Share

Secret

“Ricky?” Wanita itu menatapku dengan terkejut, “padahal sebentar lagi akan ke sekolahmu ternyata malah bertemu di sini.”

“Nyonya Julietta?” ucap paman Zanone.

“Tuan Zanone?” balasnya tak kalah kaget.

Jadi mereka saling mengenal? Apa ada sangkut pautnya?

“Jadi paman Zanone mengenalnya?” tanyaku meyakinkan diri.

“Benar, kami bekerja di tempat yang sama.”

“Kalau begitu kita tidak usah bersusah payah lagi mencari orang itu Paman “ aku tersenyum ke arahnya.

“Maksudmu Rick?” tanya paman Zanone tak mengerti.

Aku menatap kolega wanita teman paman Zanone, lalu menatap kembali ke arah paman Zanone.

“Ja-jadi orang itu?”

Aku menganggukkan kepala.

“Ada apa denganku?” wanita yang dipanggil nyonya Julietta tampak tak mengerti.

“Bisa kita bicarakan ini di ruangan tertutup?” ajak paman Zanone.

“Ada apa ini? Sepertinya hal ini sangat penting.”

“Sangat nyonya, ada hubungannya dengan kematian seseorang.” Paman Zanone tampak lebih serius dari sebelumnya.

“Baiklah kalau begitu,” nyonya Julietta memanggil seseorang dari dengan ponselnya, “bisa kau siapkan ruangan untuk berdiskusi dan sepasang pakaian untuk remaja pria.”

Nyonya Julietta memberikanku baju?

“Ti-tidak usah, aku tidak apa-apa.” Aku berusaha membatalkannya.

Tapi wanita berambut cokelat itu hanya menggelengkan kepala.

“Dan aku memiliki pertanyaan untukmu Ricky.” Ia meletakkan ponselnya ke dalam tas dan menatapku tajam.

Tak lama sebuah mobil berwarna gelap layaknya malam berhenti di depan cafe, dengan isyarat nyonya Julietta mengajak kami berdua masuk.

Mobil itu berjalan cukup cepat, melewati jajaran bangunan yang memiliki fungsi bermacam-macam. Mulai dari pertokoan hingga kantor. Tak lama, mobil itu berhenti di sebuah bangunan hotel bertingkat yang sepertinya tidak mungkin aku masuki dengan biaya sendiri.

*****

Setelah berganti baju, aku memasuki ruangan yang nyonya Julietta sewa. Sebuah ruangan VVIP yang biasa digunakan untuk rapat.

Ruangannya tidak terlalu besar tapi sangat mewah, dengan lampu kristal yang tergantung di tengah ruangan. Design dengan aksen emas di sana dan di sini.

“Silahkan duduk.” Nyonya Julietta mempersilahkanku duduk.

Aku duduk berhadapan dengan paman Zanone, sedangkan nyonya Julietta berada di ujung meja.

“Jadi begini, seseorang telah salah menembak dan anakku menjadi korbannya. Kebetulan targetnya adalah teman Ricky, Rudy Springfield. Kemudian beberapa waktu lalu, nyonya mencari Rudy dan bertemu Ricky.”

“Benar,” nyonya Julietta menganggukkan kepala, “lalu bagaimana pelakunya?”

“Sudah tertangkap, setelah melakukan interogasi pelaku mengaku mendapat perintah dari keluarga bangsawan di negeri tetangga, bangsawan itu bernama Bluezack.”

“A-apa? Bagaimana bisa?” nyonya Julietta menatap pria berambut hitam itu dengan mata bergetar.

“Aku tidak yakin, kalau Nyonya dalang di balik ini semua.”

“Tentu saja, aku tidak akan melakukan hal itu!” balasnya meyakinkan.

“Mungkinkah saudara Nyonya?”

“Tidak ada yang mengetahui hal ini selain Ayahku,” Ia beralihlah menatapku, “kemudian, aku ingin bertanya satu hal padamu Ricky. Bagaimana kau tahu aku mencari Rudy?”

Gawat! Apa yang harus aku katakan! Aku tidak sadar mengatakan hal itu kemarin!

