Happy reading ;)
-----------------
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Jeff saat mereka memutuskan jalan bersama setelah di tinggalkan oleh empat orang yang saling membenci.
"Kau bahkan melihatnya, mengapa kau bertanya?" Eve mendelik sebal seraya melipat kedua tangan di dada.
Jeff mendesah kasar. Benar, harusnya ia tak perlu bertanya pada wanita aneh yang sekarang tengah berjalan berdampingan dengannya.
"Tunggu." Eveline menghentikan langkah dan berbalik menatap Jeff. "Bagaimana kau bisa berada di restoran yang sama?"
"Entahlah, ia sendiri yang memiliki janji untuk bertemu di sana." Jeff kembali berjalan dan menghirup udara malam.
"Memang kalian pergi kemana saja?"
"Hanya ke kantor cabang dan bertemu wanita tadi, sepertinya ini rencana bodoh." Jeff menggaruk kepala yang tak gatal.
"Maksudmu?"
"Ya, aku tahu rencana mengenai Mike yang akan melamar adikku tapi, bukankah bodoh saat mereka bertemu di t
Happy reading ;) ------------------- "Cincin ini telah tersemat di sini. Lalu.. bisakah aku mengatakan tidak?" Wanita memandang kembali walnut Mike dengan segudang tanya. "Tidak bisa," jawab Mike cepat. Bagaimana bisa wanita itu menanyakan hal bodoh seperti tadi. Ia bahkan tak ingin mendengar sedikitpun kata penolakan darinya entah itu berupa tanya atau pernyataan. Yang jelas ia akan menggila jika wanita yang di cintai menolak lamarannya. Sementara Emily, ia tergelak bebas. "Baiklah aku akan menjawab, Ya." Wanita itu tersenyum seraya mengusap kembali dada bidang Mike. Namun kali ini terasa lapang dan manis karena cincin itu pun ikut serta mengusapnya di sana. "Katakan sekali lagi. Ah tidak perlu, aku terlanjur bahagia dengan jawaban tadi." Saat itu pula Mike membawa tubuh Emily berada dalam kuasanya. "Lagi?" Wanita itu tersenyum mengangguk setuju. Tak menunggu lama, Mike segera membawa tubuh mereka menyatu dalam balutan cinta kasih. Ia
Happy reading ;) ------------------ "Aku perlu bantuanmu saat ini Emily," ujar Vin Hogan di sebrang telepon. "Baiklah, akan ku urus nanti," jawab Emily seraya mengepalkan tangan di sisinya. "Spasibo (terimakasih)." "Hmm." Wanita itu menutup telepon dan memasukkan ponsel kembali ke dalam saku. Sementara Jeff ia tahu telepon itu dari sang bos mafia mereka. Namun apa yang menjadi pembicaraan mereka barusan? "Siapa?" tanya Mike seraya menghampiri Emily di dalam pantry. "Emm tidak penting," jawabnya mengangkat bahu. "Aku ingin tahu." Mike memasukkan kedua tangan ke dalam saku. Sedang Emily ia menunduk dan menghela nafas panjang. Ia memainkan jemari ragu. "Bos kami, ia meminta bantuan kita." Wanita itu melirik Jeff yang juga menatapnya serius. "Loginova?" tanya Mike meyakinkan. "Tidak, bukan. Ia emm.. ." Seketika lidahnya kelu, bagaimana bisa menjelaskan tentang siapa Vin. Dan bagaimana reaksi Mike saa
Happy reading ;)-------------------Hembusan angin siang ini benar benar memuakkan. Bagaimana tidak ia bahkan tengah berdiri di atas helipad salah satu hotel di paris. Keputusannya untuk mengikuti sang wanita benar benar terjadi. Ia harus membatalkan tiket pesawat dan menunggu helikopter milik Vin menjemputnya. Sedang Eveline, ia memilih kembali ke New York dengan Yacht miliknya.Benarkah pria itu juga seorang millionaire sama seperti dirinya? Sedetik kemudian ia mengingat obrolan nya bersama Jeff beberapa hari yang lalu, Vin Hogan Kiel. Ya, itulah namanya.Emily melirik Mike sesaat sebelum helikopter bertuliskan Bratva mendarat tepat di hadapannya. Wanita itu mengangguk pada Mike. Sejujurnya ia tak ingin pria itu masuk dan menyaksikan apa yang akan ia lakukan.Tetapi, ia pun tak dapat menolak ketika mendengar hasil negosiasinya dengan Loginova. Memang sebaiknya pria itu mengetahui semua yang akan ia lakukan. Wanita itu menghembuskan nafas panjang
Happy reading ;)-------------------Walnut cokelat Mike menyipit mendapati helikopter nya mendarat sempurna di helipad. Lagi lagi Jeff benar. Bos mereka memiliki kekayaan melebihi dirinya. Tiga private jet dan koleksi mobil Audi R8 memenuhi jarak pandangnya, terlebih apa ini?Markas yang Emily maksud bukan markas yang seperti Mike bayangkan. Markas bos mereka lebih tepat di katakam penthouse luxury yang begitu mewah.Satu tepukan di bahu Mike membuat ia sadar dan menarik diri. "Tak perlu membandingkan kekayaannya denganmu. Kalian sama sama kaya," ujar Jeff seraya melahap permen karet dan berlalu meninggalkan mereka.Kedua kalinya Mike melihat beberapa orang yang berada di sana menyambut kedatangan mereka terlepas dari sikap hormat terhadap Emily bak seorang ratu.Sepatu hitam Mike membawanya bersanding dengan Emily hingga langkah itu terhenti saat seorang pria dengan perawakan tinggi menghadap mereka."Selamat datang Miss Emily, Mr F
