Begitu pekerjaannya di Shanghai selesai, Caesar segera kembali ke Qing dan menjadikan universitas tempatnya mengajar sebagai tempat pertama yang harus dia kunjungi.
Namun sesampainya di tempat parkir, dia melihat Crystal yang sedang tertawa bahagia bersama seorang Pria yang baru pertama kali dia lihat dan hal itu membuatnya segera melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana karena terlalu kesal dengan pemAndangan di depan matanya saat ini “Profesor,” Senyum Crystal berdiri di hadapan Caesar dan menghentikan langkahnya. “Siapa laki-laki itu?” Tanya Caesar dingin. “Dia…” ragu Crystal saat dia harus berpikir untuk mencari alasan yang bisa meyakinkan Caesar tanpa harus membuat Caesar menyadari identitasnya. “Kenapa? Apa dia adalah laki-laki yang sebenarnya kau cintai? Atau mungkin dia adalah cinta pertamamu?” Tanya Caesar bertubi-tubi saat Pria itu terus memandang ke arah Crystal berdiri saat ini. “Tentu saja bukan,” jawab Crystal pasti, “Dia hanya seorang senior yang meminta bantuanku untuk berkeliling di kampus kita ini,” jawab Crystal akhirnya. “Senior?” Senyum Caesar menggelengkan kepalanya tidak percaya lalu berjalan meninggalkan Crystal yang langsung mengikuti langkahnya. “Apa saat ini Anda sedang cemburu?” Tanya Crystal jahil saat melihat kemarahan di wajah Caesar saat ini. “Cemburu?” Tanya Caesar menghentikan langkahnya dan berdiri menghadap ke arah Crystal, “Aku hanya tidak suka ada orang lain yang menyentuh sesuatu yang menjadi milikku,” senyumnya dingin, “Jadi jangan bersikap kekanakan dengan menggunakan kata cemburu, pada Pria dewasa sepertiku,” sambungnya menepuk bahu Crystal dan meninggalkannya disana dengan wajah dingin. “Dia benar-benar terlihat imut saat sedang marah,” senyum Crystal mengejar langkah Caesar dengan berani. Caesar masuk ke dalam kantornya diikuti Crystal yang mengikuti langkahnya tanpa ragu. Namun karena masih merasa kesal setelah melihat kedekatan Crystal dengan Pria lain, dengan kesal Caesar bertanya, “Kenapa kau mengikutiku sampai ke sini?” “Aku hanya ingin meredakan amarah Profesor saat ini,” senyum Crystal menyimpan buku di tangannya di atas meja Caesar. “Meredakan amarahku,” senyum Caesar memutar kursinya ke arah Crystal berdiri, “Bagaimana caranya?” Tanyanya masih dengan wajah dingin. “Bagaimana jika seperti ini?” Tanya Crystal yang tanpa ragu segera duduk di atas pangkuan Caesar. “Gu Crystal… aku benar-benar tidak menyangka kalau kau bisa melakukan hal seperti ini,” senyum Caesar saat perasaannya tiba-tiba terasa lebih baik karena sikap Crystal saat ini. “Aku bahkan bisa melakukan hal ini untuk meredakan amarah Anda,” kata Crystal mencium bibir Caesar tanpa aba-aba dan membuat Caesar hanya bisa membalas ciuman itu dengan bahagia. “Apa saat ini, kau juga bisa mulai membayar hutangmu sebelumnya?” Tanya Caesar menatap Crystal serius. “Sekarang,” tanya Crystal pasti, “Maksudku disini?” Terkejut Crystal mebelalakan mata kecinya dengan lebar. “Hmm… disini,” kata Caesar mengangkat tubuh Crystal dan mendudukannya di atas meja kemudian mulai menciumi leher jenjang Gadis kecil di hadapannya saat tangannya mulai meremas dada Crystal lembut. “Profesor,” desah Crystal pelan. “Bagaimana? Apa kau menyukainya?” Bisik Caesar saat menciumi rahang tegas Crystal hingga membuatnya sedikit