LOGIN"Tapi kak, bagaimana dengan pak Dimas? apakah..pak Dimas mau menikah dengan ku?" tanyaku spontan
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? tentu saja Dimas mau menikah dengan mu Rika, kalau Dimas tidak mau, nggak mungkinkan sudah sampai sini, dan berbicara denganmu soal pernikahan ini, Dimas nggak mau?" jawab Ali dengan jelas "Iya juga ya kak" ucapku sambil menundukkan kepala "menikah? aku belum ada kepikiran sampai situ..dan lagi..aku menikah dengan seorang guru di sekolah ku, dan termasuk wali kelasku juga..bagaimana jika teman-temanku tau kalau aku sudah menikah, jika pemilik sekolah tau aku sudah menikah, mereka pasti akan mengeluarkan aku dari sekolah..aku nggak mau berhenti sekolah..aku masih ingin belajar, masih ingin bebas bermain dengan teman-temanku..bukan mengurus rumah dan suami setiap hari..dan lagi aku juga enggak bisa masak.. Ohiaa apa dengan cara ini pernikahan bisa batal? Aku bilang saja. aku masih belum sanggup untuk menjadi ibu rumah tangga, dan lagi aku kan tidak bisa masak. Hemm mungkin itu bisa berhasil" ucapku dalam hati "Rik? Rika?" Seketika lamunan ku buyar, ketika kak Ali terus memanggil namaku. "Ehh iya kak" "Kamu kenapa bengong?" "Maaf kak, aku masih kepikiran dengan pernikahan yang kakak bilang ini" "Rika, maafkan kakak karna buat kamu sampai bengong memikirkan pernikahan ini, tapi ini demi kebaikan kamu Rika"ucap jelas kak Ali "Tapi kak, aku.. belum bisa masak dan lagi aku belum siap untuk jadi ibu kak" "Pffftt.."(tawa yang ditahan kak Ali) "Kenapa kakak ketawak, emang ada yang lucu ya?" "Lucu aja, kamu sampai rela ngeluarin aib kamu yang gak bisa masak itu, cuma demi membatalkan pernikahan ini?" tanya kak Ali "Ngg-ggak kak, aku cuma pengen bilang ini sekarang biar pak Dimas nggak nyesel nantinya" jawabku agak terbata-bata "Kenapa saya harus menyesal? Saya akan menyesal jika pernikahan ini batal dan enggak bisa menikahi kamu, dan lagi saya ingin istri yang mendampingi saya ketika saya mengalami susah maupun senang bukannya koki, Rika" senyum pak Dimas kepadaku Aaah ada apa ini? kenapa aku ini? perasaan apa ini? kenapa kata-kata pak Dimas membuat jantungku berdetak begitu cepat? Aisss semoga wajah ku nggak memerah, malu banget kalo tiba-tiba merah...Iiiiihhh perasaan apa sih ini, aneh bangetttt aahh bodo amat lah. "Rika? Kenapa wajahmu memerah gitu?" tanya kak Ali sambil tersenyum-senyum kepadaku "Mm-mungkin aku kelelahan kali ya kak? hehehehe.. aa-aku pergi kekamar dulu ya kak" "Cuma kakak aja nih yang dipanggil?" "Hah? ohh p-pak Dimas saya permisi mau kekamar" ucapku betul-betul salting efek ketahuan kalau mukaku memerah . "Iya, silahkan istirahat semoga mimpi indah dan sampai bertemu besok" ucap pak Dimas sambil tersenyum "Ii-iya sampai bertemu besok" jawab ku sambil berjalan cepat menuju kamar. Ketika sudah dikamar dalam keadaan sudah berganti baju dengan baju tidur dan sudah berbaring telentang sambil memegang bantal untuk menutupi sebagian wajahnya yang masih memerah. "Aduhhhh.. aku kenapa sih?" "Kenapa hanya dengan kata-kata yang keluar dari mulut pak Dimas dan senyuman yang membuatku betul-betul nggak tau harus kayak mana, sampai aku salting lagi di