MasukLily adalah seorang gadis dengan nilai keberuntungan besar, anak seorang komandan di ketentaraan pada zaman kuno yang sudah ikut berperang pada usia 18 tahun. Kejadian aneh menimpa Lily, begitu usianya mencapai 20 tahun, yang selalu mengalami mimpi berulang dalam 1 bulan terakhir. Resah? Gelisah? Tentu saja. Tapi ketakutan itu nyata, besar sekali sampai ia merasa dirinya berada dimimpi tersebut. Pengejaran, pembunuhan, dan monster yang memakan manusia. Membuat hidup Lily terganggu. Sampai akhirnya, Lily bertemu lelaki tua berjanggut putih yang menatapnya tanpa berkedip, yang kemudian Lily abaikan meski ia merasa sedikit takut. Menjauhinya dan mencoba melupakannya, tetapi lelaki tua itu ternyata datang ke mimpinya. Berbicara banyak hal, dan memberikannya sebuah cincin bertatahkan safir biru. Perubahan besar pun terjadi.
Lihat lebih banyak**
Roarghh Roarghh Aaaaaa! Argh, tolong! Bugh! Berisik. Berisik sekali sampai-sampai Lily yang sedang tertidur terbangun dengan kepala pusing dan linglung. Tetapi tubuhnya tidak bisa bangun sama sekali. Ia hanya bisa menatap sekelilingnya. Teriakan, makian, bahkan geraman yang terdengar mengerikan ditelinganya. Semuanya bercampur menjadi satu, membuat kepalanya berdenyut sakit. Di depannya jelas terlihat ada seorang laki-laki paruh baya, seorang wanita paruh baya, dan dua laki-laki yang satu dewasa yang satu remaja. 'Pakaiannya aneh' pikir Lily yang tidak bisa bergerak sama sekali. "Kadaannya sudah seperti ini! Ayah! Pikirkan jalan keluar." Ucap wanita paruh baya tersebut, mengguncang lengan laki-laki paruh baya. Semuanya terlihat sangat tertekan. Seolah-olah ada awan gelap yang mengelilingi semua orang ini. Apalagi teriakan-teriakan dan makian dari luar terus terdengar, menambah suasana makin tegang. 'Ada apa?' pikir Lily frustasi, terlebih ia tidak bisa bergerak sama sekali. "Bu, kau tidak bisa mendesak Ayah. Diluar seperti itu, kita semua tahu, kalau keluar sudah pasti akan mati. Tidak, tidak mati tapi berubah menjadi monster." Ucap laki-laki remaja yang duduk memeluk kedua kakinya, seraya menggelengkan kepalanya dengan tatapan kosong. "Tapi adikmu menunggu, kita butuh makanan dan obat. Apalagi, ada 2 nyawa disana." Lirih siibu dengan raut cemas, kedua matanya bahkan berkaca-kaca. 'Makanan? Obat? Dan... monster? Apa itu? Apa ini semua?!' Pikir Lily makin frustasi. 'Dimana ia sebenarnya? Siapa orang-orang ini?' Lanjutnya, ingin sekali menangis. "Ibu benar... adik, ah sayang sekali dia harus mengalami ini semua. Ini salahku, tidak menjaganya sampai dia harus menderita seperti ini." Balas laki-laki dewasa. "Aku saja yang pergi, aku akan mencari makanan dan obat. Kalian tunggulah disini, aku laki-laki dewasa lebih kuat dari kalian semua." Ucapnya lagi, yang membuat semua orang terdiam. Diam-diam memikirkan perkataannya, karena jika tidak dilakukan, maka tidak akan ada dari mereka yang bisa selamat. Harus dicoba agar tahu. Hadapi monster ini dengan berani. Bawa saja sesuatu untuk melindungi diri. "Ayah akan pergi juga. Berdua lebih menjamin keselamatan, peluang dapat makanan dan obat juga lebih besar. Shion, bawa