memerah. “Hmm,” gumam Crystal membuat senyuman terukir di bibir tipis Caesar, “Aku sangat menyukainya.” “Kalau begitu…” Tuk…tuk…tuk… Suara ketukan pintu segera menghentikan Caesar dari permainannya di atas tubuh Crystal yang membuat Crystal secara reflek segera turun dari meja dan bersembunyi di bawah meja Caesar karena pakaiannya yang sudah sangat berantakan, “Masuklah,” perintah Caesar saat dia sendiri sudah duduk tenang di atas kursi putarnya, “Ada apa?” Tanya Caesar pada salah satu siswa laki-laki yang kini berjalan ke arahnya. “Profesor, mengenai tugas yang sebelumnya Anda berikan…” tanyanya ragu “Katakan.” “Haruskah aku bermain dengannya?” batin Crystal saat melihat kaki panjang Caesar sedikit terbuka di hadapannya, dan akhirnya membuat Crystal menarik kaki Caesar untuk lebih dekat dengannya dan mulai memainkan milik Caesar yang masih tertutup rapat di balik celana bahan hitamnya dan membuat Caesar segera menahan tangan Crystal dan menghentikan aktivitasnya. Namun Crystal yang ingin mengganggu konsentrasi Caesar saat ini, segera menarik tangannya dari genggaman Caesar, lalu kembali memainkan milik Caesar tanpa ragu dan membuat Caesar benar-benar ingin segera menyelesaikan pembicaraannya dengan berkata, “Bagaimana dengan pendapat yang lainnya?” Tanya Caesar menahan geli yang Crystal sebabkan. “Mereka pikir, waktu 1 minggu tidak akan cukup untuk menyelesaikannya, jadi bagaimana jika…” “3 minggu,” kata Caesar cepat saat Crystal mulai membuka celananya perlahan, “Apa itu cukup?” Tanya Caesar agar siswa di hadapannya segera pergi. “Terima kasih banyak Profesor,” jawabnya antusias, “Kalau begitu aku akan segra mengumumkan hal ini pada anak lain.” “Hmm,” gumam Caesar saat dia masih berusaha menahan desahannya saat mulut Crystal mulai memainkan miliknya dengan intens dengan senyuman jahil di mulutnya yang sudah penuh, “Kalau sudah tidak ada hal lainnya lagi, kau bisa pergi,” sambungnya setenang mungkin. “Baiklah, kalau begitu aku permisi,” cerianya membungkukan badannya sopan lalu segera keluar dari sana saat mendapatkan anggukan dari Caesar. “Gu Crystal,” senyum Caesar tidak percaya. “Bukankah Anda sendiri yang memintaku untuk membayarnya disini?” Senyum Crystal nakal “Biar aku tunjukan, bagaimana kau harus membayar perbuatanmu barusan,” kata Caesar menarik Crystal berdiri dengan posisi membelakanginya lalu membuka celana jeans pendek yang Crystal gunakan dan membuka kaki Crystal lebih lebar menggunakan kakinya kemudian langsung memasukan miliknya ke dalam milik Crystal dalam posisi berdiri. “Prof…fesor,” desah Crystal saat kenikmatan itu kembali menguasai bawah tubuhnya. “Kendalikan suaramu jika kau tidak ingin ada orang yang mendengarnya,” bisik Caesar mulai menggerakan tubuhnya untuk masuk semakin dalam dengan gerakan yang semakin cepat tanpa membiarkan dada Crystal bebas dari permainan liar tangannya. Setelah cukup lama dalam posisi seperti itu, tanpa melepaskan kontak di bawah tubuh mereka, Caesar membawa tubuh kecil Crystal untuk duduk di atas pangkuannya hingga memudahkan Crystal untuk mulai ikut bergerak maju mundur dengan tetap menahan desahan kenikmatannya. “Pulanglah bersamaku malam ini, agar kita bisa melanjutkannya di rumah,” pinta Caesar di sela deru nafasnya yang membara. “Aku masih harus menyelesaikan tugasku di