depan pak Dimas efek wajahku memerah. Uuuuhhh malu bangett..." "Tapi kok, ditengok-tengok lagi pak Dimas makin ganteng yaa dengan senyuman yang mengembang tadi, aku baru kali ini liat pak Dimas senyum, apalagi sedekat tadi" "Eeehh Rika, kenapa kamu malah mikirin pak Dimas sih? Iiis kurang kerjaan banget, udah ahh mending aku tidur biar nggak telat lagi besok" .... (Toktoktok) terdengar suara pintu diketuk. "Rika bangun kamu mau telat lagi..ini udah jam 6 loh" panggil kak Ali kepada Rika "Astagfirullah, iya kakk, Rika udah bangun" kaget Rika sambil membuka mata. Rika pun tergesa - gesa mengambil handuk dan pergi kekamar mandi, baru 5 menit Rika pun sudah keluar dari kamar mandi. Dan sudah memakai baju seragam sekolah. "Kakkk aku pergi dulu yaa" ucap Rika selesai mengikat sepatunya. "Makan dulu, kakak udah buatin kamu sarapan nih" panggil kak Ali "Kak aku udah mau telat nih, masak baru 2 hari sekolah aja udah telat sih kak" ucap kesalnya. "Haiih tengok jam sana" suruh kak Ali "hah?" (sambil menengok jam) "Jam 6 kurang.." ucap Rika sambil melongo dan menahan kesal. "Kakakkk!!!!" teriak Rika marah "Aduuhh ngga usah triak-triak napa" balas kak ali sambil menutup telinganya "Kak Ali jahat banget sih, kalau tau jam segini, mending tadi aku mandinya agak lama, udah nggak tau lagi ini badan bersih apa engga, udah panik banget tau kakk, ampe lempar sana lempar sini ngga karuan" tukas Rika kesel "Maafin kakak deh. Tapi kaa, ini itu untuk kebaikan kamu, kalau kakak bilangnya masih jam 5, pasti kamu duduk dulu mageran dulu, baru pergi mandi, dan akhirnya pergi sekolahnya sama aja terbirit-birit. Nah, coba tengok, kamu buru-buru mandi dan sekarang udah siap tinggal santai sarapan" Rika pun menundukkan kepalanya. Bener juga sih yang kak Ali bilang, kalo bukan karna kak Ali bohong samaku tentang jam, mungkin aku nggak bakal secepat ini selesai. Ucapku dalam hati "Iya deh kakk, aku juga minta maaf udah teriak-teriak nggak jelas tadi " "Iya.. kakak maafkan, nah sekarang sarapan yuk" ajak kak Ali "Iya kak" "Oia, nanti kakak antar kamu keskolah yaa" ucap kak Ali sambil makan "Hah? Ada angin apanih, kok tiba-tiba mau nganterin Rika keskolah?" ucap Rika penasaran "Kakak skalian mau ketemu Dimas, ada yang ingin kakak bicarakan dengannya" "Pak Dimas? Wali kelas Rika?" "Ooo ternyata dia wali kelas kamu toh, lumayan dong ini kesempatan kamu dan Dimas mulai pdkt sebelum kalian menikah, supaya kalau kalian udah nikah, kalian itu engga canggung lagi dengan satu sama lain" Jelas kak Ali "Kak?" Panggilku "Iya, kenapa?" Jawab kak Ali "Kakak begitu inginnya ya, aku menikah dengan pak Dimas?" "Ya kakak ingin skali, karna kakak yakin Dimas bisa ngebahagiain kamu. Karna.." ucap kak Ali gantung. "Karna apa kak?" "Karna dia mencintaimu, makanya kakak sangat ingin kamu dengan Dimas, karna kakak yakin dia akan tetap selalu berusaha membuatmu bahagia dan yang paling penting, membuatmu..mencintainya" "Hah? pak Dimas mencintaiku?" "Ya sayang" Ada apa dengan ku? kenapa jantungku berdetak dengan cepat? perasaan apa ini? engga-engga..ngga mungkin, engga mungkin aku mencintai pak Dimas secepat ini. Batin Rika "Rik?" "Rikaa?" "Ehh iya kak kenapa?" "Kok