Happy reading ;)------------------"Dan katakan bagaimana aku mengeluarkan mu dari neraka ini?" Mike benar benar mencengkram lengan Emily kuat. Bagaimana bisa ia hanya berdiam diri sedang wanitanya ber perang di luar sana?Apa yang harus ia lakukan pun tak akan mengubah keadaan bahkan keputusan sesuai harapan. Tak bisakah wanitanya menyerahkan tuga pada Jeff atau pada Fyodor? Ia yakin kekuatan seorang laki-laki lebih besar dari wanita."Kita akan membicarakannya setelah aku kembali." Emily mendesah samar. Ia meraih anti peluru lalu memasangnya."Emily, bagaimana jika kau tak kembali?" Kali ini Mike benar benar putus asa. Ia ingin menyelamatkan nyawa Emily tetapi wanita itu bersikukuh untuk tak ikut campur atau terjun ke dalam masalah ini."Maka dari itu, tunggulah. Jika kau memaksa pergi, aku tak menjamin keberhasilan berpihak padaku. Mengertilah, this is my job." Wanita itu meraih sepatu boots hitam dan duduk di soffa tak jauh dari sana.
Happy reading ;)-----------------Malam ini terasa panjang, berkali kali ia menuju pintu utama markas hanya berharap kekasihnya datang sesuai janjinya. Ratusan kali pula ia melirik jam yang hanya bergerak beberapa detik saja.Mike menghela nafas panjang, ia mengusap wajahnya gusar sebelum melangkah pergi menuju ruang tamu di sana. Caspar akhirnya menghampiri Mike yang sedang duduk dengan menengadahkan kepala. Pikirannya melayang pada apa yang seharusnya tak terjadi."Minumlah," ujarnya seraya meletakkan botol tequila dan dua gelas ramping nan tinggi. Mike menatap pria itu datar."Ia wanita terkuat disini setelah bos kami, maka dari itu kami begitu menghormatinya." Caspar menuangkan tequila pada gelas kosong. Mike meraih gelas tersebut dan menenggaknya hingga tandas."Emily, ia justru tak suka jika terlalu banyak pasukan yang ikut dalam salah satu misinya. She is a cold blooded killer, baginya banyaknya pasukan hanya akan membuatnya mati."
Happy reading ;)--------------------Emily menghempas jemari Marco. Ia tersenyum mengejek. "Pengganti?" Emily mengikis jarak hingga hembusan nafasnya menyapu lembut rahang tegas sang Don. "Anggotamu mengusik bosku, dan kau tidak tahu jika ia pun telah bermain di belakangmu?" Emily menjauhkan wajah menatap ekspresi Marco."Don Marco yang agung, sejak kapan kau terikat bisnis sampah seperti itu?" Jemari Emily membelai bahu Marco perlahan. Seringai wanita itu begitu menginjak ego Marco. Pria itu berbalik merengkuh pinggang Emily."Kau tak tahu apapun tentang itu," desis Marco tepat di daun telinga Emily. "Aku? Atau kau terlalu bodoh untuk dibohongi bawahanmu sendiri?" Emily meraih amplop cokelat dan melemparnya ke atas meja.Marco menatap tajam Emily sebelum melepas cengkramannya. Hembusan nafas kasar dan kekesalan Marco mulai memuncak saat jemari kokoh itu membuka isi amplop tadi. Walnut nya menyipit mempertegas. Gibson, pria itu benar benar keparat
Happy reading ;)-----------------"Jadi kau sama sekali tak memiliki dokter spesialis apapun secara pribadi?" Mike menatap Fyodor tak percaya. Sementara Emily m asih terbaring lemah dengan satu infusan di sebelah kiri.Mike kira semua perlengkapan disini begitu menunjang hingga detail terkecilpun mengingat pekerjaan mereka yang tak mudah dan sangat berbahaya. Namun apa, ia justru hanya menemukan dokter umum yang menangani mereka jika terluka."Dokter yang telah bekerja lama dengan kami, mereka semua penghianat. Hanya dokter Jay yang berada di pihak kita hingga saat ini." Fyodor menghela nafas seiring dengan langkah yang perlahan pergi.Pria bermata biru itu kini tengah memeriksa luka di bagian perut Emily. "Luka ini tidak terlalu dalam, kemungkinan ia hanya terlalu lelah dan kekurangan cairan. Tenanglah, semuanya baik." Jay melepas stetoskop dan menepuk bahu Mike menenangkan.Mike mengangguk dan duduk di sisi ranjang, sementara Jeff ia mena