perpustakaan,” jawab Crystal pelan, “Jadi aku akan datang di akhir pekan seperti biasanya.” “Baiklah,” kata Caesar kembali berdiri, “Kalau begitu kita selesaikan semuanya disini,” kata Caesar mempercepat gerakannya hingga membuat mereka melepaskan cairan permainan mereka bersamaan. *** Setelah menyelesaikan permainannya dengan Caesar, Crystal kembali ke kamarnya untuk meminum obat yang sebelumnya Caesar berikan padanya. Senyuman kembali terukir di wajah cantik Crystal disaat bayangan permainannya dengan Caesar membuat dia mendapatkan pengalaman bercinta lain dari Caesar yang mulai mengisi hatinya. “Xiao Gu,” panggil Victoria begitu masuk ke dalam kamar dan menyadarkan Crystal dari pikiran kotornya, “Aku dengar kamu keluar dari ruangan Profesor Lu setelah cukup lama berada disana,” senyumnya antusias. “Hmm… aku menanyakan beberapa tugas yang dia katakan di kelas kemarin,” jawab Crystal tenang. “Menanyakan tugas?” Tanya Victoria mendengus kesal. “Hmm.” “Kenapa kau tidak mengajaknya untuk makan malam bersama atau mungkin meminta nomornya untuk membuat komunikasi kalian menjadi lebih mudah?” Kesal Victoria yang benar-benar ingin mendekatkan Crystal dengan orang yang dia sukai untuk pertama kalinya. “Ah… aku benar-benar melupakan hal penting itu,” sesal Crystal saat merasa perkataan Victoria masuk akal karena dia sama sekali belum bertukar kontak apapun dengan Caesar. “Kalau begitu segera kembali ke sana untuk meminta nomor ponselnya,” perintah Victoria tegas. “Bukankah tidak sopan jika aku tiba-tiba kembali hanya untuk meminta nomor ponselnya?” Polos Crystal yang merasa dia masih memiliki kesempatan lain untuk menanyakan hal itu pada Caesar kapanpun dia menginginkannya. “Gu Crystal,” bentak Victoria kesal, “Kenapa kau sangat…” “Aku akan pergi,” sela Crystal yang tidak ingin mendengar ocehan Victoria mengenai cara apa saja yang harus di gunakan untuk mendapat perhatian seorang Pria. Begitu kembali berdiri di depan ruangan Caesar, Crystal segera meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak mebayangkan permainan mereka di dalam sana. Dan setelah Crystal merasa benar-benar yakin bisa mengendalikan dirinya untuk tidak tergoda oleh Caesar, Crystal mengetuk pintu di hadapannya sebanyak 3 kali, “Masuk,” jawab suara maskulin yang juga sudah membuat Crystal candu “Profesor,” senyum Crystal saat melihat Caesar yang sedang sibuk dengan layar komputernya, “Apa Anda sedang sibuk?” “Ada apa? Apa mungkin kau berubah pikiran?” Tanya Caesar tanpa melepaskan pandangan dari layar komputer, “Maksudku kau mungkin merasa permainan kita tadi belum cukup, sehingga kita harus melanjutkannya setelah kita sampai rumah?” “Bukan itu… tapi Victoria…” “Victoria?” Tanya Caesar menatap Crystal serius “Hmm… dia membuatku ingat kalau aku belum punya nomor ataupun kontak w*chat Anda,” senyumnya berjalan menghampiri Caesar, “Jadi aku datang untuk memintanya.” “Jadi maksudmu, jika Victoria tidak mengatakannya, kau tidak akan pernah meminta kontak apapun dariku?” Tanya Caesar yang kembali bersikap dingin. “Mana mungkin aku berani berikap bodoh seperti itu?” Tanya Crystal berdiri manja di samping Caesar. “Kalau begitu jelaskan,” perintahnya kembali memutar kursinya ke arah Crystal berdiri dan menatap Crystal semakin serius. “Setiap kali bertemu dengan