“Sea, bagian mana yang kembali sakit?” tanya Prince dengan bisikan lembut, dia mengusap wajah Rosea dengan penuh kehati-hatian, meneliti setiap luka yang sudah dokter periksa.Prince takut, dia kembali mendengar tangisan rintihan Rosea lagi, dia takut melihat Rosea kembali berdarah. “Mulai hari ini, aku yang akan menjaga Sea ya?” ucap Prince dengan penuh tekad.Bibir Rosea berkedut tidak dapat menahan senyuman lembutnya, dia mengusap rambut Prince dengan penuh kehati-hatian agar bahunya yang kembali cedera tidak sakit.Rosea jauh lebih tenang jika dijaga oleh anak kecil ataupun orang asing dibandingkan terlalu berdekatan dengan Leonardo, semakin Rosea tidak berdaya dan tidak memiliki kekuatan untuk menolak, Leonardo semakin suka mengambil kesempatan. “Terima kasih Prince. Aku senang Prince mau menjagaku, mulai sekarang aku mau didekat Prince saja, bukan ayah Prince,” jawab Rosea menciptakan binar senang di mata Prince.“Apa yang bisa aku lakukan untuk Sea sekarang?” tanya Prince.Ro
“Kalian mau pergi kemana?” Leonardo menutup tabletnya, melihat Prince terkopoh-kopoh tengah berusaha membuka kursi roda elektrik yang diletakan di sudut jendela. “Kami akan pergi keluar sebentar,” jawab Rosea.Leonardo beranjak dari duduknya, hendak membantu putranya yang tengah kesulitan, namun belum sempat Leonardo menawarkan bantuan, tangan Prince sudah lebih dulu terangkat memberi isyarat.“Tidak perlu Ayah, aku bisa melakukannya sendiri,” tolak Prince.Leonardo mendengus geli.“Itu berat.”“Aku sudah dewasa, Ayah,” jawab Prince dengan penuh percaya diri.“Kamu yakin Prince?”“Aku yakin Ayah! Jangan tanya aku terus, aku kan sedang berkonsentrasi,” tegur Prince terganggu, dengan kesulitan anak itu mulai membuka lipatan kursi roda dan mengatur bagian belakangnya agar siap digunakan.Rosea menutup mulutnya menyembunyikan suara tawa yang keluar, Rosea terhibur melihat Leonardo yang kini mencebikan bibirnya, pria itu merenggut seperti seorang anak yang tengah kesal karena diabaikan dan
“Aku sudah tahu jika ingatan kamu kembali.”Tubuh Rosea menegak waspada, Rosea masih sedikit trauma dengan kebiasaan Leonardo yang suka menguntit segala hal tentang dirinya hingga ke dasar.“Kamu tahu dari mana?” tanya Rosea dengan napas tertahan.“Karina sudah menceritakan semuanya padaku.” Leonardo mengecup permukaan tangan Rosea dan kembali menempatkannya di pipi, biru matanya yang cerah menatap lekat Rosea dengan penuh pengharapan.“Kamu marah?”Leonardo menggeleng dengan senyuman. “Aku sangat berharap, jika alasan kamu masih bertahan disini dan memberiku kesempatan karena ingatan kamu kembali, kamu mengingat kenangan tentang kita, dan kamu masih memiliki perasaan kepadaku,” ucap Leonardo dengan penuh kehati-hatian.Pupil mata Rosea bergetar, bibir mungilnya terkatup rapat kehilangan kata-kata untuk menyangkal.Sejujurnya, kesalahan Leonardo terlalu banyak, dia tidak segan melukai orang-orang terdekat Rosea ketika keinginannya tidak terpenuhi, cara Leonardo mencintainya sudah san
Sore yang cerah terlihat di upuk barat, keramaian suara terdengar dari berbagai penjuru tempat negeri kecil Monaco.Lalu lalang mobil mewah memadati jalanan dan terparkir di dekat sebuah halaman kasino. Dua buah sedan hitam membelah jalanan, melintasi keramaian kota.Rosea tertidur lelap bersandar pada bahu Leonardo, sementara Prince meringkuk membiarkan paha ayahnya sebagai bantalan.Tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai ke tempat tujuan, kedua mobil sedan itu mendekati wiayah perumahan Monte Carlo dan memasuki salah satu rumah yang berdiri di dekat tebing.Sebuah rumah berlantai dua langsung menghadap ke lautan dengan sebuah taman yang indah dan kolam renang di sisi tebing yang curam berbatu ditumbuhi oleh pepohonan besar yang rindang.Pintu di sisi Leonardo terbuka, dengan penuh kehati-hatian pria itu melangkah keluar menggendong Rosea yang ketiduran usai meminum obat penenang.Suara rengekan Prince terdengar, anak itu terduduk lemas tidak dapat menahan kantuknya, kedua
