Go as far as you can
I’ll find you wherever you are
“Cari dia di setiap sudut Minnesota. Bunuh dia, sebelum dia menciptakan monster lain,” perintah suara di telepon itu.
“Aku mengerti,” jawab Dean enteng. “Tapi, jika aku mengurusi newborn–vampir baru ini, bagaimana dengan Warren?”
“Untuk saat ini, bunuh dulu monster ini. Sepertinya Warren memang menciptakan monster ini untuk mengacaukan kita. Entah bagaimana, tampaknya dia mengajari monster yang satu ini dengan sangat baik. Tapi, aku sudah mengirim Hunter lain untuk mengikuti jejaknya. Sementara itu, segera beresi monster ini sebelum keadaan bertambah kacau. Sudah banyak warga yang dilaporkan hilang di sana. Jika kita tidak segera bergerak, monster ini akan mengosongkan negara itu,” kata suara itu.
“Baiklah, aku mengerti. Aku akan bergerak secepat mungkin begitu aku tiba di sana,” ucap Dean.
Lalu, sambungan telepon diputus. Dean menyelipkan ponsel ke saku kemejanya yang tidak dikancingkan di atas kaos hitam dengan tulisan NY. Dean menyisir rambut hitamnya dengan tangan, lalu keluar dari lorong gelap itu dan memperhatikan sekitar, memastikan tidak ada manusia yang melihat, kemudian dia berlari ke rumah mewahnya di kawasan Belgravia, London.
Alasan Dean memilih kawasan ini sebagai tempat tinggal adalah, karena kekosongannya. Kawasan ini, sudah seperti kota hantu karena nyaris tidak ada tanda-tanda kehadiran sang pemilik di rumah-rumah mewah itu. Dan itu menguntungkannya.
Dengan gerakan cepat yang tak tertangkap mata manusia, Dean masuk ke dalam rumahnya. Gabe, asisten Dean yang seorang manusia, langsung menghampiri Dean dengan cemas.
“Kupikir hal buruk terjadi padamu,” ucap Gabe.
Dean mendengus. “Aku tidak selemah manusia, Gabe. Aku hanya harus menyisir kawasan pantai barat selatan lebih lama tadi. Tapi, sepertinya Warren sudah meninggalkan Inggris. Dia tidak mungkin pergi ke selatan, mempertimbangkan keberadaan Robert dan Parlemen. Jadi, dugaanku dia mungkin pergi ke utara, menuju Rusia, atau Asia.
“Dan dalam perjalanan pulangku tadi, Robert menelepon. Sebaiknya kau segera bereskan barang-barang kita untuk terbang ke Minnesota besok. Dia sudah memesan tiket untuk penerbangan ke Minnesota dari Heathrow dengan penerbangan tengah hari besok,” kata Dean seraya berjalan ke tangga.
“Minnesota? Tapi … untuk apa?” Gabe menatap Dean bingung.
“Warren berhasil menciptakan newborn yang cukup hebat. Robert ingin aku menghabisinya,” urai Dean.
“Apakah newborn ini adalah dalang di balik hilangnya para penduduk di beberapa kota di Minnesota belakangan ini?” Gabe bergidik ngeri.
Dean mengerutkan kening. “Kau sudah menyelidikinya?”
“Aku mengikuti perkembangannya. Karena … dia membunuh nyaris sebanyak Warren. Dia bahkan tidak meninggalkan jejak mayat-mayat atau newborn lain. Entah di mana dia menyembunyikan newborn ciptaannya, tapi kurasa dia cukup mengerikan, Dean. Selama satu bulan terakhir, dia menjadi teror yang paling ditakuti di Minnesota,” terang Gabe.
“Dia memang monster,” desah Dean. “Aku tidak heran jika para manusia itu ketakutan. Tapi, aku justru merasa tertantang. Mungkin kali ini, aku akan mendapat lawan yang sepadan.”
