Happy Reading-----
“Ya. Semua baik-baik saja,” lirik Liora tajam pada Gavriel sebelum kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan parkiran basement.
Hunter dan Gavriel sempat bersitatap beberapa saat sebelum keduanya sama-sama berbalik badan. Gavriel masuk ke mobil, sementara Hunter menyusul Liora.
“Biar aku bantu bawakan,” tawar Hunter kala melihat tas bayi yang Liora bawa bersamaan dengan tas kerja wanita itu.
Liora memberikan tas itu, sementara Vierra memeluk leher sang ibu dengan arah pandangan pada Gavriel. Wajah bayi itu muram sembari menempelkan pipinya di pundak Liora.
Gavriel membuang napas melihat cara pandang bayi tersebut. “Kau benar-benar sudah semakin menyayangi bayi itu, Gav?” gumam Gavriel tak tega.
Namun, kemudian ia menggeleng frustrasi. Ia menyalakan kembali mesin mobil dan meninggalkan kantor Liora.
“Selamat untuk kemenangan kasus yang kalian tangani,” kata Liora datar dengan sedi
Happy Reading----- Dexter menghela napas ketika panggilan teleponnya dengan sang putri berakhir. Ia sadar betul bahwa dirinya baru saja meminta Liora menghubungi Gavriel, lelaki yang telah menyakiti putrinya. Mata Dexter mengarah pada layar laptop yang menampilkan CCTV Ristorante di Gloria. Ia sudah memeriksa durasi tiap detik di CCTV itu tak terpotong sedikit pun, tak ada tanda-tanda pula kamera yang sempat dimatikan atau dimanipulasi. Ia menimbang pikiran beberapa saat sebelum akhirnya meraih ponsel kembali dan mencari nama Grayden. Ia tak mungkin memberitahukan informasi yang didapatkannya langsung pada Liora. Seperti permintaan sang istri, ia harus terlihat tak ikut campur. Sementara itu, Liora yang tengah menimbang saran dari ayahnya, akhirnya memilih menurut dan menghubungi Gavriel. Ia harus mengesampingkan urusan pribadinya dengan pria itu, karena ada hal yang lebih penting untuk ia prioritaskan saat ini. Di
Happy Reading----- Gavriel setengah berlari memasuki lobi Quinton Resource Corp. Menekan tombol lift dengan tak sabaran dan bergegas ketika pintu lift akhirnya terbuka. Ia tak peduli perihal tato yang menjadi tujuan Liora menghubunginya. Yang ada di dalam pikirannya saat ini hanya Liora menghubungi ia lebih dahulu dan membutuhnya setelah mengatakan tak ingin melihatnya lagi. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk dapat berbaikan dengan kekasihnya. Ia akan membantu apa pun yang Liora butuhkan dan membuat dirinya terus terlibat agar selalu ada waktu untuk membujuk wanita itu. Langkah lebar Gavriel kemudian segera menyusuri koridor lantai ruangan Liora, di depan sana Lizzi—sekretaris Liora tampak langsung berdiri kala menyadari kedatangannya. “Silakan, Sir. Anda telah ditunggu.” Lizzi mengangguk hormat. Gavriel mengangguk sekilas. “Apakah Anda ingin saya mengantar minuman tertentu?” “
Happy Reading----- Liora terengah cepat, seperti debar jantungnya yang berpacu melihat tekad berbahaya seorang Gavriel. Liora mengigit bibirnya melihat wajah kemerahan Gavriel dan tatapan tajam itu. Gavriel seolah memang terlahir untuk seseksi ini, terlebih ketika terbakar hasrat. Ia yakin tak akan ada wanita yang sanggup menghindar untuk tak segera menyerahkan diri ketika dihadapkan dengan tatapan penuh cinta sekaligus gairah sebesar seperti ini. Namun, Liora kemudian teringat pada maksud awalnya meminta Gavriel kemari. Tubuh Liora langsung menegak di tengah kondisi berbaringnya. Ia membingkai wajah pria itu. “Gavriel, ada yang harus kita bahas—” “Itu bisa menunggu,” potong Gavriel cepat seraya mengunci bibir Liora dengan mulutnya. “Tapi—” “Aku sudah menunggu terlalu lama, Cara mia.” Gavriel benar-benar tak memberi Liora kesempatan untuk mengucapkan apa pun ketika Liora dilumpuhkan
Happy Reading----- Gavriel bergeming, pria itu menelan saliva dengan pahit dan berpaling untuk mengenakan jasnya. Melihat respon tersebut, Liora langsung melangkah mundur dengan tatapan nanar. “Ya Tuhan.” Liora mengusap wajah tak percaya. Gavriel berbalik, memegang kedua lengan Liora. “Aku akan membawa gadis itu kembali. Katakan pada Anna bahwa ia tak perlu khawatir lagi. Nanti malam aku akan ke tempatmu untuk bertemu dengannya dan meminta maaf,” kata Gavriel tenang dengan suaranya yang lembut. “Itu saja?” Mata Liora membulat tak percaya dengan gaya tenang kekasihnya tersebut. Dengan segera, Liora menyentak tangan Gavriel dan menjauh. “Liora jangan seperti ini lagi. Kita baru saja berbaikan,” protes Gravriel tertahan, meski kekesalan mencoba merangkak mengaliri darahnya. Ia benci Liora menarik diri darinya seperti sekarang. “Lalu apa yang kau harapkan? Berterima kasih padamu?” Sorot perak Liora menyipit.
