Ketika sesampaiku dikelas, aku kembali dalam keadaan terengah-engah, seperti habis dikejar-kejar oleh guguk saja. Kemudian aku kembali duduk kekursi dengan pikiran entah kemana perginya. Yang dipikiran ku hanya sewaktu diruangan pak Dimas yang penuh dengan ketegangan tak karuan itu.
"Kaa, kamu kenapa?" tanya seseorang disampingku. Seketika lamunan ku buyar ketika ada yang memanggil namaku. Ternyata itu Indra, teman yang sah menjadi kawan mengobrol yang akan selalu duduk di sampingku. "Ehh Indra, aku nggak papa kok" jawabku sambil nyengir. "Gak papa gimana, kamu aja datang kesini sambil ngos-ngosan gitu, gimana yang gak papa" "Ehhh tunggu dulu. Kamu kan tadi ikut pak Dimas keruangannya kan? kok nyampek sini dah ngos-ngosan gini sih? Kamu habis diapain sama pak Dimas hah?" lanjut Indra. Pletakk Pukulan Rika berhasil mengenai kepala Indra. "Aduh...sakit tau Rika.....kok malah dipukul sihh?" "K-kamu sih ngomongnya ngawur, udah jelas-jelas aku nggak papa, malah dituduh p-pak Dimas ngapa-ngapain" Jawab Rika terbata-bata sambil menahan pipinya yang memerah. "Kenapa muka kamu merah gitu?" "I-itu.. karna aku kan tadi abis lari-lari dari kantor kekelas" "Ngapain lari-lari segalak, kan bisa jalan biasa aja, ngapain harus lari?" Tanya lagi Indra, penasaran apa yang akan dijawab Rika. "Ituu..aku lagi pengen lari aja, abisnya udah lama gak lari, jadi kepengen aja, hehehe" Jawab Rika sambil tertawa kecil, supaya Indra gak makin penasaran sama aku. Kenapa juga sih pak Dimas pakek acara meluk-meluk segala. Terus apa maksud pak Dimas, aku akan tau jawabannya ketika sampai rumah nanti? Sepertinya ada sesuatu yang aku nggak tau deh, hemm... "Aisssshh kok aku jadi mikirin itu sih, enggak-enggak, Rika kamu harus bisa ngelupain kejadian tadi, anggap itu hanya mimpi sekilas dan nggak akan pernah terjadi, dan jangan ngawur apa yang tadi dikatakan pak Dimas." Kata ku dalam hati sambil mengacak-ngacak rambut. "Kamu kenapa sih kaa?" Tanya Indra, aneh melihatku bergumam lalu tiba-tiba mengacak-ngacak rambutku dengan penuh frustasi. "Hehehe ngg...nggak papa kok, kepalaku tadi gatel, kayaknya dikepalaku banyak ketombe, jadi gatel" Jawabku sambil nyengir. "Iiiihhh jorok deh kamu, nggak usah deket-deket ahh,, nanti ketombenya nyasar ke rambut aku lagi" Ucap Indra sambil menggerakkan badannya agar menjauh dari Rika. "Iiiisss gak usah gitu juga kali, kalo nggak mau deket-deket aku, ya udah cari aja tempat duduk yang lain, nggak usah duduk di samping aku" Jawab Rika sambil melipat tangannya didada dan mengembungkan pipinya yang cabi itu. biasanya sih tingkah seperti itu, berarti ceritanya Rika lagi ngambek. "Eehh kok ngambek sih, nggak loh aku cuma bercanda tadi, jangan diambil serius yaa?" "Kalo mau serius juga gak papa" "Yah ngambekkan, jangan ngambek ya? nanti aku traktir minuman yang lagi tren-tren ini, gimana? mau nggak? lumayan loh aku yang bayarin" Tanya Indra sambil menggoda Rika dengan sebuah minuman. Dan ternyata, Rika menerima tawaran itu, kenapa dia menerima tawaran itu? karena yang ditawarkan Indra termasuk kedalam minuman kesukaan Rika yaitu Bubble drink yang lagi tren-trennya saat ini, minuman yang paling enak dan paling mahal, dan lebih intinya lagi.... Rika gak perlu lagi ngeluarin duit, karena Indra akan mentraktirkannya sebuah minuman yang betul-betul