Share

Bab 2 Suami Tak Terduga

"Sebenarnya aku tahu ini akan terjadi. Jadi, maaf karena aku tidak memberitahumu," ucap Theo menatap jauh ke depan.

Sontak, Amilie pun langsung memalingkan wajahnya ke arah Theo.

"Tidak apa-apa, ini mungkin sudah takdirku. Lagi pula, kalau memang dia tulus mencintai pasti akan memperjuangkanku. Tidak mungkin dia mau menikahi wanita lain begitu saja," tutur Amilie.

Kini, Amilie sadar bahwa Stephen tidak mencintainya. Seberapa besar pengorbanannya, tetap saja itu menjadi sia-sia.

Air mata kembali menetes, Amilie menyekanya. Namun, mengingat ulang kejadian tadi ketika tak satupun peduli padanya sampai diusir security. Ia tambah sedih. Dadanya sesak dan hatinya seolah remuk tak beraturan.

Theo menoleh, ia pun menyeka air mata Amilie secara perlahan dengan lembut.

Amilie terdiam sejenak saat ada seseorang yang terlihat peduli padanya. Lantas, ia pun memalingkan wajahnya ke arah lain seakan menghindari Theo.

"Sudah, tidak apa-apa, Kak. Lebih baik sekarang kamu ke dalam, mereka pasti mencarimu," celetuk Amilie.

Theo hanya menyunggingkan bibirnya sekilas dan lalu mengambil vape untuk kemudian ia isap.

"Loh, kenapa hanya tersenyum? Sana pergilah!"

Amilie terdiam sejenak. Ia mengerutkan kening, matanya kembali terasa perih saat teringat sebuah kepedihan yang membuat air matanya nyaris mengucur deras.

"Kalau aku ... Rasanya tidak mungkin."

Theo hanya menoleh, tetapi tidak bertanya. Ia paham betul bagaimana perasaan Amilie saat ini.

"Aku punya tawaran untukmu," ucap Theo tiba-tiba.

"Tawaran apa?"

"Jadilah istriku ...!"

Tawaran ini begitu terdengar konyol bagi Amilie. Ia hanya tertawa kecil dan kemudian menjawabnya.

"Jangan bercanda denganku, ini bukan waktu yang tepat."

"Aku serius."

"Apa Kak Theo yakin mau menikahiku?"

"Anggap saja ini sebagai permintaan maafku karena tidak memberitahumu."

Namun, Amilie berpikir sejenak. Ia merasa bahwa dirinya perlu sebuah keadilan agar dapat hidup dengan tenang.

Amilie menoleh arah Theo dengan posisi tubuh setengah menghadap.

"Apa tawaran tadi masih berlaku?"

Theo mengangguk samar, ia pun kemudian tersenyum tipis.

"Apa kamu sudah berubah pikiran?"

"Iya. Ayo kita menikah!"

Ini berkebalikan dari sebelumnya, kini Amilie begitu antusias mengajak Theo untuk menikahi dirinya.

"Baiklah. Sekarang aku akan membantu memperbaiki penampilanmu."

Theo mengambil sapu tangan dari dalam saku celananya dan kemudian menyeka air mata Amilie yang tersisa. Ia berusaha memperbaiki jepit rambut berukir bunga karena terlihat miring.

Pria itu berdiri di hadapan Amilie dengan tangan seakan siap menggandeng wanita yang kini akan menjadi istrinya tersebut.

Tanpa pikir panjang, Amilie pun menggandeng lengan Theo dan mulai melangkah menuju pintu ballroom.

"Buka pintunya!" perintah Theno pada penjaga tersebut.

Namun, melihat Amilie di sana, penjaga itu enggan membukanya. Ia tidak mau terjadi keributan lagi.

"Maaf, Pak. Tapi, Anda tidak diizinkan masuk jika membawa wanita itu ke sini."

Theo menatap tajam wajah penjaga itu, tetapi penjaga itu begitu keras kepala dan tidak mau membukanya. Sehingga, membuat Theo harus menggunakan cara lain untuk merayunya.

Perlahan, tangannya merogoh ke saku celana untuk mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya tersebut. Dan kemudian melemparkannya ke hadapan penjaga tersebut hingga berserakan.

Penjaga itu pun langsung mengambil uang yang berserakan tersebut. Hingga, pada kesempatan itu Theo dan Amilie bisa memasuki ballroom.

Ceklek! Pintu terbuka.

Jantung Amilie berdebar dengan begitu kencang, ia membuang nafas sembari berjalan berdampingan dengan Theo.

Pandangan langsung tertuju pada Theo dan Amilie. Mereka melihat aneh Amilie, yang saat itu mereka pikir seorang wanita pengacau.

Mereka terus berjalan lurus, hingga sampailah di depan meja-meja tamu. Lalu, mereka pun berhenti di sana.

"Selamat siang semuanya. Saya ingin mengumumkan pernikahan saya dengan Amilie yang akan diadakan hari ini. Mohon maaf kalau ini terlalu mendadak!"

Semua orang yang ada di sana tercengang kaget mendengar pengumunan tersebut. Terutama kedua orang tuanya dan Stephen itu sendiri.

Hingga, pada saat yang bersamaan penghulu datang ke ballroom tersebut dengan membawa tas hitam yang di jinjingnya.

"Anak itu kenapa tiba-tiba mau menikah?" gumam Rosalina -- Ibu Theo.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status