Anda, pikiranku selalu di penuhi dengan hal itu,” kata Crystal pelan saat wajahnya terasa sangat panas, “Jadi aku selalu saja melupakannya.” “Hal itu?” Tanya Caesar yang sebenarnya tahu pasti maksud perkataan Crystal hingga membuatnya ingin menggoda Crystal. “Hmm… permainan Anda selalu membuat kepalaku kosong dan melupakan banyak hal,” jawab Crystal malu. “Kalau begitu segera selesaikan kepindahanmu dari asrama dan tinggalah bersamaku, supaya kita bisa selalu memiliki lebih banyak waktu untuk di habiskan bersama,” kata Caesar menatap Crystal serius dan kembali membuat kepala Crystal kembali terasa kosong saat mendengar ucapan Pria tampan di hadapannya. -°-Li Jingyan masih duduk di hadaoan dua orang berseragam hitam.Keangkuhan masih terpampang jelas di wajah tuanya, dan kepercayaan diri, sama sekali tidak menghilang dari wibawa yang di milikkinya.“Li Jingyan, semua bukti sudah kami milkki, jadi apa kau tidak akan mengakuinya?” Kata salah seorang polisi yang ada di hadapannya.“Jika kalian memang memiliki bukti,” seringainya menyandarkan tubuhnya ke kursi, “Maka kalian tidak akan mungkin membiarkan aku tetap di sini.”Tepat di saat itu, pintu ruang interogasi di ketuk dan petugas Yan memanggil kedua orang itu untuk keluar bersamanya.“Li Jenny dan Li John sudahmembawa bukti yang kita perlukan,” katanya memberikan sebuah flash disk dan dan juga setumpuk dokumen, “Jadi buat dia mengakui segalanya dan akhiri ini dengan cepat,” tegas petugas Yan yang tidak lagi ingin berlarut larut dalam permainan orang kaya dalam perebutan kekuasaannya.“Baik, bagaimana dengan bukti mengenai kecelakaan keluarga Gu?” tanya salah satunya ragu.“Ada di sini,
Pagi itu, udara di luar jendela terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis masih menyelimuti area kediaman keluarga Gu saat Crystal duduk di meja makan, ditemani secangkir kopi yang sebenarnya sama sekali tidak dia disentuh. Matanya menatap kosong ke luar jendela, tetapi pikirannya sibuk merancang strategi. Sebuah strategi yang bisa menghancurkan Li Jingyan dan seluruh pendukungnya dalam satu pukulan.Beberapa dokumen yang masih berserakan terbuka di hadapannya, termasuk salinan surat kuasa dan jadwal rapat darurat yang akan diadakan pagi ini. Di sudut ruangan, yang tidak jauh dari tempat Crystal duduk, Felix sudah berdiri dengan siap untuk menerima perintah apa pun yang Crystal katakan."Apa semuanya sudah sesuai dengan yang di rencanakan?" tanya Crystal tanpa mengalihkan pandangan dari berkas-berkas di tangannya.Felix mengangguk cepat. "Sudah, Nona. Semua anggota dewan telah menerima pemberitahuan. Ruang rapat sudah disterilkan, keamanan ditingkatkan sesuai instruksi, dan para
Saat itu, Jason dan Felix berdiri di kedua sisi ujung lorong sempit, menghalangi satu-satunya jalan keluar bagi Zhang Wei. Napas Zhang Wei terdengar kasar, matanya bergerak gelisah, mencari celah untuk melarikan diri. Namun, Jason dan Felix tidak memberinya kesempatan. Felix, yang berdiri di hadapan Jason dan Zhang Wei, tiba-tiba menangkap sesuatu dari sudut matanya. Sekelompok pria berpakaian hitam tengah mengawasi mereka dari kejauhan, bersembunyi di balik bayangan gedung tua yang remang. Mata Felix menyipit, karena dia bisa segera menyadari maksud mereka. Dengan nada tajam dan sedikit mengancam, Felix menatap Zhang Wei. “Kau lihat itu?” ujarnya seraya menganggukkan kepalanya ke arah pria-pria mencurigakan itu. “Kau masih di sini, tapi mereka sudah bersiap untuk melenyapkanmu.” Zhang Wei menggeleng dengan ekspresi penuh ketidakpercayaan. “Tidak mungkin! Li zong tidak akan menghabisiku begitu saja. Aku punya terlalu banyak rahasia. Aku tahu setiap transaksi gelapnya, perusahaan