membuat hidup Rika terasa damai, sejuk, dan tentram. "Aku mau..." Jawab Rika bersemangat. "Nahh.. gitu dong, nengok kamu seneng aku juga seneng deh,hehehehe.." Tawa Indra sambil mengacak-ngacak rambut Rika yang sudah berantakan dan makin berantakan karna diacak Indra. "Dduhhh rambutku makin berantakan deh" "Hahaha nggak papa, kamu lucu dengan rambut berantakan gitu" "Iiisss, udah deh pokoknya pulang sekolah nanti, kita langsung pergi beli bubble yaaa?" "Iyaiya, kita beli pas pulang sekolah nanti" "Yeeeeiiyy" Teriak aku bersemangat. .... Tririringgg.. Bel sekolah akhirnya berbunyi. "Yesss kita beli bubble, ayo cepet dra kita beli bubble.." "hahaha kamu ini, memang gak sabaran yah" "Iiiiihh ayo cepet..." "Iyaiya, ayo kita pergi" "Ayookk" Ketika mereka sudah sampai dan sudah membeli bubble itu, mereka duduk-duduk dulu ditaman deket penjual yang menjual bubble tadi. "Mmmm..enak banget bubble rasa susu dancow" Seru Rika. "Ini juga enak kok, bubble vanila latte campur keju oreo" Ucap Indra tak mau kalah. "hahaha semua minuman bubble memang enak dan lezat" Lanjut Rika mengadilkan semua minuman. Ketika mereka sedang asik minum bubble drink, Rika melihat jam yang ada dipergelangan tangannya. "Aduhh udah jam segini, aku pulang dulu ya dra, makasih traktiran bubblenya, dadahhhhh" Ucap Rika Berjalan cepat sambil melambai ke Indra. "Eeehh iyaa, sama-sama, hati-hati dijalan kaa" Jawab Indra sambil menjawab lambaian Rika. .... "Aduhh gimana nih, pasti kakak nyariin aku, eeh tapi bilang aja apa adanya, aku diajak kawanku traktir bubble, udah.. nggak susah kok" Ucap Rika dalam hati menenangkan diri. Tapi di benaknya masih ada rasa jantungan kalau-kalau kakaknya memarahinya dan tidak terima dengan satu alasan pun. Ketika hampir mendekati area rumah Rika, dia melihat ada 2 mobil yang terparkir dihalaman rumah Rika. Mobil dengan warna hitam pekat memang jelas itu mobil kakaknya. tapi yang satu lagi, Rika nggak tau itu mobil siapa. "Kayaknya kakak lagi kedatangan tamu" Ucap Rika. "Assalamualaikum kak" "Wa'alaikum salam" Jawab kak Ali sekaligus tamunya. "Hah? pak guru? kenapa ada disini?" Tanya ku dengan kaget melihat keberadaan pak guru dirumahnya. ya tentunya pak Dimas, siapa lagi. "Rika, kamu duduk dulu" Ucap kak Ali. Aku menurut untuk duduk di sofa. walau hatiku agak karuan dengan kedatangan pak Dimas ke rumahnya. "Rika, mungkin ini waktu yang paling tepat kakak bicarain ini ke kamu" "maksud kakak?" Tanyaku bingung. "Dengan kedatangan Dimas disini, kakak ingin menjelaskan ini ke kamu, bahwa kamu dengan Dimas, kalian akan bertunangan dan akan menikah dalam waktu beberapa minggu ini." "APAA??" Jawabku tak percaya dengan kata-kata yang dikeluarkan kak Ali. "Kk-kakak bercanda kan, maksud kakak apa ngomong kayk gitu?" Tanyaku untuk memastikan kalo ucapan kak ali hanya sekadar candaan. "Kakak enggak bercanda Rika, ngapain kakak bercanda tentang hal ini...Maafin kakak kalau selama ini kakak nggak bertanya sama kamu dulu, ini demi kebaikan kamu sayang" "Demi kebaikan aku? Maksud kakak apa? Kakkk... aku masih sekolah, dan aku juga baru masuk kelas 10, dan kenapa pulak kakak tiba-tiba bilang akan menikahkan aku dengan pak Dimas?" Jawabku takmau kalah dengan ucapan kak Ali. "Makanya itu, dengerin dulu penjelasan kakak, Rik?" "Oke, jelasin sekarang" "Kakak ingin