malah ngelamun sih kamu" "Mau berangkat skolah sekarang nggak?" "Hah? iya kak, ayo" Merekapun pergi ke skolah, ketika diperjalanan, Rika trus terngiang-ngiang soal perkataan kakaknya barusan. Dan Rika berharap, Rika akan tetap bersikap normal ke pak Dimas walau ketika berpapasan maupun hal lain, walaupun dia tau kalau pak Dimas mencintainya."Ndra""Mmm" ucap Indra yang sedang mengunyah bakso yang ada di mulutnya. Rika dan Indra sedang makan bakso di kantin karna sudah waktunya istirahat."Kamu ngga ada mau ngingetin sesuatu gitu ke aku?""Ingetin apa?" Indra mencoba mengingat-ingat, tetapi nihil. Tak ada yang perlu di ingatkan untuk Rika."Tas ku berat banget tau""Lah kok bisa, bawa apa aja kamu. Harusnya ringan sih, kan Senin mapel nya ngga banyak" "Bawa buku""Jangan bilang semua mapel kamu bawa..hahaha" ucap Indra sambil tertawa bercanda."Iya""Ha? Ngapain..kurang kerjaan banget""Kan kamu yang nyuruh aku bawa buku tulis mapel yang udah kamu list di pesan WhatsApp 3 hari yang lalu, kamu juga bilang..bawanya hari ini aja buat di selesaikan semua karna kamu kemarin sibuk..lagi ada urusan. Lupa?""He...Oia astaghfirullah hahaha aku lupa Rik, ya ampun sorry ya""Kayaknya kalau aku ngga ngomong gini..bisa-bisa aku pulang dengan bawa tas berat tanpa hasil apa-apa" ucap Rika dengan wajah datarnya."Hehehe sorry Rik, bener
Waktu yang di pakai untuk hari ke dua hingga lima, Rika gunakan dengan kegiatan mengajak suaminya mengobrol apapun itu..maupun hal yang sepele sampai hal yang membuat Rika ingin sekali bercerita ke suaminya. Selama di Turkey Rika tak pernah menyentuh handphonenya, Rika benar-benar tak mau membuang waktunya untuk memainkan handphone. Karna hanya 5 hari sajalah Rika bisa melihat wajah suaminya secara langsung. Karna esok adalah hari di mana Rika harus berangkat pulang ke Indonesia. Hari dimana Rika akan berpisah jauh dengan suaminya, Rika tidak mau egois dan tidak mau merepotkan umi dan Abi. Jadi Rika serahkan semuanya kepada Allah dan dokter yang berusaha untuk menyembuhkan suaminya. ...Keesokan harinya, Dimana Rika harus berkemas pergi meninggalkan Turkey. Berat rasanya untuk berpisah jauh dengan suaminya, tapi itu adalah keputusan yang Rika buat dan harus bisa menerima konsekuensinya."Mas.." Rika mengelus punggung tangan Dimas dengan lembut."Aku pergi ya mas. Cepet sembuh, biar k
"Hmm..mmm.." Rika keluar dari toilet sambil bersenandung. Rika berjalan ke arah suaminya dengan ekspresi tersenyum. "Pagi mas" Rika mengecup sekilas pipi Dimas. "Laper nih..Mmm.. kayaknya aku sempat bawa cemilan deh di koper" Rika berjalan menuju koper dan mencari cemilan yang dimaksudnya. "Nah, ada. Alhamdulillah.." Rika memakan cemilan itu di sofa sambil menatap suaminya, Rika benar-benar tidak bosan ataupun lelah dengan terus menerus menatap Dimas. Baginya menatap sang suami adalah hobi barunya."Mas..." Ucap Rika sambil mengunyah cemilan. "Aku cuma bisa di sini 5 hari doang, bentar banget kan. Ini bahkan udah hari pertama aku di sini. Tinggal 4 hari lagi...4 hari mas" ucap Rika."Aku bakalan kangen banget sama mas. Bentar lagi udah mau balik ke indo" "Nak..." Ucap seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan, membuat Rika terkejut."Astagfirullah" Rika reflek melihat ke sumber suara. "Abi..Umi, kaget Rika.." umi berjalan mendekati Rika dan memeluk Rika sambil mengusap punggung