“Jangan main-main lagi, Dean,” Gabe memperingatkan. “Dia cukup berbahaya.”
“Gabe, kau tidak perlu khawatir tentangku. Siapkan senjataku. Bereskan semua keperluan kita selama di sana. Dan tadi Robert berpesan tentang email yang dia kirim mengenai detail semua akomodasi kita selama di sana,” katanya sebelum kemudian melompat ke lantai dua.
Gabe hanya bisa mendesah menanggapi kekeraskepalaan Dean itu, sebelum kemudian pergi ke kamarnya untuk mengecek email dan mempersiapkan segalanya.
***
“Aku benci matahari,” keluh Dean ketika mereka turun dari pesawat di Saint Paul International Airport. Untuk mendarat di Duluth, pesawat mereka harus transit selama dua jam di Minneapolis.
“Oh, Dean, kau bahkan tidak lagi terpengaruh olehnya,” ucap Gabe sembari memutar mata.
“Bukan berarti aku tidak membencinya,” dengus Dean.
“Berdamailah dengan itu,” ucap Gabe. “Sudah dua abad kau menjadi kawan baiknya.”
Lagi-lagi Dean mendengus. Ia memakai kacamata hitam untuk melindungi mata merah gelapnya dari sinar matahari dan berusaha menahan diri untuk tidak berlari melewati orang-orang ini. Beberapa saat setelah mereka duduk di ruang tunggu, ponsel Dean yang baru ia nyalakan sudah berdering.
“Ya, Robert?” Dean mengangkat teleponnya.
“Tiga jam lagi kau akan tiba di Duluth. Dan aku sudah mengirim orang untuk mengantarmu ke kabin yang akan kau tinggali selama kau memburu newborn ini. Begitu kau tiba di Duluth, carilah mobil yang paling menarik perhatianmu,” katanya.
“Mobil yang menarik perhatianku?” Dean mengerutkan kening.
“Selamat berburu, Dean.” Robert mengakhiri percakapan mereka dan menutup teleponnya.
“Apa katanya?” Gabe menatap Dean penasaran.
“Kita akan dijemput di Duluth untuk sampai ke kabin kita. Kau sudah tahu di mana kita akan menginap?” tanya Dean.
Gabe mengangguk. “Di Ely. Di tepi danau Fenske. Tapi di email, dia tidak mengatakan bahwa kita akan dijemput.” Gabe mengedikkan bahu.
“Sepertinya dia menyiapkan sesuatu untukku,” sahut Dean seraya bersandar santai di kursinya. “Kau tahu, Gabe? Terkadang aku sangat ingin tidur. Tapi masalahnya, aku tidak bisa, kan?” Dean berbisik pada Gabe.
Gabe tersenyum geli. “Kau selalu bisa memejamkan matamu jika kau lelah,” sarannya.
“Atau memangsa manusia-manusia ini,” ucap Dean sembari menyeringai.
Gabe memutar mata menanggapinya. “Kau baru saja makan kemarin, Dean.”
Dean kembali menyeringai.
***
“Oh, sial, Robert,” umpat Dean ketika ia melihat sebuah Ford Falcon 1968 hitam di depan lobi Duluth International Airport. Dean tersenyum lebar ketika mendekati mobil itu. “Dari mana dia mendapatkan ini?” Dean bertanya pada seorang pria yang baru keluar dari pintu kemudi mobil itu.
Pria itu memiliki kulit pucat yang sama dengan Dean, mata merahnya yang tidak segelap milik Dean bersinar geli. “Bukan hal yang sulit baginya,” jawab pria itu.
Dean tersenyum lebar seraya mengelus bemper mobil itu. “Sial, dia benar-benar tahu caranya memotivasi kita, bukan begitu, Bryan?” seringai Dean pada pria yang sudah berdiri di sebelahnya itu.
Bryan tersenyum miring. “Aku akan mendapatkan Maserati jika bisa mengikuti jejak Warren selama tiga bulan ke depan, tanpa kehilangannya,” ungkapnya.
