Karena kelelahan dengan perjalan panjang dan kegiatan yang padat hari itu, setelah selesai makan Jayden langsung tertidur di sofa. Felicia hanya menatap wajah pria itu yang tampak tenang dengan posisi tidurnya. Meski hanya beralaskan sofa, rasanya pasti tak nyaman.
Felicia pun beranjak dari ranjangnya untuk memberikan Jayden selimut cadangan yang ada di dalam nakas di samping ranjangnya agar pria itu tidak kedinginan. Apalagi posisi sofa berada tepat di bawah AC.
"Kak Jayden?"Pria berambut hitam itu menoleh ke sumber suara. Gadis berambut coklat yang dikuncir ekor kuda dengan kacamata bertengger di hidung mungilnya tersenyum ke arah Jayden. Kedua bola matanya tampak berbinar saat melihat jika pria yang ia panggil benar-benar Jayden. "Siapa ya?" tanya Jayden yang memang tak mengenali gadis itu. Ia memang tak mengenali semua mahasiswa mahasiswi di sini. Tapi tatapan gadis itu seolah berbeda. Seperti dia telah mengenalnya sangat lama.
Akhirnya Felicia diijinkan pulang setelah diperiksa dan dipastikan jika Felicia sudah benar-benar bisa keluar dari rumah sakit. Meski begitu Felicia masih belum bisa beraktifitas banyak seperti biasa. Ia disarankan oleh dokter yang merawatnya agar istirahat selama satu minggu lagi di rumah agar kesehatannya bisa benar-benar pulih. Meski berat, Felicia akhirnya menurutinya saja. Dibanding ia memaksakan bekerja lagi dan akan membuat tubuhnya kembali drop atau bahkan lebih parah. Ia tak mau merepotkan Ibunya.Felicia masih bingun
Felicia merasa tubuhnya sudah sangat sehat meski memang masih sedikit lemas. Ia sangat ingin membantu Jayden dan Harumi mempersiapkan hewan penelitian mereka yang dilakukan hari ini. Sayangnya sejak pagi Jayden sudah memperingatkannya bahkan sampai melakukan panggilan video demi memastikan Felicia tidak sedang bersiap-siap ke kampus untuk membantu. Sepertinya Jayden sudah sangat mengerti sekali dengan sifat keras kepala Felicia. Alhasil Felicia merasa tak berdaya dan entah kenapa ia malah menuruti ucapan Jayden.Padahal Felici
Sebelum ke rumah Felicia, Jayden terlebih dahulu mandi dan mengganti pakaiannya di rumah. Demi menjaga aroma tubuhnya agar tidak bercampur dengan bau tikus. Yang ada Felicia tak akan nyaman nanti. Setelah itu Jayden langsung membeli kebab dan minuman yang akan ia bawa untuk Felicia dan Emily. Tak mungkin ia datang dengan tangan kosong.Sekitar habis magrib Jayden akhirnya sampai di depan rumah sederhana milik Felicia. Ia pun mengetuk pintu berbahan kayu jati itu.
"Lo suka sama Jayden ya?" tanya seorang gadis berkacamata dengan rambut bergelombang yang dibiarkan tergerai.Tasya mengerutkan keningnya saat merasa gadis itu seperti mengajaknya bicara. Ia pun menunjuk dirinya sendiri. "Gue?" tanyanya memastikan.
Hari-hari selanjutnya kegiatan Felicia masih sama. Memberi makan tikus, mengganti alas kandang dan mengisi air minum. Sampai aklimitasi mereka selesai di hari ke empat belas. Harumi pun menghindari mengerjakan tugasnya bersama Felicia. Dia memilih jadwal sendirian atau terkadang mengajak temannya untuk minta ditemani. Sementara Felicia selalu bersama Jayden. Toh Harumi juga tak pernah meminta ditemani oleh Jayden. Mungkin dia sadar diri juga jika dia tak nyaman dengan Jayden.Setelah aklimitasi selesai, kegiatan me
Perasaan tidak enak yang Felicia rasakan ternyata menjadi semakin terasa nyata. Apalagi saat Jayden menjemputnya hari ini di cafe tempatnya bekerja dan pria itu membawa mobilnya sendiri. Tidak seperti biasanya. Jayden jarang sekali membawa mobil kecuali saat keadaan genting atau saat hari itu hujan. Tapi malam ini sangatlah cerah. Bahkan bintang-bintang berhamburan di langit. Dan Jayden terlihat jauh lebih rapih. Jika Jayden yang biasa sering mengenakan kaos saat menjemputnya, kali ini Jayden mengenakan kemeja yang biasa dia gunakan untuk ke kampus. Ditambah rambutnya yang seperti menggunakan minyak rambut karena terlihat rapih dan klimis. Membuat Felicia tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa.
Akibat ucapan Jayden, Felicia jadi tidak bisa tidur semalaman. Ia bahkan baru tidur sekitar jam tiga pagi. Ucapan Jayden seakan terngiang-ngiang di kepalanya seperti kaset rusak yang terus berputar ulang. Kantong mata pada wajah Felicia yang menghitam di pagi harinya seakan menjadi bukti bagaimana sulitnya ia untuk tidur pulas semalam. Dan pagi ini ia sudah harus ke kampus lagi untuk membantu Harumi dalam sesi pengambilan sampel darah untuk penelitian gadis itu. Meski Harumi selalu menyebalkan dan selalu merasa bisa mengerjakan semua sendirian dengan cepat, Felicia dan Jayden tidak tega membiarkannya melakukan penelitiannya sendirian. Apalagi mengambil sampel darah melalu vena ekor dengan jumlah tikus dua puluh ekor. Pasti akan repot dan memakan waktu lama.