Di dalam kamar yang remang, Jenny dan John berdiri di ambang pintu dengan ekspresi penuh keraguan. Mereka tak pernah mengira akan berada dalam posisi ini—mencari perlindungan dari seorang ibu yang selama ini mereka abaikan.Nyonya Jin, yang duduk di tepi ranjang dengan wajah lelah, mengangkat pandangannya ketika menyadari kehadiran mereka dari sudut matanya. Napasnya terdengar berat, seakan beban yang ia pikul selama ini mulai mencapai batasnya."Kenapa kalian datang padaku sekarang?" tanyanya dengan nada yang tidak sepenuhnya dingin, tetapi juga tidak hangat. "Setelah sekian lama, baru sekarang kalian ingat bahwa kalian punya ibu?" Nyonya Jin menoleh bergantian melihat putra dan putrinya dengan mata yang basah. “Atau mungkin baru sekarang kalian akhirnya ingat, bahwa ibu kalian masih hidup?”John menggigit bibirnya, sementara Jenny melirik ke arah saudaranya sebelum akhirnya berbicara. "Kami… butuh bantuan, Ibu."Jenny ikut menggigit bibirnya, la
Begitu menyelesaikan urusannya dengan nyonya Jin, Crystal kembali ke rumah sakit. Dian di rumah sakit, suasana di kamar VIP terasa sunyi. Caesar masih terbaring dalam keadaan koma, dengan alat-alat medis yang terus memantau kondisinya. Crystal duduk di sisi ranjangnya, menggenggam tangan suaminya yang dingin. Tidak ada perkembangan signifikan sejak insiden itu, dan setiap hari yang berlalu hanya menambah beban di hatinya.Begitu malam kembali tiba, Victoria masuk ke dalam ruangan dengan membawa secangkir kopi. “Kau harus tetap kuat, Crystal. Kehancuran Li Jingyan, sudah semakin dekat, dan keadaan Lu zong, pasti akan segera membaik,” katanya, meletakkan kopi itu di meja kecil.Crystal mengangguk tanpa melepaskan genggaman tangannya dari Caesar. “Aku tahu… tapi semakin lama dia tidak sadar, semakin besar kesempatan bagi Li Jingyan untuk bergerak dan mencari alasan untuk menggulingkannya. Dan aku takut waktu kita tidak cukup untuk menghancurkannya, hanya dengan bukti
Di dalam rumah keluarga Li, Nyonya Jin duduk di kursi roda dengan wajah pucat, tubuhnya tampak lemah. Li Jingyan tidak pernah terlalu mengawasi istrinya secara ketat, tapi dia selalu memastikan bahwa Nyonya Jin tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan. Dan meminum air mineral, serta obat yang selama ini dia sediakan.Hari itu, Nyonya Song, ibu Victoria, yang memang sudah merawat nyonya Jin selama.beberapa hari, menghampiri Li Jingyan yang masih sibuk di ruang kerja yang berseberangan langsung dengan tempat nyonya Jin beristirahat. Dia masuk dengan senyum ramah, meletakkan tangannya di bahu Jingyan dengan lembut."Jingyan," panggilnya sedikit manja. "Aku ingin membawa nyonya Jin keluar sebentar. Dia sudah terlalu lama terkurung di dalam rumah. Mungkin udara segar akan membantunya merasa lebih baik."Li Jingyan manarik tangan nyonya Song lembut dan menatap wanita di sampingnya dengan curiga, lalu mengalihkan pandangan ke arah istrinya. "Apa kau pikir, dia c