Dean tertawa. “Terakhir kali aku mengejarnya, dia berada tak jauh dari London. Tiga bulan lalu aku mengikutinya hingga ke San Jose. Tapi setelah hampir sebulan, aku kehilangan jejaknya di sana, sampai aku menemukannya lagi di negara tempat tinggalku beberapa waktu lalu. Tapi, dia kabur setelah menghancurkan Impala-ku. Dan kurasa, dia sedang menuju ke Asia saat ini,” beritahu Dean.
Bryan mengangguk. “Terima kasih infonya, Dean. Aku hanya mampir untuk mengantarkan mobil ini. Dan sekarang, aku harus mengejar Maserati-ku,” katanya.
Dean mendengus geli. “Semoga berhasil, Bryan,” katanya.
“Kau juga. Semoga berhasil. Kudengar newborn ini benar-benar mengerikan. Menurut mata-mata Robert, newborn ini sangat berbahaya, karena ia bisa melawan lima newborn lainnya dengan mudah,” urai Bryan.
“Dia juga membunuh newborn?” Dean penasaran.
Bryan mengangguk. “Aku tidak tahu bagaimana pastinya. Tapi yang jelas, newborn mengerikan itu menghancurkan sesamanya tanpa ampun.”
Dean semakin penasaran dengan newborn yang diburunya ini. “Aku mengerti, terima kasih, Bryan,” katanya seraya menepuk bahu Bryan.
Bryan mengangguk. Ia menyapa Gabe singkat, sebelum kemudian berjalan meninggalkan Dean dan menghilang tanpa jejak.
***
Jika dunia tidak bisa Menjadi tempat yang aman bagimu Maka aku akan menciptakan Dunia yang aman bagimu “Aunt Jane, hari ini kau makan apa?” tanya Owen lewat telepon sembari berlatih melompat di halaman kastil. “Teman dari temanmu,” jawab Jane dari seberang. Owen seketika berhenti melompat. “Apa dia menjahatimu, Aunt Jane?” tanya Owen. “Tidak, akulah yang jahat,” Jane membalas. “Ah, dia titip salam untuk temanmu yang bernama Teddy. Duh, beruang yang malang.” Owen mencebik, tampak akan menangis. “Aunt Jane hanya bercanda, Sayang,” Annabeth segera menghibur Owen. “Kau tahu, Aunt Jane tidak minum darah binatang.” “Kemarikan ponselnya, Owen.” Dean yang baru mendarat di depan Owen mengulurkan tangan pada anak itu. “Dad harus bicara dengan Aunt Jane.” Owen mengangguk dan menyerahkan ponsel di tangannya pada Dean. Dean lantas
Why would you want to leaveWhen you’re already at home?Sementara Owen sibuk dengan Robert, Jane, Annabeth, dan Dean pergi ke salah satu ruangan di kastil itu untuk bicara dengan Gabe. Keanu juga sudah ada di sana.“Untuk saat ini, kita diskusikan dulu semuanya, sebelum memberitahu yang lain,” Keanu berkata.“Semuanya … tentang apa?” tanya Annabeth bingung.Keanu menghela napas. “Serangan yang tertuju pada kalian,” sebutnya. “Lalu … kemampuan Owen.”“Aku yang menghubungi Gabe dan memintanya untuk memberitahukan hanya pada Keanu dulu,” Dean menjelaskan. “Kau hanya menghubungi Robert dan memberitahunya tentang serangan itu, tapi aku menjelaskan semuanya pada Gabe.”Jane hanya menghela napas dan mengangguk.“Apakah kau punya dugaan tentang dalang di balik serangan itu?” tanya Annabeth.&ld
