Share

Apa rencana Rena?

"Mas, kamu masih marah?" tanya Rena saat menyiapkan sarapan. 

"Gak, Gea mau di jemput jam berapa?" tanya Fathan mengalihkan pembicaraan.

"Sore palingan, katanya Rima baru saja datang dari Palembang. Dia mau tinggal di rumah ibu," jawab Rena.

"Rima? Kenapa? Bukannya setahun yang lalu dia tiba-tiba aja pindah ke Palembang? Kenapa sekarang balik lagi?" tanya Fathan penasaran.

Rima adalah adik kandung Rena, setahun yang lalu dia pergi dengan alasan ikut suaminya ke Palembang. Sebelum pindah ke sana, Fathan tahu betul kalau hubungan Rena dan Rima sedang bermasalah hingga keduanya tak saling bicara. Namun, Fathan tak mau tahu tentang masalah mereka.

"Gak tahu mas. O ya, kamu kan libur, mau kan temenin aku ke rumah Intan, kita buat video klarifikasi," ajak Rena.

Fathan mendongak. Ia seolah tak percaya dengan ajakan istrinya.

"Kamu serius?" tanya Fathan.

"Iya, aku menyesal mas, aku sadar kalau aku sudah keterlaluan," jawab Rena sembari menunduk. Seolah-olah ia merasa bersalah.

Fathan menggenggam tangan istrinya. Dia bahagia karena istrinya masih memperhitungkan perlakuannya semalam. 

"Terimakasih mam," ungkap Fathan sembari tersenyum bangga pada istri tercintanya. 

"Aku juga gak akan melarang kamu untuk kasih nafkah sama Gita mas, aku sadar kalau itu memang sudah menjadi kewajiban kamu pada Gita," tutur Rena.

Fathan tersentuh mendengar ucapan istrinya. Akhirnya keduanya saling berpelukan setelah sering bertengkar.

***

Pagi sekali Intan pergi ke rumah Bu Aminah untuk bekerja. Biasanya setiap hari libur cucian di rumah Bu Aminah banyak, sehingga upahnya lumayan. Bu Aminah sering memberinya upah seminggu sekali.

Sebelumnya dia telah meninggalkan sarapan untuk Gita. Gadis kecil itu sudah terbiasa di tinggal, bahkan kadang Intan berangkat sebelum Gita bangun.

Awal-awal Intan bekerja setelah kematian suaminya. Gita masih sering menangis jika di tinggal. Namun beruntung, dulu ada Bu Fatma, tetangganya yang membantu menjaga Gita, namun Bu Fatma mudik ke kampung halamannya. Intan bersyukur Gita tak manja dan mulai mengerti kesibukan ibunya.

"Assalamualaikum Bu," sapa Intan sesampainya di rumah Bu Aminah.

"Wa'alaikumussalam. Intan hari ini kamu gak usah kerja!" kata Bu Aminah.

"Lho kenapa Bu? Apa saya boleh libur?" tanya Intan.

"Bukan libur, tapi gak perlu kerja lagi di tempat saya, nih uang upah kamu Minggu ini," ujar Bu Aminah seraya memberikan dua lembar uang seratus ribuan.

"Tt--tapi kenapa Bu?" tanya Intan merasa tak percaya. Ia rasa tidak melakukan kesalahan, baju-baju yang dia cuci juga bersih, bukankah Bu Intan pernah bilang kalau dia puas dengan hasil kerja Intan.

"Pokoknya saya gak mau kamu kerja lagi di rumah saya, saya sudah punya pengganti kamu," tuturnya.

"Tapi Bu, saya butuh sekali pekerjaan ini," kali Intan memohon.

"Saya gak peduli, cari kerja lagi saja di tempat lain," titahnya sembari masuk ke dalam rumah dengan membanting pintu.

Beberapa hari sebelumnya. Bu Aminah yang tadinya iba pada Intan, tiba-tiba berubah fikiran karena mendengar ucapan Bu Lastri bahwa suaminya Bu Aminah ada main dengan Intan. Bu Aminah khawatir, karena ia menyadari Intan memang sangat cantik. Itulah alasan mengapa ia lebih memilih memecat Intan. Demi keutuhan rumah tangganya.

Intan berjalan pulang dengan perasaan kecewa. Fikirannya kalut, bagaimana ia akan memenuhi kebutuhannya. Apalagi Minggu depan Gita sudah mulai sekolah, ia harus punya bekal agar tak selalu mengandalkan Fathan.

Intan yang tak konsentrasi saat menyebrang. Ia tersenggol mobil hingga terjatuh, untung saja mobil dalam kecepatan rendah, sehingga Intan tak cedera serius.

"Mbak gak apa-apa?" tanya seorang laki-laki yang mengenakan kemeja putih itu, taksiran usianya sekitar 35 tahunan, seusia dengan Fathan. Nampaknya ia orang berada.

"Gak apa-apa mas, maaf saya teledor," ucap Intan, ia segera berdiri untuk membuktikan bahwa ia baik-baik saja.

Namun, laki-laki itu menyadari bahwa gamis yang intan kenakan sobek di bagian tangannya, kemungkinan besar kulitnya lecet.