Setelah melakukan perjalanan yang sangat jauh. Akhirnya Rika sampai di Turkey.'Alhamdulillah, cuma butuh waktu setengah hari aja. Sampai juga di sini' batin Rika. Abi dan Rika mulai pergi keluar bandara untuk menuju ke rumah sakit dimana Dimas berada.Selama diperjalanan, Rika tanpa henti merapalkan doa untuk keselamatan suaminya. "Abi, kenapa bisa Mas Dimas sampai kecelakaan""Dimas kecelakaan saat di perjalan menuju bandara nak, ada mobil yang hilang kendali dan menabrak mobil yang digunakan Dimas""Astaghfirullah.. innalillahi ya Allah. Abi, masih jauh ya?""Sebentar lagi nak, Abi tau kamu pasti khawatir. Bismillah Dimas ngga kenapa-napa, dokter sedang menangani dan akan melakukan yang terbaik buat kesembuhan Dimas""Iya bismillah.."'Ya Allah, hamba ngga mau percaya lagi sama dokter. Hamba hanya ingin percaya padamu. Hamba mohon..sembuhkan suami hamba ya Allah. Hamba takut terulang kembali' batin Rika, wajahnya sudah berlinang air mata.Tak menunggu waktu lama, mereka pun sampai
Rika meletakkan wajahnya di atas meja dengan wajah frustasi sambil menutup matanya. Waktu sedang istirahat, Rika tak punya semangat untuk bergerak bahkan pergi ke kantin untuk makan siang. Di dalam kelas hanya terdapat dirinya saja. Lalu, datang seorang laki-laki berjalan memasuki kelas meletakkan makanan di atas meja Rika. Rika yang menyadari ada seseorang yang datang, Rika pun membuka mata dan mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang datang."Makan..biar ngga lemes lagi" ucap lelaki itu."Aku ngga laper""Makan Rik. Kamu bilang dari pagi kamu belum makan kan. Jadi sekarang harus makan""Tapi ndra..""Ngga ada tapi-tapi" Indra pun duduk di kursinya dan membuka kan makanan miliknya dan milik Rika."Nih..di makan, habisin.." Rika pun menurut dan memakan makanan tersebut. Tapi kenyataannya, di awal ogah-ogahan ngga mau makan. Ternyata, habis dalam beberapa menit saja."Kalau laper tuh..makan. Alasan ga laper, keliatan bener lahapnya""Hehehe iya, pas makan sesuap baru kerasa laper
"Jadi kamu nikah sama pak Dimas karna saling cinta?""Awalnya ngga cinta, tapi makin lama aku jadi punya perasaan ke mas Dimas. Mmm..Lebih tepatnya dijodohin sih sama Kakakku""Mas? Kamu manggil pak Dimas, mas?""I-iya""Loh kamu kenapa nangis?" Indra yang melihat Rika sudah mengeluarkan air matanya."N-ngga tau kenapa. Setiap aku nyebut k-kakak aku. Rasanya sakit di sini, nyut..gitu" Rika menyentuh dadanya yang terasa sakit. "M-mungkin aku masih belum bisa nerima keadaan kalau kakakku udah..." Ucapan Rika tergantung dan tak sanggup melanjutkan nya lagi. Rika pun menggigit bibirnya karna tak ingin tangisnya terisak."Maaf Rik, aku malah bikin kamu nangis""Ngga kok ndra. Ngga papa, ini karna aku masih belum terbiasa aja. Justru aku yang harus makasih sama kamu, udah datang jauh-jauh ke sini""Iya, sama-sama Rik"Indra terus menemani Rika, hingga waktu menjelang magrib Indra pun berpamitan untuk pulang."Rik, aku balik ya""Iya ndra hati-hati di jalan ya" Rika pun masuk ke dalam rumah