Jika ada awalMaka ada akhir “Aku tidak bisa melihat dia menjalani hidup yang berbahaya sepertimu,” Dean berkata pada Jane.Jane menghela napas. “Aku tahu kalian khawatir pada Owen, tapi biar kukatakan pada kalian.” Jane melipat lengan di dada, tampak frustrasi. “Kekuatan Owen berbeda dengan kekuatanku. Dia cukup cepat untuk menghindari serangan. Dia cukup kuat untuk melawan. Dia lebih dari cukup untuk menyelamatkan dirinya sendiri jika dia berada dalam bahaya.“Dan jika memang dia punya kekebalan dari kemampuan khusus seperti milikku, itu justru lebih bagus lagi. Semua lawannya adalah vampir biasa, sementara dia punya kemampuan vampir berumur ratusan tahun. Itulah situasinya.“Dan, lebih dari keberadaanku di kastil, jika memang Owen memiliki kekebalan sehebat itu, dari matahari, dari senjata, dari kemampuan khusus, dia akan menjadi pelindung yang sempurna di kastil. D
As long as we’re togetherNothing can break us down“Jane, aku tahu kau ingin melatih Owen, tapi … bahkan meski Owen berusaha melawan, dia tak akan bisa melawan kekuatanmu,” ucap Dean setelah lagi-lagi latihan Owen gagal.Owen belum bisa melawan kekuatan Jane yang mengendalikan pikirannya. Dean sebenarnya tak yakin jika Owen bisa melakukannya. Namun, Jane masih berkeras tentang itu dan Annabeth mendukung Jane.“Dad, aku baik-baik saja,” Owen berkata, tapi punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.Tentu saja, mencekik ibunya sendiri pastilah sangat menyiksa Owen. Setiap kali mereka berlatih seperti ini, Owen akan menghabiskan beberapa jam untuk meminta maaf pada Annabeth.Jane mengabaikan protes Dean dan berbicara pada Owen, “Jika kau sudah lebih tenang, kita mulai lagi latihannya.” Jane menatap Owen tajam. “Jika kekuatanmu hanya seperti i
Some people only needA family Ketika Jane sudah akan pergi, Dean berkata,“Bahkan meski serangan seperti itu terjadi lagi, aku akan melindungimu, Jane.”Jane urung pergi dan mendengus meledek menanggapi Dean. “Aku bisa melindungi diriku sendiri.”“Aku tetap akan melindungimu,” Dean berkeras. “Karena kau adalah keluargaku.”Ah … keluarga.“Kau tahu, Dean, kau lebih baik hidup jauh dariku,” sebut Jane. “Kau sudah memiliki keluarga sekarang, jadi …”“Ya, aku sudah memiliki keluarga, dan mereka juga keluargamu, Jane. Mereka menginginkanmu. Mereka juga khawatir padamu. Karena itu, kau tak harus berusaha pergi dari keluargamu. Apa pun yang terjadi, dalam situasi apa pun, kami adalah keluargamu,” urai Dean panjang-lebar.Jane tak sempat mendebat Dean karena adiknya itu sudah kembali ke tempat Annab
If you have a death wishCome to meJane tak menemukan apa pun setelah berkeliling di kawasan hutan. Ia memastikan situasi di sekitar tempat istirahat Dean dan Annabeth aman sebelum kembali ke tempat Dean dan Annabeth.Namun, pikiran Jane masih tertuju pada orang misterius itu. Bagaimana jika dia benar-benar melakukan sesuatu pada Owen?Ketika Jane kembali ke tempat Dean dan Annabeth, keduanya sudah duduk di bawah pohon dengan Owen duduk di pangkuan Dean. Jane menghampiri mereka.“Bagaimana?” tanya Jane.Annabeth menggeleng. “Tidak terjadi apa-apa,” jawabnya. “Aku tak tahu apakah dia mengalami hal yang sama sepertimu tentang kekuatannya, tapi dia tidak menunjukkan apa pun ketika kulatih dengan caraku berlatih dulu.”Jane menghela napas lega. “Semoga saja aku salah.” Jane menatap Owen. Jane tak ingin anak ini mengalami hal-hal mengerikan seperti yang dialam