"Itu kayaknya tangan mbak lecet deh, lebih baik kita ke klinik," kata laki-laki itu sembari menunjuk bagian pakaian yang koyak.

"Gak apa-apa mas, gak usah, saya gak apa-apa, saya gak mau merepotkan," papar Intan sungkan.

"Saya yang menabrak mbak, saya gak akan tenang kalau gak tanggung jawab" tutur lelaki itu.

Intan akhirnya mengikuti ajakan lelaki itu untuk ke klinik. Bukan apa-apa, Intan sangat takut berhubungan dengan orang yang sama sekali tak ia kenal.

Dengan perasaan ragu, akhirnya Intan memasuki mobil laki-laki itu. Mobil melaju mencari klinik terdekat.

Intan sangat lega saat mobil parkir di sebuah klinik. Ketakutan yang sedari tadi menghantui lenyap begitu saja. Ternyata tak semua orang itu jahat, meski tak semua orang juga baik, namun sikap waspada sangat melekat dalam dirinya.

Dokter wanita itu mengobati luka pada Intan, ternyata tak hanya tangan yang lecet, namun kakinya juga. Luka itu tak terlihat karena Intan menutup sempurna auratnya.

"Terimakasih mas," ucap Intan pada laki-laki yang ternyata bernama Thariq itu.

"Iya sama-sama, sekali lagi saya minta maaf ya. Kalau begitu saya antar mbak sampai rumah ya, kata dokter kaki mbak Intan terluka, saya khawatir mbak Intan kenapa-kenapa kalau pulang sendiri," ungkap Thariq.

Karena keadaan, akhirnya Intan menerima tawaran Thariq. Di perjalanan, Intan terus melamun, ia berfikir keras pekerjaan apa yang akan ia lakoni setelah ini. Ia sudah berusaha menulis di platform online seperti saran temannya karena tahu bahwa Intan senang menulis, namun tulisan Intan belum menghasilkan sama sekali. 

Untuk melamar pekerjaan di perusahaan, sepertinya tak mungkin, ijazahnya hanya sampai SMP. Sejak musibah banjir bandang yang terjadi di kampung halamannya, Intan masih kelas 1 SMA, beruntung ia masih bisa menyelamatkan ijazah atas perintah ibunya sebelum hanyut terbawa air bah.

"Mbak Intan?" ucapan Thariq membuyarkan lamunan Intan.

"Eh iya mas, maaf tadi ngomong apa?" tanya Intan lagi.

"Saya tanya, mbak Intan apakah masih kuliah atau kerja?" tanyanya.

"Saya mah sudah punya anak mas, tadinya kerja buruh cuci di rumah tetangga kampung sebelah, tapi hari ini baru saja di pecat," papar Intan.

"Lho, suami mbak Intan kemana memangnya?" tanya Thariq.

"Qadarullah suami saya sudah mendahului di panggil sama yang kuasa mas, suami saya korban tabrak lari setahun yang lalu di tempat yang gak jauh dari tempat saya tertabrak tadi," tutur Intan.

Thariq spontan mengerem mendadak mobilnya karena mendengar perkataan Intan. Intan terkejut saat mobil tiba-tiba saja berhenti.

"Kenapa mas? Ada apa?" tanya Intan.

"Oh, gak apa-apa mbak, tadi ada kucing lewat di depan," jawab Thariq. Intan hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Mbak, kalau mbak mau, mbak Intan boleh kok kerja di tempat saya, kebetulan saya punya restoran, saya masih butuh karyawan," tawar Thariq.

Mata Intan berbinar mendengar tawaran Thariq. Ia bersyukur dalam hati, mungkin ini cara Allah untuk memberikannya pekerjaan baru.

Sesampainya di rumah. Intan terkejut karena melihat banyak sekali makanan di rumahnya.

"Gita, ini dari siapa?" tanya Intan sembari menyentuh sebuah kue dan pandangannya menyisir makanan lainnya.

"Oh, tadi om Fathan sama Tante Rena yang kasih ini ma," jawab Intan dengan wajah belepotan karena makan kue coklat buatan Rena.

Intan segera merogoh ponsel di tas-nya. Benar saja, ternyata banyak sekali pesan dari Fathan, saat jam kerja intan terbiasa silent ponselnya agar tak menggangu.

Intan menelpon Fathan, ia menanyakan ada apa datang ke rumahnya. Ternyata jawaban Fathan ia ingin mengajak Intan membuat video bersama sebagai klarifikasi, namun Fathan bilang ia dan Rena sudah membuat video klarifikasi, bahwa yang terjadi beberapa waktu lalu hanyalah salah faham. Tujuannya agar Intan tak lagi di pandang rendah oleh orang-orang.

Alis intan mengerut. Tumben sekali Rena melakukan itu, apakah mungkin ia bisa berubah secepat ini? Atau jangan-jangan Rena memiliki rencana lain, karena Intan tahu, sejak awal dia tak pernah menyukai Intan karena Fathan pernah menyukai Intan. Namun Intan tak memperdulikannya, ia hanya bisa berdo'a semoga apa yang di lakukan Rena itu tulus.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status