Happy reading ;)
----------------
"Cheri? Sejak kapan kau berada di sana?" Mike segera berdiri dan menghampiri Emily, sedang Jeff berdehem canggung salah tingkah.
"Sebaiknya aku menemui Eveline di bar," ujar Jeff yang hendak berlalu.
"Ia sedang berendam di jacuzzi," jawab Emily cepat dan di balas anggukan oleh Jeff. Walnut legam Emily kembali tertarik menemui walnut cokelat Mike yang berusaha menetralkan suasana.
"Cheri, aku telah meminta maaf padanya perihal tadi." Mike mengusap lengan polos Emily dan merambat mempertemukan dengan jemarinya.
"Ya, aku tahu." Emily tersenyum simpul. Ia tahu bahwa prianya telah meminta maaf, namun ia juga tahu bahwa mereka telah membahas hal banyak dan bersifat privacy. Tetapi, Emily memilih diam dan membiarkan itu menjadi hak mereka.
"Kau sudah makan?" tanya Mike seraya merangkul wanita itu membawanya duduk berdampingan di barstool yang menghadap lautan lepas. Senja telah kembali memamerkan cahaya. Sua
Happy reading ;)--------------Mike membantu Emily menapaki pantai, namun seketika pria itu justru menggendong nya hingga bibir pantai. "Astaga!" pekik Emily. Ia tak bisa menyembunyikan malu dan rona pipi yang melingkupi wajahnya.Sementara Mike terkekeh sembari mendekap pinggang Emily membawanya ke pesisir. "Jangan seperti itu, kau selalu menggemaskan di matakau," ujar Mike mengecup pelipis wanitanya.Emily memilih diam berusaha menetralkan degup jantung atas perlakuan Mike padanya. Di depan mereka tampak Roland, Victoria, Jeff dan Eveline tengah duduk dengan beberapa peralatan selancar yang ia dapat dari pusat olahraga air di sana."Jadi siapa yang akan bermain selancar kali ini?" tanya Mike saat mereka tiba dan ikut bergabung bersama."C'mon Jeff kita bermain sebelum menuju hotel," ajak Roland yang kini telah bangkit dan memegang papan selancar."Baiklah," jawab Jeff pasrah.Mereka berdua membuka baju dan menyisakan b
Happy reading ;)--------------Saat Emily hendak berlari menuju lautan, Mike kembali muncul di tengah ombak yang menggulung dan membawanya ke daratan. Senyum khas pria itu mengembang sempurna. Berbeda dengan Emily ia justru kesal dan berbalik menuju pesisir.Victoria hanya menggeleng kepala dengan tingkah dua pasang kekasih yang menurutnya begitu polos bak remaja tanggung, ia mengalihkan pandang lalu tersenyum saat mendapati Roland yang tengah berjalan dengan memegang board di sebelah kanan tangan.Mike terkekeh geli, ia yakin wanita itu tengah kesal karena khawatir dengan kejadian tadi. Tapi itu bukan settingan untuk menakuti, namun ombak tadi benar-benar menenggelamkannya. Mike segera menghampiri Emily yang tengah meraih handuk untuk prianya."Jika kau tak bisa mengendalikan ombak, berhentilah bermain selancar." Emily sedikit melempar handuk pada pria itu. Mike segera menangkap pinggang Emily mendekapnya erat.Wanita itu menengadah menata
Happy reading ;)--------------The Biltmore Mayfair LXR Hotels and Resort, London 01.00pm.Kali ini Mike merutuki kebodohannya dengan bermain surfing di tengah rasa trauma yang wanitanya redam sendiri. Ia benar benar tak tahu jika Emily memiliki masa lalu yang begitu kelam bersama orangtuanya.Jeff telah menceritakan semuanya hingga wanita sialan itu mati oleh tembakan yang Jeff layangkan saat itu. Mike bergerak kesana kemari sembari menggigit ibu jari cemas.Sedari tadi, dokter rasanya terlalu lama untuk memeriksa kondisi Emily. Bahkan detakan jarum jam saja bagai waktu yang berdetak untuk tahunan lamanya. Walnut Mike tak pernah berpaling dari wanita yang kini terbaring lemah tak berdaya di ranjang sana.Wanita yang selalu keras dan kuat setiap hari di hadapan Mike nyatanya tak menjamin ia tak memiliki kekurangan akan kerapuhan. Ia baru menyadari bahwa kejamnya Emily adalah bukti kesakitan yang ia rasakan selama ini."Oh God! Ini sa
Happy reading ;) ----------------- "Tentu, bicaralah," jawab Eveline dengan mengedipkan sebelah matanya pada Mike. Jeff tersenyum lembut. "Baiklah, aku akan menunggu di ruang utama, panggil aku jika selesai." Mike mengusap surai dan menanamkan kecupan hangat pada wanitanya. Ia dan Eveline segera meninggalkan mereka berdua. "Biarkan dia bersama Jeff," ujar Eveline seraya berjalan menuju soffa dan diikuti oleh Mike. Pria itu duduk berhadapan dengan adik sepupunya seraya memanggil koki hotel untuk menyiapkan makan siang yang sudah lewat. Eveline menangkap raut wajah Mike yang tengah frustasi dan kesal. "Apa yang mengganggumu?" tanyanya santai. Eveline meraih segelas air putih dan menenggaknya. "Aku hanya merasa sedikit kecewa." Mike bersedekap dada setelah menaruh ponsel di atas meja. "Tentang?" "Bagaimana bisa wanitaku tak dapat jujur bahkan terbuka padaku. Berbanding terbalik dengan apa yang ku lakukan padanya." Mike kem
