Share

Petunjuk

"Pak Fathan, hape saya hancur, pokoknya pak Fathan harus ganti rugi," ancam Bu Lastri.

"Besok saya ganti, ini pelajaran buat ibu yang gak punya adab. Jangan asal merekam sesuatu kalau gak di izinkan. Apalagi memviralkan dengan opini menyesatkan!" hardik Fathan.

Mata Rena membulat. Ia tak menyangka suami yang sangat lembut itu kini sering tersulut emosi. Fathan menarik lengan Rena ke arah motornya yang terparkir. Sepanjang jalan Fathan hanya diam. Ia akan memberikan pelajaran pada istrinya di rumah, tak elok jika ia dan istrinya ribut di luar bahkan di rumah orang lain.

"Mas, kamu kok marah sih sama aku? Harusnya aku loh yang marah sama kamu," ujar Rena di perjalanan. Namun Fathan tak merespon ucapan istrinya.

"Turun!" titah Fathan saat sudah sampai di gerbang rumahnya.

Rena segera turun lalu membuka gerbang. Fathan memasukan motornya ke dalam garasi bersebelahan dengan mobil mewahnya.

"Maaas," ujar Rena sembari bergelayut di tangan suaminya.

"Masuk!" titah suaminya tegas. 

"Mas, memangnya aku salah? Aku kan cuma mau mempertahankan rumah tangga kita, aku gak mau kalau kamu sampai di rebut sama Intan, aku takut kehilangan kamu," ungkap Rena saat keduanya berada di kamar.

"Cukup Rena! Harusnya kamu sadar, justru dengan cara kamu seperti ini membuat aku semakin muak. Kamu fikir aku laki-laki macam apa yang begitu mudah selingkuh? Hah? Semakin kamu menyudutkan aku, semakin yakin aku untuk ..." 

"Untuk apa? ... Kamu mau ceraikan aku cuma gara-gara kakak ipar kamu itu? Hah?" potong Rena.

"Gak akan ada kata cerai di antara kita kalau kamu mau kembali seperti dulu, hilangkan sifat posesif-mu itu, percaya sama aku, berprasangka baik sama orang lain. Aku bingung Rena, harus dengan cara apa lagi aku mendidik kamu? Asal kamu tahu, aku sayang sama kamu, sayang Gea anak kamu, aku juga sayang Gita ponakan aku, apa itu beban buat kamu?" papar Fathan dengan suara naik beberapa oktaf. 

Saat ini Gea sedang main ke rumah neneknya, Fathan tak berani meninggikan suara jika ada Gea di rumah, ia khawatir kejiwaan anak sambungnya terganggu jika mendengar orangtuanya bertengkar.

Rena terdiam untuk beberapa saat. Namun lagi-lagi ia tak pernah merasa bersalah, entah terbuat dari apa hatinya. Ia selalu merasa bahwa yang dia lakukan adalah kebenaran. Ia juga sangat percaya diri jika Fathan tak akan pernah menceraikannya karena suaminya itu begitu mencintainya.

Fathan meninggalkan istrinya yang mematung. Ia mengambil selimut dan bantal. Ia akan tidur di sofa malam ini, semoga saja istrinya bisa merenungi kata-katanya. 

Fathan hampir putus asa menasihati istrinya. Dengan cara lembut telah ia lakukan, namun Rena masih tetap berprilaku tak baik pada keluarga kakaknya. Semoga dengan cara pisah ranjang ini Rena akan sadar akan kesalahannya.

Meski Fathan Sangat kecewa pada Rena, namun ia tak ingin terpedaya, apalagi mengambil keputusan di saat marah. Sebagai seorang laki-laki ia harus tetap mempertahankan kewarasan agar tak menyesal di kemudian hari.

Malam semakin larut. Fathan tak juga bisa memejamkan mata. Ia teringat nasihat ibunya sebelum meninggal untuk saling menyayangi. Apalagi kakaknya Bayu yang membiayai seluruh pendidikannya hingga ia sarjana. Karena ayah mereka sudah meninggal sejak Fathan berusia kelas 6 SD.

Bayu rela tak meneruskan kuliahnya demi membiayai hidup dia dan ibunya. Bahkan, Bayu baru menikah di usianya yang hampir 40 tahun. Jarak usia Bayu dan Fathan terpaut 12 tahun. Namun, Fathan sempat lupa daratan saat ia sedang di uji dengan kenikmatan harta. 