“Benarkah itu Rick?” paman Zanone ikut bertanya.

Tidak mungkin aku mengatakan semuanya, tapi jika begini aku yang seolah di sudutkan.

Apa yang harus aku lakukan! Ayo berpikir! Berpikir!

“Hahaha! Kau mengetahuinya?” ucapku sembari menunduk.

Tidak ada cara lain! Hanya ini saja yang dapat aku lakukan!

“Kau mencari anak kandungmu bukan?”

Aku berpura-pura mengalami kerasukan.

“Hei Ricky!” ucap paman Zanone.

“Dan kau, aku tahu kau tengah mencari pendonor jantung untuk anakmu.”

Aku berupaya merubah suaraku. Akan aku keluarkan kemampuanku dalam membaca naskah saat menjadi voice actor saat itu!

“Ba-bagaimana kau tahu aku mencari anak kandungku? Bahkan keluargaku tidak ada yang tahu!”

“Untuk apa kau mengetahui alasannya manusia?”

Bagus! Semua berjalan dengan lancar!

“Kau... bagaimana kau tahu tentang pendonor jantung?”

“Tuan Zanone sebaiknya anda bersyukur, karena bila anak anda tidak meninggal, maka anda akan menjadi pembunuh!”

“Pe-pembunuh?”

“Benar! Karena kau begitu putus asa, akhirnya kau memutuskan untuk mencari sendiri pendonor jantung untuk anakmu. Dan kau tahu siapa? Anak ini yang akan menjadi korban!”

Semua hening seolah bergulat dengan pikiran mereka masing-masing.

“Anakmu sekarang sudah tenang di sana, ia sudah tidak lagi menderita. Jangan ratapi kepergiannya,” aku menghela napas, “waktuku tidak banyak, aku akan meninggalkan anak ini. Rahasiakan ini darinya atau tidak hahaha! Bersiaplah!”

Aku mengakhiri sandiwaraku.

“Maaf! Aku terlalu lelah jadi tertidur!” ucapku sembari bangun dari dudukku.

“Rick? Kau tidak apa-apa?” tanya paman Zanone dengan wajah khawatir.

“Tidak apa, aku ke kamar mandi sebentar!” aku segera beringsut menuju kamar mandi.

Berhasil! Aku berhasil!

*****

“Aku yakin orang itu ayahku!” terka nyonya Julietta.

“Ta-tapi kenapa?” tanyaku tak mengerti.

“Karena orang tuaku tidak menyetujui pernikahanku dengan Romero, setelah Romero meninggal ayahku membuang Rudy...” isaknya.

Kenapa ada cerita menyayat hati dalam game ini!?!

“Kalau begitu Nyonya, bagaimana kalau Nyonya bertemu dengan orang itu?” usul paman Zanone.

“Tuan Zanone, Aku ingin meminta maaf karena kelakuan Ayahku, tuan kehilangan anak tuan...”

“Tidak apa, Ia lebih bahagia di sisi Tuhan.” Paman Zanone tersenyum.

“Nyonya Julietta, apakah mau menemui Rudy?” tanyaku penasaran.

“Tentu saja, tapi aku harus menyelesaikan masalah ini dengan Ayahku.”

Orang tua yang keras kepala dan semaunya sendiri adalah orang yang merepotkan.

“Terima kasih telah memberi tahukan informasi ini, Aku akan segera melakukan sesuatu,” wanita itu bangkit dari kursi dan berjalan ke arah pintu, “terima kasih atas waktunya!”

Perlahan sosoknya menghilang di balik kayu pembatas bagian luar dan dalam ruangan.

“Ricky, aku harus ke kantor polisi. Kau tidak apa pergi sendiri?”

“Tidak apa, nyonya Julietta juga sudah menyiapkan taksi untukku.”

“Ricky,” Ia memegang tanganku, “terima kasih atas semuanya.”

“Aku tidak melakukan apa-apa Paman.”

Ia menggeleng kemudian menepuk bahuku.

“Kau penyelamat kami! Kalau begitu Paman pergi dulu!” ucapnya sembari berlari kecil menuju pintu.

