Nicholas POV Aku membuka mataku saat kudapati tubuh Lylia masih terbaring di sebelah dengan tangannya berada di atas dadaku yang sedang tidur terlentang. Aku tersenyum dan mencium tangan dan pipinya. Aroma bangun tidurnya begitu membuatku semakin mabuk kepayang. Bagaimana bisa wanita ini membuat aroma memabukkan seperti itu? Ia mengernyitkan dahinya dan mencoba membuka matanya. "Morning Daddy..." Sapanya mengusap mata yang masih tertutup itu. "Good morning, Ly.." Balasku membuat aktivitasnya terhenti seketika dan membuka paksa matanya.Ia segera terduduk dan melihat sekitar ruanganku dengan wajah paniknya."What's wrong, Ly?" Aku ikut terduduk di sampingnya. Tampak jelas ia mencoba menahan ekspresi paniknya itu. "Eh Kak Nico. Kirain di kamarnya-" Ia menghentikan ucapannya. "Siapa? Daddy?" Tebakanku membuatnya menggigit bibir. "Tell me the truth, Ly. Ada hubungan apa di antara kalian? Sejak kapan kamu memanggilnya Daddy?"
Author POVDante berjalan membawa tubuh Lylia yang terbungkus selimut Nico kembali ke kamarnya. Ia menutup pintu kamar dengan kakinya lalu terduduk di sofanya dengan tubuh Lylia yang berada di pangkuannya. Lylia menyentuh pipi Dante dan menatap kedua bola mata tajam Daddy nya yang masih di selimuti rasa emosi."Daddy, maafkan aku.." Pinta Lylia.Mata Dante hanya menatap bola mata coklat Lylia da
Author POVSore harinya kafe tampak semakin ramai dengan kedatangan beberapa pengunjung pegawai kantoran yang masih ingin menghabiskan waktu mereka dengan menikmati jam pulang kantor bersama dengan rekan kerja mereka. Lylia yang baru pertama kali melihat kondisi seperti ini jelas sangat senang di buatnya. Teman kerjanya tampak sibuk melakukan tugasnya masing-masing dan dia juga sesekali ikut terbawa suasana kafe yang tampak riuh namun menyenangkan ini di balik mesin kopi canggih milik kafe Dante."Asian Dolce Latte satu, Nona." Ucap seorang pria dengan nada beratnya.
Author POVMalampun menjelang, situasi kafe memang sedang ramai meski jam sudah menunjukkan pukul 10 petang. Para pengunjung kini di dominasi oleh para pekerja muda yang ingin menikmati malam yang tenang dengan masing-masing laptop dan gadget di hadapan mereka. Kafe tempat Lylia memang terbuka 24 jam, oleh sebab itu pegawai di bagi menjadi 3 shift, pagi-siang dan malam, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan."Hot Americano satu." Ucap seseorang bernada bariton yang mengagetkan Lylia yang tengah asik berbincang dengan Sheena.
Author POVDante berjalan bersama dengan Lylia menuju ruang tunggu lengkap dengan Eugene dan Victor yang menjaga mereka dari belakang menuju tempat Nicholas yang tengah terduduk bersama dengan Marie dan Ibu Nicholas, Alicia. Nicholas yang melihat kehadiran Dante dan Lylia sempat terkaget sesaat karena tidak menyangka jika mereka berdua masih menyempatkan waktunya untuk mengantar kepergiannya. Nichoals segera berdiri dan berjalan mendekati sang Ayah terlebih dahulu. Ia tidak ingin melihat kedua orang tuanya berkelahi di tempat umum.
Lylia POVAku berdiri di hadapan sosok yang selama ini menghilang dari ingatanku. Salah satu sosok yang berpengaruh besar atas perputaran nasibku ssaat ini. Sosok yang terakhir kali kulihat sebelum tergantikan oleh sosok sempurna seorang pria dewasa seperti Dante Prime. Ya, dia adalah Taylor Prozky. Kakakku yang sangat kusayangi. Saking kehilangan sosoknya aku sampai menganggap Nicholas Prime sebagai pengganti kehadirannya di hidupku. Dam kini sosoknya yang sedang berdiri di hadapanku tampak jauh berbeda dari ingatanku sangat mengejutkanku.
Dante POV Aku duduk di meja kerjaku sibuk dengan pekerjaan yang sudah sekertarisku siapkan sedari pagi. Gadisku sedang merebahkan dirinya di ruang istirahat setelah puas kulahap sepanjang perjalanan tadi. Kutinggalkan tubuh indahnya saat sekertarisku mengingatkanku tentang pekerjaan yang sudah menantiku sejak pagi tadi, mengingat siang ini Ted akan mengunjungiku untuk membicarakan bisnis yang dia maksud, dan aku tidak mau terganggu dengan pekerjaan yang menumpuk ini. "Permisi, Tuan. Ted Luxius datang men
Dante POVLylia menatapku dengan sorot matanya yang ragu. Meskipun tak bersuara sedikitpun aku yakin dia mencoba meminta izin dariku sebelum berbuat sesuatu yang mungkin akan membuat emosiku memuncak. Aku mengangguk sekilas memberikannya izin untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Ia kembali berbalik menatap Ted yang sedari tadi memperhatikan kami."Kenapa kau mengganti namamu? Apa yang terjadi dengan ayah dan ibu?"Ted terdiam sejenak.