menikahkan kamu, karna kakak takut jika kakak sudah sibuk dengan dunia kakak, kamu bakalan lebih sering sendiri dirumah, kakak takut kamu kenapa-napa karna nggak ada yang jagain kamu, makanya beberapa bulan yang lalu kakak sepakat ingin menikahkan kamu dengan pilihan kakak, yaitu Dimas yang akan menjadi suamimu kelak Rika.." Jelas kak Ali. "Kenapa kakak nggak kasih tau Rika soal pernikahan ini dari awal" "Karna kakak yakin kamu tidak akan menerima itu, makanya kakak bilang ini kekamu, ketika waktu yang tepat" "Apa ini yang dimaksud pak Dimas diruang kantor tadi?" Ucap Rika dalam hati."Alhamdulillah, selesai juga. Badanku pegel semua" Rika membaringkan dirinya ke atas ranjang sambil meregangkan tubuhnya. Tanpa sadar, Rika pun tertidur dengan tubuh masih terbalut gaun pernikahan.20 menit kemudian"Rik, bangun sayang" mendengar ada yang memanggil, Rika sedikit terbangun sambil menggeliat."Bentar kak, 5 menit lagi"'Kakak? Apa dia pikir ini udah pagi? Apa dia lupa kalau udah nikah?' Batin Pak Dimas."Sayang, mandi dulu. Biar ngga gatel badannya. Atau mau saya bantu mandikan?" Pak Dimas mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Rika. Rika sedikit mengerutkan dahinya.'Kenapa suara Kakak mirip Pak Dimas?Hmm..Pak Dimas ya' Dengan terkejutnya, Rika membuka mata dan terbangun. Rika melihat Pak Dimas berada di sampingnya, seketika Rika teringat bahwa mereka sudah menikah dan sah menjadi suami istri. Jadi wajar saja, jika Pak Dimas berada di kamar tidur Rika."Astagfirullah, saya kaget pak" Rika mengelus dada tanda menenangkan hatinya."Kaget kenapa?" Walaupun bingung,
Tok Tok Tok"Assalamualaikum, kakak masuk ya" Kak Ali membuka pintu kamar, berjalan kearah mempelai wanita yang sudah terbalut oleh baju yang pernah dicoba ketika di toko baju pernikahan."Waalaikumussalam Kak Ali?" Rika melihat Kak Ali berjalan kearahnya, Rika sedang terduduk di ranjang yang sudah dihiasi dengan susunan butiran bunga berbentuk love."Masya Allah, cantik banget adikku ini" Kak Ali duduk di samping Rika sambil memegang tangan Rika dengan lembut. Mendengar ucapan Kak Ali, Rika menoleh kearah Kak Ali dan tanpa sadar mengeluarkan air mata yang sudah menggenang di kelopak matanya. Kak Ali terkejut dan langsung mengambil tisu."Kamu kenapa nangis sayang?" melihat Rika yang terus menerus mengeluarkan air mata, Kak Ali mengambil beberapa tisu untuk diletakkan pada bagian bawah mata Rika, agar air mata Rika tidak melebar kemana-mana."Nanti makeupnya luntur loh, jangan nangis lagi ya. Kasian Dimas nanti pas liat kamu. Kaget karna wajah kamu udah bengkak karna nangis mulu" Rika
Jam menunjukkan pukul 11.15 pm, Rika berusaha untuk terus menutup matanya. Tapi, tidak kunjung tertidur. Bagaimana bisa, tentu saja Rika tidak bisa tidur karena dia terus memikirkan hari esok. Dimana hari yang akan mengubah status dirinya menjadi seorang istri. Rika terus menerus gelisah, dan selalu mengubah posisi tidurnya agar dengan cara itu Rika bisa merasa nyaman dan mulai tertidur. Tapi usaha itu gagal, bahkan matanya tampak segar tanpa sayu sedikit pun."Kenapa susah banget buat tidur. Biasanya aku bisa langsung tidur" Rika bangun dan mendudukkan dirinya dengan kaki disilang. Rika terus terdiam dengan posisi seperti itu. Dan entah kenapa, Kak Ali langsung terlintas di dalam pikirannya. Rika beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar Kak Ali. Rika diam beberapa saat ketika sudah sampai di depan pintu kamar Kak Ali. Rika mulai mengetuk pintu kamar dan langsung membuka pintu. Kak Ali tidak pernah mengunci pintu kamarnya. Karena Ketika masih kecil disaat Rika sedang tidak bis