Happy Reading-----“T-tuan—”Tubuh Anna seketika lemas saat sore itu Gavriel mendatangi babysitter Liora tersebut. Gavriel secara terus terang meminta maaf dan sebagai gantinya memberikan jaminan kehidupan dari segi keamanan maupun finansial serta akomodasi untuk pulang ke Inggris menemui Monica menggunakan private jet miliknya.“Tak semua bisa disembuhkan dengan materi, Gavriel,” kata Liora setelah membawa Anna pergi dari hadapan Gavriel untuk membantu wanita itu menenangkan diri.“Ia masih dalam fase syok. Ia belum dapat berpikir jernih. Nanti ia akan mengerti betapa berharganya jaminan yang aku berikan. Aku tak sembarangan menawarkan seperti itu pada orang lain. Kabarkan padaku kapan wanita itu ingin ke Inggris, aku akan siapkan private jet-nya,” kata Gavriel dingin seraya beranjak dari duduknya dan mengancingkan jas.“Apakah ini dirimu yang sesungg
MVG kembaliiii. Ada yang kangen?Happy Reading-----Sudah dua minggu ini Liora tak berkomunikasi dengan Gavriel. Pria itu seolah hilang begitu saja.Liora mencoba menghubungi beberapa kali untuk sekadar menanyakan kabar. Tak ada yang bisa menghalau kerinduan yang menyiksanya, terlebih ini terjadi setelah mereka berbaikan. Namun, Gavriel hanya sekadar membaca pesan darinya tanpa memberi balasan.Ia tak tahu jenis hubungan apa yang ia jalani saat ini dengan Gavriel. Ia hanya berharap hubungan mereka belum berakhir.Gavriel butuh waktu sendiri, setidaknya itu yang Liora tanamkan berkali-kali di otaknya setiap kali ia harus mendapati pagi harinya pahit karena tak ada tanda Gavriel mencoba menghubunginya.“Ma’am, Mr. Weston telah tiba,” kata Lizzi yang baru saja membuka pintu ruang kerja sang CEO-nya.Liora yang sejak tadi berkutat dengan lembar-lembar dokumen yang
Happy Reading-----“Kau sudah lama?” tanya Gavriel dengan senyum lebar melihat kedatangan Pierro.Ia kian berjalan mendekat sembari menyugar rambutnya yang basah. Tubuhnya terasa begitu segar berkat olahraga surfing yang ia lakukan sedari tadi.Ia masih berada di mansion kakeknya di Sheboygan yang tepat menghadap danau Michigan. Salah satu danau terbesar di Amerika Utara yang jarang orang sangka dapat dijadikan olahraga surfing. Kebanyakan orang tak tahu, mengingat ini bukanlah laut, tetapi danau. Mereka tak akan menemukan ombak setinggi 40 kaki, tetapi tempat ini juga bukan untuk peselancar pemula dan anak-anak.Ombak di sini bisa sangat brutal dan tak terduga seperti saat ini karena mengingat letak Sheboygan menjorok ke arah danau, sehingga lokasi ini mendapat angin dari segala arah. Terlebih bulan-bulan mendekati musim dingin seperti sekarang.Meski ia benar-benar menikmati surfing-ny
Happy Reading-----“Don Gavriel,” sambut Daniel dan Marco penuh hormat saat Gavriel turun dari helikopter.Gavriel hanya mengangguk sekilas sembari mengancingkan jas biru tuanya. Sudah tak ada lagi sosok Gavriel yang bertelanjang dada dengan tubuh basah dan papan surfing di tangannya. Pria itu telah kembali menjadi sosok Don Prospero dengan setelan jas tiga potong berwarna gelap yang khas dan sebuah pistol yang selalu tersedia di belakang pinggangnya.Pierro dan dua made guy lain menyusul turun dari helikopter. Mereka telah tiba di mansion Gavriel di Madison kala langit siang sudah berangsur tergantikan sore.“Semua telah dihubungi. Rapat siap dilaksanakan dua jam lagi,” lapor Marco.“Fredo telah di sini,” tambah Daniel.Daniel menahan dirinya sekuat mungkin untuk bersikap profesional dan tak meluapkan kekesalannya pada Gavriel karena tindakan yang