menyembunyikan kecanggungannya.

Matteo tersenyum samar saat mendapati kedua mata gadis itu sudah berfokus padanya.

"Jangan pikirkan aku, Nona. Makanlah sebanyak apapun yang kau mau." ucap Matteo tanpa menyudutkan Luna. Pria itu tahu, selain karena lapar, Luna sangat menyukai hobo steak.

"Hmm, menurutku rasa steak ini tidak begitu buruk." komentar itu lolos dari bibir Luna. Namun tak lama kemudian gadis itu kembali mengambil steak untuk mengisi piringnya.

Melihat kelakuan Luna, seketika pupil mata Matteo berdilatasi. Pria itu pun tertawa karena terlihat sekali bahwa gadis itu enggan mengakui bahwa dia menyukai masakan Matteo.

"Kalau perlu, habiskan semua makanan itu, Nona. Aku bersedia membuatkannya lagi jika kau mau." ucap Matteo. Dapat Luna rasakan kesungguhan dalam ucapan pria itu.

Hal tersebut membuat Luna memelankan kunyahannya. Apakah ucapan Matteo barusan merupakan sebuah bentuk perhatian untuknya?

Semua itu membuat Luna berpikir. Jika Matteo memang pria mesum yang memiliki ketertarikan untuk berbuat jahat padanya, mengapa pria itu melepaskan pelukan Luna saat gadis itu reflek memeluk Matteo saat menjumpai binatang pengerat yang sangat dia benci? Dan tidak hanya itu, saat Luna tertidur, bukankah Matteo bisa saja kembali melakukan aksinya untuk menjamah tubuh gadis itu, jika memang pria itu memiliki niat jahat disebalik tawarannya memberi Luna tempat tinggal? Batin Luna terus bertanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Possessive Bodyguard Matteo   72. Kabar duka atau kabar bahagia?

    Luna memang memukili tubuhnya. Tapi entah mengapa Emily merasakan kebas akan pukulan itu. 'Bagaimana kalau pria tua itu meninggal? Bukankah itu artinya Luna akan mengambil alih rumah dan semua harta Alexander yang masih tersisa? Apa yang harus aku lakukan sekarang?' batin Emily menjerit pilu. Gadis itu bahkan menarik rambutnya sendiri dengan kedua tangan. Dia tahu, Matteo tentu akan mambantu Luna untuk kembali mengambil alih rumah Alxander jika pria itu meninggal. Melihat kekayaan keluarga Matteo yang terdiri dari orang-orang terpandang dan berpengaruh tentu saja menyingkirkan Emily dan Rosaline adalah hal sangat mudah. Matteo menarik napas dalam sebelum mengunci tubuh Luna dengan kedua tangan kekarnya. "Kau tak perlu melakukannya. Aku sudah menyiapkan orang-orangku untuk mengatasi mereka, Sayang," bujuk Matteo seraya membopong Luna menjauh. Luna berusaha meronta sekuat tenaga dan berteriak histeris. Ingin rasanya dia menghabisi Emily saat itu juga. "Luna, ku mohon tenanglah. Ingat

  • My Possessive Bodyguard Matteo   71. Belum pusakah?

    Seketika Rosaline dan Emily menatap Matteo dengan mata bergetar. Niat mereka untuk menenangkan pikiran sejenak dengan menghadiri tempat indah-Villa d'Este jusru membuatnya merasakan sensasi seakan-akan itu adalah akhir dari kehidupan mereka. 'Scandal? Apakah maksud Matteo mengundang Greta di acara ini untuk ...' batin Emily sembari bergidik. Gadis itu menutup telinganya dengan kedua tangan sembari menunduk. Dia tidak ingin mendengar percakapan yang menyudutkannya setelah ini. Alessia mengangguk pelan, masih mengipas lehernya dengan kipas lipat berwarna merah yang selalu dia bawa. "Tentu saja Ibu ingin melihat seperti apa bentuk para kera itu," sungut Alessia dengan emosi berapi-api. "Mereka berdualah, orangnya, Ibu." Matteo menunjuk Emily dan Rosaline. Berbanding terbalik dengan Emily yang pasrah akan keadaan berikutnya sehingga gadis itu menunduk, Rosaline justru mengetakan rahang dan berusaha menyangkal. "Bagaimana kau yakin kalau kami yang melakukannya!" bentak Rosaline, k