Happy reading ;)---------------Mike memilih diam menatap beberapa makanan yang telah tersaji disana. Ia masih mengingat bagaimana rapuhnya Emily pada Jeff. Mereka yang sedari dulu saling menguatkan tanpa henti di tengah badai yang selalu menerpa.Kini ia ragu, akankah ia dapat melakukan hal besar seperti yang di lakukan Jeff untuk Emily? Liburan dan seluruh rencana yang ia susun ternyata justru membuat keterbukaan atas kerapuhan wanitanya dan sialnya berakibat fatal seperti saat ini."See? Mereka hanya butuh waktu brada." Eveline kembali duduk di hadapan Mike."Kini aku sendiri ragu, bisakah aku menggantikan posisi Jeff untuknya," lirih Mike dengan mengusap wajah kasar."Kau tentu bisa menggantikan posisiku dengan versimu Mike, bahkan lebih sempurna." Jeff yang saat itu baru saja keluar langsung duduk bersama Mike."Aku tak bisa terus bersamanya seperti posisi yang sebenarnya ia butuhkan." Jeff meraih botol wine dan menuangkannya pa
Happy reading ;)-----------------Matahari begitu terik seperti hendak membakar segala rasa takut yang terus bersarang dalam jiwa Emily. Liburan yang ia kira akan indah dan mampu menghangatkan dirinya, kini justru berbalik dengan suatu keharusan menghadapi konseling bersama dokter psikiater.Ruang tunggu yang bernuansa putih klasik membuat ketenangan tersendiri seakan mereka kian jauh dari bising dan padatnya penduduk kota serta Mike sendiri dapat merasa bebas dari segudang pekerjaan yang tak berhenti mengganggu pikiran serta waktunya.Lampu gantung berbentuk bulan serta hiasan dinding berbahan kayu membuat suasana kian natural alami di tambah lampu kristal yang membentuk lingkaran benar benar membuat leluasa dalam menikmati waktu yang mengharuskan mereka menunggu dokter Sofia yang tengah memeriksa satu pasien di dalam sana.Mike menggenggam jemari Emily menempatkan di atas pahanya. Ia menatap lekat walnut legam yang kini terselimuti kegugupan. Ia
Happy reading :) --------------- "Keluarkan apa yang kau rasakan selama ini Emily, aku akan membantumu keluar dari jurang hitam yang selama ini selalu membelenggu tanpa kau sadari." Beberapa menit kemudian tangisan Emily pecah serta kisah pulu yang selama ini menerpa dan bersarang dalam jiwanya. Tanpa sadar dokter Sofia ikut bergetar merasakan sakitnya selama yang ia lewati sendiri. Sofia tak pernah menyangka ada kisah se mengerikan dan se keji itu di dunia, terlebih bagaimana Emily kecil bertahan dalam siksaan yang menurutnya teramat mengerikan. Harusnya wanita kejam seperti orang tua Emily tak pernah ada, walaupun wanita itu menyimpan dendam pada suaminya sendiri tetapi bukan hal yang wajar atau bahkan bukan hal yang tepat jika anak kecil menjadi pelampiasan suatu amarah. Sesekali Emily berucap syukur karena Tuhan masih memberikan hidup walau dalam kesusahan, setidaknya ia dapat menemani Jeff selam itu. Ia pun tak merasa sendir
Happy reading ;)----------------"Benarkah? Ah maaf aku melupakan bagian itu," ujar Mike menggaruk pelipisnya ringan. Ia mencoba mengingat pertemuannya dengan dokter Sofia namun hasilnya tetap nihil. Kapan ia bertemu dengan dokter itu? Benarkah ia melupakan seseorang dalam hidupnya? Bukankah ia selam ini mengingat orang yang berhubungan dengannya walau hanya untuk beberapa saat."Tak apa, bagaimana jika aku mengundang kalian ke penthouseku. Aku ingin membicarakan satu hal padamu.""Ya, baiklah hubungi kami kapanpun itu." Senyum mereka kembali merekah sebelum Mike membawa kekasihnya menuju parkiran."Ku rasa kalian saling mengenal," ujar Emily seraya mendekap pinggang Mike."Entahlah, mungkin aku melewatkan bagian itu." Mike menghela nafas panjang dan membukakan pintu mobil penumpang untuk Emily sebelum ia mengambil kemudi.Redupnya senja kini telah berangsur menghilang berganti malam. Jalanan kota London begitu padat hingga mobil Aud