“Nyonya Berta, dia masih menunggu di depan dan berharap bertemu dengan Anda.”“Saya tidak menerima tamu yang tidak memiliki urusan pekerjaan.”“Saya sudah mengatakannya, namun dia bersikeras.”Berta menyesap anggurnya untuk meredakan tenggorokannya yang kini mengering. Sejak beberapa jam lalu dia mendapatkan kabar jika Mikhaila datang ke Indonesia dan memohon ingin bertemu dengan Berta.Sesungguhnya, Berta masih berharap Mikhaila akan menjadi isteri Leonardo, dengan begitu putranya akan kembali hidup dalam jalur yang sudah ditentutan. Hidup tanpa kecacatan dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang pewaris.Berta sangat ingin Leonardo kembali ke Indonesia dan kembali meminpin bisnis keuangan keluarganya. Berta sudah sangat kelabakan, dia tidak sanggup berlama-lama meminpin banyak cabang perusahaan usai ditinggalkan suami sekaligus putranya.Namun, sejak beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika assistant Leonardo mengirimkan bukti cctv Mikhaila main tangan pada cucu satu-satunya, Ber
Aroma lembut lavender memenuhi ruangan, Rosea sedikit menggerakan kepalanya dan melihat ke sisi untuk menemukan keberadaan Leonardo yang sejak tadi berdiri menunggunya berendam.“Kenapa kamu masih ada disini?” tanya Rosea terdengar pelan.“Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja.”Dengan cepat Rosea membuang muka dan memutar bola matanya. “Memangnya siapa yang sudah membuat aku kembali sakit lagi seperti ini?” Wajah Leonardo merah merona teringat percintaan singkat mereka berdua saat dia membantu melepas pakaian Rosea. “Aku kan tidak membuat banyak guncangan, kamu juga menikmatinya,” jawabnya membela diri. Rosea merangkak keluar dari bathub, selembar handuk besar membungkusnya.Suara pekikan terdengar begitu dengan mudahnya tubuhnya terayun dalam gendongan Leonardo yang membawanya keluar dari kamar mandi, lalu mendudukannya di sisi ranjang.“Aku bisa sendiri Leonardo,” bisik Rosea memberitahu. “Aku ingin membantu kamu.”“Beri aku ruang, sebentar saja. Aku tahu kamu juga sibu
“Turunkan aku!” bisik Rosea ditelinga Leonardo. “Aku tidak mau,” jawab Leonardo membalasnya dengan senyuman.“Turunkan, kamu gila ya?” maki Rosea mencubit keras lengan Leonardo dan menggigit bahunya, “turunkan tidak?”Alih-alih meringis dan menuruni perintah Rosea, Leonardo menanggapinya dengan tawa. Dengan mudahnya Leonardo menarik mundur kursi dengan ujung sepatunya, dia segera duduk membawa Rosea di pangkuannya.Satu kaki Rosea yang terluka membuatnya kesulitan bergerak pindah tanpa bantuan tongkat. “Jangan terlalu banyak bergerak, kamu bisa membangunkan sesuatu,” bisik Leonardo memeluk erat pinggang Rosea agar berhenti memberontak.Leonardo tertawa geli melihat cemberutan kesal Rosea yang tidak bisa memaki karena ada Prince yang tengah memperhatikan.“Prince, apa kamu bis_”“Bisa memotongkan daging untuk Sea?” potong Leonardo menyela ucapan Rosea yang hendak meminta tolong agar Prince membawakan kursi roda untuknya.“Tentu saja.” dengan penuh semangat Prince mengambil piring dan
“Berhentilah bercermin, kamu sudah sangat cantik.” Mendengar komentar temannya yang berdiri di ambang pintu, Rosea mendengus malas. “Diamlah!” “Aku serius Sayang, semakin kamu mencari celah kekurangan yang sebenarnya tidak ada, kamu akan tidak percaya diri dan memikirkan hal sebenarnya membuang waktu.”“Sudah ceramahnya?”Sontak Jacob tertawa, pria itu membuang muka dan melenggang pergi untuk memberi ruang kepada Rosea yang sejak tadi terus berdiam diri di depan cermin, sibuk dengan dirinya sendiri.Suara hembusan napas yang kasar terdengar keluar dari mulut Rosea, wanita itu mencoba mengatur napasnya untuk mengurangi kegugupan.Ini untuk pertama kalinya Rosea kembali hadir di sebuah acara besar setelah satu tahun yang lalu mengalami kecelakaan.Satu tahun yang lalu, Rosea tergelincir jatuh saat bermain es skating, kecelakaan itu menyebabkan Rosea koma dalam waktu lama hingga dia kehilangan banyak ingatannya hingga dia melupakan banyak anggota keluarganya sendiri.Kecelakaan itu mem