TriririingTak terasa bel berbunyi tanda waktu belajar usai, Rika mulai bersiap memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas."Rik, yuk pulang" ajak Indra"Yuk" Suasana kelas sudah sepi hanya tersisa Rika, Indra, dan Pak Dimas yang sedang menyusun tumpukan buku untuk dibawa ke kantornya. Rika dan Indra hendak berjalan menuju luar kelas. "Rika, ke sini bantu Bapak bawa buku ke kantor" mendengar Pak Dimas, Rika dan Indra langsung datang menghampiri."Saya bantu juga ya pak" Indra menawarkan diri untuk membantu. Pak Dimas langsung menolak tawaran Indra."Ngga usah, bukunya ngga terlalu banyak kok. Kamu pulang aja" "Kalau gitu, saya nungguin Rika aja pak""Rika nanti pulang bareng saya, jadi kamu pulang duluan aja" mendengar hal itu Rika terkejut mendengar ucapan calon suaminya itu.'Kenapa makin kesini makin berani aja Pak Dimas ngajakin aku pulang bareng. Masalahnya di sini tuh ada Indra. Dengan gampangnya ngomong gitu ke dia?' batin Rika."Kok bareng sama Bapak?" tanya Indra yang b
Setelah sampai di depan kelas, aku membuka pintunya dan masuk menuju tempatku duduk, di sampingku sudah ada penghuni yang bahkan tidur sambil mendengkur." Yaelah..tidur "" Indra...bangun...pak Dimas manggil kamu tuh " Bisik ku kepadanya, dan di respon dengan sangat baik, hehehe...dia terkejut dan langsung berdiri. Matanya masih terpejam, dan agak lunglai berdirinya." Iya pak..ada apa? " aku pun Langsung tertawa puas melihat tingkah Indra. Yang si empunya nama langsung sadar kalau aku sedang menjahilinya. Dia pun langsung duduk kembali, dan mengacak-acak rambutku. " Kaget aku tau, kirain beneran di panggil " ucap Indra, yang awalnya mengantuk sudah tidak lagi. Dia melihatku terus, aku bingung...kenapa? apa aku keterlaluan?" Hehehe...sorry..abisnya kamu tidur sih, ya aku jailin deh " aku fikir dia ingin membalas ucapan ku yang ini, Ternyata dia malah nanya ke aku tentang kesehatan ku." Gimana keadaan kamu? udah baikan? eh..tapi dilihat dari ekspresi kamu, kayaknya sehat wal afiyat
Ketika sudah di dekat mobil, pak Dimas Langsung sigap membuka pintu mobil untuk ku. Karna masih terpikirkan kejadian kemarin, aku pun langsung memasuki mobil tanpa memberikan ekspresi ataupun ucapan terimakasih. Tapi, tidak begitu dengan ekspresinya. Dia masih memakai senyuman manis nya itu. Setelah itu, dia menutup pintu yang sedari tadi di pegang olehnya, dan berjalan menuju pintu yang ada di sebrang, membuka pintunya sendiri lalu masuk. Aku berfikir akan langsung menuju ke sekolah, karna kak Ali sudah masuk ke dalam rumah. Tapi, aku sama sekali tidak mendengar suara mobil di hidupkan." Kok ngga berangkat? " ucapku tanpa melihat ke arahnya, dan hanya terus melihat ke depan." Saya mau ngomong sesuatu sama kamu Rik " walaupun aku menatap lurus ke depan. Tapi, aku merasa dia melihat ke arah ku." Ya ngomong aja " masih setia dengan pandanganku yang tetap lurus melihat ke depan." Saya mau minta maaf karna sudah diemin kamu. Itu.. " belum sempat ucapannya selesai, Langsung ku potong d