Sebelumnya Fathan pernah menikah dengan seorang gadis. Mereka hidup bahagia dalam kesederhanaan. Namun, istrinya meninggal saat melahirkan, saat itu ia tak memiliki biaya untuk operasi Caesar sang istri. Selang sehari anaknya yang sangat ia sayangi itu menyusul ibunya. Saat itu jiwanya hancur. harus kehilangan dua orang yang sangat ia cintai.

Fathan lebih memilih fokus pada karier nya. Ia lelah hidup dalam kemiskinan. Ia merasa tak mampu melindungi istrinya, hingga ia bertekad untuk sukses, agar kelak ketika ia menikah lagi, ia bisa menghidupi anak dan istrinya dengan layak.

Setelah bertahun-tahun Fathan menyendiri, akhirnya ia menemukan gadis yang mencuri hatinya. Gadis berparas anggun dengan balutan hijab syar'i-nya yang bekerja di warung makan langganannya.

Namun, dia harus menerima kenyataan pahit, saat kakaknya Bayu menikahi wanita pujaannya itu. Fathan frustasi, hingga selang beberapa bulan ia bertemu dengan Rena lalu menikahinya.

Fathan berusaha mengubur rasa cintanya dalam-dalam. Karena ia sadar wanita pujaannya itu kini sudah menjadi kakak iparnya. Ia tak membenci kakaknya, ia hanya menjaga jarak agar hatinya tak terluka melihat kebahagiaan Bayu dengan Intan meski keduanya hidup dalam kesederhanaan.

Jam dinding menunjukkan pukul dua dini hari. Fathan bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat tahajud.

Setelah shalat, ia berdo'a pada Allah. Meminta agar hati istrinya di lembutkan. Meski hak talak berada dalam tangan seorang laki-laki, namun ia tak ingin gegabah. Ia masih berharap Rena akan berubah seperti sedia kala.

Air matanya berurai kala mengingat kakaknya. Ia benar-benar merasa bersalah atas kejadian pada hari itu. Andai waktu bisa di putar kembali, pasti semua tak akan merasakan penyesalan ini. Meski Fathan sudah berusaha bertanggung jawab pada keluarga kakaknya, namun tetap saja tak bisa menghilangkan rasa bersalah dalam hatinya. Ia hanya merasa telah menunaikan kewajiban yang di bebankan pada keluarga ayah dari anak yatim.

***

Di belahan bumi lainnya. Intan terbangun karena mimpi buruk. Ia melirik ke arah anaknya. Lalu mengelus dan mencium Gita yang sedang terlelap. Intan selalu menangis jika melihat Gita terlelap dalam tidurnya. Ia khawatir tak mampu mendidik Gita menjadi wanita Sholeha seperti pesan suaminya. 

Intan beranjak dari kasur, ia mengambil air wudhu lalu membentangkan sajadah. Merendahkan diri pada Allah sang pemilik kehidupan. Berkeluh-kesah pada satu-satunya pendengar yang tak pernah menghakimi. Kekuatannya selalu bertambah setelah mencurahkan segala isi hatinya pada sang pemilik semesta. Asa yang terkoyak, kini kembali terajut dengan indah.

Ting.

Sebuah pesan masuk ke aplikasi W******p di ponselnya. Sengaja ia mengisi kuota, bukan untuk melihat bagaimana orang lain menghujatnya di sosial media, dia tak terlalu memperdulikan itu. Dia yakin, kebenaran perlahan akan terungkap tanpa harus dia susah payah menjelaskan bahwa dirinya benar.

Dia mengisi kuota untuk mencari informasi mengenai platform menulis online yang menghasilkan uang setiap bulan seperti yang di ceritakan oleh sahabatnya. Ia harus bekerja lebih giat untuk memenuhi kebutuhan anaknya tanpa bergantung pada Fathan.

Intan membuka mukena, lalu melipat sajadah dan menaruhnya di tempat semula. Ia mengambil gawai untuk mengecek pesan yang masuk.

Ternyata pesan itu dari Ambar. Dia mengirim sebuah video. Ambar memberikan keterangan yang menyertai video itu :

 [Tan, ternyata rumah saudaraku yang gak jauh dari lokasi kecelakaan suamimu cctv-nya nyala. Baru ngeh kalau ternyata kejadian itu terekam cctv. Kamu bisa cari tahu siapa orang yang nabrak suami kamu dan gak bertanggung jawab itu, kamu bisa cari keadilan buat almarhum suami kamu berbekal rekaman itu.]

Intan menutup mulutnya yang hampir menganga saat memutar video kecelakaan tragis suaminya. Lagi, airmatanya mengalir deras bak hujan turun dari langit.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status