Jadi pelakunya, kakek Rudy yang tidak suka dengan kehadiran Rudy. Apa yang harus aku lakukan, tidak ada jaminan orang itu akan berhenti mengirim pembunuh untuk membunuh Rudy.

“Ricky...” tiba-tiba suara Rose mengagetkanku.

Aku yang berjalan ke luar dari hotel itu sembari berpikir tidak memperhatikan keadaan sekitar.

“Ro-rose!” pekikku kaget.

“Ada apa?” tanyanya.

“Aku sudah tahu siapa- Tunggu! Kenapa kau ada di sini?” aku menatapnya yang telah duduk nyaman di kursi sebelahku.

“Aku mengikutimu...”

Perlahan mobil yang kami naiki mulai berjalan, melewati jalan yang sebelumnya aku lewati.

“Rose kau ingat wanita yang waktu itu?”

“Yang mencari Rudy?”

“Benar! Ternyata dia adalah ibu kandung Rudy!”

“Oh begitu rupanya...”

“Dan dalang dari percobaan pembunuhan itu adalah kakeknya sendiri.”

“Jadi Rudy seorang bangsawan?”

“Benar, ia dibuang saat masih kecil. Ibunya yang selalu mencari keberadaan, menemukan foto Rudy di akun sosial media.”

“Kau mau.... Memberi tahu Rudy?”

“Tidak sekarang, mungkin setelah perlombaan.”

Tiba-tiba Rose menamparku.

“Ro-rose... Kau kenapa?”

“Aku muak melihatmu...”

“Muak? Kenapa?” aku menatapnya tak mengerti.

“Orang tuamu saja masih tidak ada kabar... Tapi kau telah sibuk mengurusi hidup Rudy...”

“Ah itu...”

Semenjak aku menjadi Ricky Brown, aku tidak pernah menerima pesan atau telepon dari mereka. Aku kira mereka sibuk sehingga tidak sempat mengabari, tapi ternyata mereka menghilang.

“Kenapa kau selalu mementingkan Rudy...”

“Karena Rudy sudah kuanggap sebagai keluarga.”

“Kau tahu... Rudy sangat mengkhawatirkanmu... Terkadang ia merasa bersalah karena selalu membebankanmu...”

“Sebaliknya, akulah yang selalu merepotkannya hahaha.”

Tiba-tiba mobil berhenti, menandakan alamat yang dituju telah sampai.

“Rose, mau mampir ke rumahku?” ajakku.

“Boleh...” Ia menganggukkan kepala.

Kami berdua berjalan menaiki tangga, setelah puluhan anak tangga kami sampai di rumah peninggalan orang tuaku.

Aku membuka pintu dan dengan cepat, Rose mendorongku masuk dan menutup pintu kembali.

“Aduh! Rose ada apa?” tanyaku tak mengerti.

“Ada yang mengikuti...”

“Ada yang mengikuti?” ulangku.

“Benar... Kau ingat waktu... Saat pertama kali kita di serang?”

Ada apa dengan hari itu? Tunggu! Mary bertindak aneh!

“Mary bertindak aneh!”

“Mary melindungimu... Malam itu kau diikuti...”

“Be-benarkah?”

Jangan-jangan pembunuh itu menganggapku sebagai ancaman! Karena telah menghubungi nyonya Julietta!

“A-apa yang harus kita lakukan Rose?”

“Berhati-hati...”

Aku bangun dari jatuhku dan menuju dapur yang kebetulan tidak jauh dari pintu untuk mengurangi dahagaku.

“Rose kau mau minum sesuatu?” tanyaku padanya.

“Teh tapi... Campurkan dengan salivamu..” ucapnya tanpa ragu.

“A-apa? Saliva?”

Tidak mungkin aku melakukannya!

“Kalau darah bagaimana?”

“Tidak apa... yang penting cairan dalam tubuh...”

Benar Ia seorang succubus, semua cairan dalam tubuh termasuk sari kehidupan.

“Ahhhh!!!!!” tiba-tiba sebuah teriakan menggema dari luar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status