  • My Possessive Bodyguard Matteo   70. Balas budi

    "Bukankah, itu Nico, mantan pacar Anda, Nona Emily?" pertanyaan dari seseorang yang duduk di belakangnya seketika membuat Emily dan Rosaline menoleh. Dia merasa tidak asing dengan suara itu. "Greta ... kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Emily dan Rosaline nyaris bersamaan. Ibu dan anak tersebut tampak heran melihat keberadaan Greta dan ibunya-Grace berada di acara yang sama. Grace yang tampak payah karena kondisi kesehatannya itu bahkan menghadiri acara pernikahan Luna menggunakan kursi roda. Greta tersenyum. "Anda tak perlu heran, Nona. Tuan Matteo yang mengundangku di acara pernikahannya." Seketika Rosaline dan Emily menautkan alisnya seakan tak percaya dengan jawaban Greta. Dari sekian banyak pelayan di kediaman Alexander Winterbourne, Matteo hanya mengundang Greta. Emily memiliki firasat bahwa hal buruk akan segera terjadi. "Kalian," panggil Greta yang merujuk pada Emily dan Rosaline yang masih tercenung menatap dirinya dan ibunya. "berhenti menatapku seperti itu. Lebi

  • My Possessive Bodyguard Matteo   69. Bunga pengantin

    Alexander berjalan keluar rumah saat seorang pelayan mengatakan bahwa seseorang yang mengaku sebagai utusan Matteo untuk menjemputnya sudah datang. Pria itu berjalan keluar dengan koper berisi barang yang dia perlukan, diikuti Emily dan Rosaline yang dia abaikan beberapa hari ini. Rosaline menatap seorang pria berbadan tinggi besar dengan rambut ikal yang baru saja keluar dari sebuah Rolls Royche Phantom. Seketika perempuan paruh baya itu menyikut lengan Emily. "Apa menurutmu pemuda itu memiliki hubungan saudara dengan Matteo?" tanya Rosaline dengan berbisik. Dia berpikir untuk membuat anak gadisnya menggait hati pria tersebut kalau saja pria itu kaya raya seperti Matteo. Emily mencuri lihat dari balik tubuh ayah tirinya untuk melihat siapa pria yang dimaksud ibunya. "Itu Stefano, aku berpikir kalau dia adalah anak buah Matteo, Bu," jawab Emily, mengingat sebelum Matteo mengakui siapa dirinya, Stefanolah yang melakukan tugas CEO di Magnolia spring Resort. 'Bawahan Matteo ... meng

  • My Possessive Bodyguard Matteo   68. Alasan Matteo

    "Tutup mulutmu, Rosaline!" bentak Alexander yang seketika membungkam mulut Rosaline. Membuat wanita paruh baya itu kembali tersadar dengan kemarahan Alex yang diakibatkan oleh ulah Emily. Wanita paruh baya itu pun bersikap lebih tahu diri untuk saat ini. Melihat keberanian dan kewibawaan yang terpancar nyata pada diri Matteo membuat Alex ingin mendengar lebih banyak apa yang hendak Matteo sampaikan. "Lanjutkan," pinta Alex. "Begini, Tuan. Dalam satu pekan ke depan, saya dan putri Anda akan melangsungkan pernikahan. Kiranya Tuan bersedia menghadiri acara pernikahan kami." Matteo berucap lugas. Luna menatap kagum pada Matteo yang dengan tenang mengatakan maksud kedatangannya ke rumah itu. Dadanya dipenuhi rasa hangat mendengar suara menenangkan Matteo, sehingga muncul keberanian Luna untuk berbicara kepada Alex. "Benar. Kami akan segera menikah. Kami harap Ayah merestui dan sudi untuk datang ke acara pernikahan kami." Rosaline yang berpikir bahwa Luna terlalu naif tertawa ker

  • My Possessive Bodyguard Matteo   67. Matteo Vicenzo

    Seketika ucapan yang keluar dari bibir Adrian memantik amarah Rosaline dan Alexander. "Apa maksudmu tidak mungkin?" tanya Alex dengan rahang mengetat. Pria paruh baya itu yakin bahwa Adeia adalah satu-satunya pemuda yang menjalin kedekatan dengan anak tirinya. Adrian tertawa hambar. Tampak sekali dia sedang mentertawakan semua orang yang ada di ruang tamu itu. "Bagaimana mungkin dia hamil anakku, sedangkan aku selalu membuang sepermaku di wajah dan mulutnya. Itu semua aku lakukan semata-mata agar dia tidak hamil. Aku bahkan tidak mencintai Emily, Tuan Alex yang terhormat," jawab Adrian sembari tersenyum miring. Seketika ulu hati Emily terasa sakit, rasa sesak memenuhi dadanya. Sesaat dia lupa bagaimana cara bernapas. "Adrian ..." lirih Emily dengan suara parau, air mata menggenangi kedua matanya. "Jadi selama ini kau ..." Adrian menoleh ke arah Emily dan menatap gadis itu dengan sorot mata penuh amarah. "Aku apa? Hanya menjadikanmu pelampiasan nafsuku? Harusnya kau ingat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status