pisau dan tongkat baseballmu. Jangan lupa ranselnya." Ucap si ayah pada akhirnya. Keputusan dibuat pada akhirnya. Shion, bergegas menyiapkan semuanya. Si ayah juga pergi ke dapur membawa pisau. Si ibu mengambil ransel untuk dibawa. Semuanya berada diruang tengah. Dan Lily yang tidak bisa bergerak hanya bisa menatap semua orang pergi dan masuk lagi dalam pandangannya. Begitu semua berkumpul dengan persenjataan yang tidak lengkap tersebut, Lily menatap kedua laki-laki tersebut, bersiap membuka pintu dengan raut tegas. Si ibu dan si adik laki-laki menatap keduanya dengan tidak ikhlas tapi tetap harus merelakan. Jadi begitu pintu dibuka, keduanya bergegas keluar, dan si ibu bergegas menutup pintu. Air mata tumpah, ia menangis dalam diam. Si adik laki-laki juga menahan diri, tapi jelas Lily melihat dua tetes air mata keluar dari matanya. Sedangkan Lily, tersentak kaget. Ia terbangun dan terduduk dengan nafas terengah-engah. Dadanya juga terasa sesak, keringat bercucuran dari dahinya. 'Apa itu? Sangat mengerikan.' Bisik Lily ketakutan. Ia jelas melihat rupa mengerikan itu. 'Itukah sosok monster yang mereka bicarakan?' Bisiknya lagi dengan lirih. "Nona Lily! Nona Lily! Tuan Besar memanggil anda." Lily tersadar. Ia menatap gadis manis didepannya dengan perasaan lega. Hanya mimpi... tidak perlu dipikirkan lebih jauh. Pikir Lily seraya menggelengkan kepalanya. Mencoba mengusir pikiran mengerikan tersebut, dan menghilangkan perasaan gelisahnya. "Nona Lily, kau baik-baik saja?" Tanya gadis manis tersebut. "Aku baik-baik saja, Chloe bantu aku menyiapkan pakaian." Ucap Lily seraya beranjak untuk membersihkan dirinya. Sedangkan Chloe, pelayan kecil Lily langsung mengerjakan apa yang diminta sang majikan. ** "Kenapa harus makan di restoran? Bukankah rumah kita juga baik-baik saja?" Tanya Lily mengerutkan dahinya. Bukan ia menolak, tapi ia benar-benar merasa tidak enak badan setelah mimpi yang ia alami tersebut. Ia merasa ini bukan pertama kalinya ia memimpikan hal tersebut, karena keadaannya selalu sama, ia selalu merasa takut, lelah, dan sangat gelisah dengan keringat bercucuran. Lily selalu mengabaikan perasaan itu sebelumnya, tapi kini benar-benar pertama kalinya sejak ia pulang dari mengawal barang ke kerajaan tetangga, dan ia mengingat dengan jelas semua hal yang ia mimpikan tersebut. Benar-benar menakutkan, pantas saja ia selalu bangun dengan perasaan itu dan kelelahan. "Pamanmu mengadakan jamuan memang untuk menyambut kepulanganmu. Tetapi hal ini juga sekaligus untuk mempromosikan restorannya. Bukankah dalam 1 tahun ini bisnis pamanmu menurun? Ayo pergi dan bantu saja pamanmu." Balas sang ayah, meski wajahnya jelas tegas dan galak, tapi nada bicaranya masih lembut. Menghadapi putri satu-satunya, kesayangannya yang dimanja, siapa yang tidak akan bersikap lembut? Terlebih ibunya, alias istrinya sudah tiada. Pesan terakhirnya adalah untuk menyayangi putrinya ini. Meski sang putri selalu memberontak, malah mengikuti jejaknya ke medan perang, ia hanya bisa menuruti dengan tidak berdaya. Siapa suruh dulu ia jatuh cinta pada komandan perang wanita di kerajaan ini. Terlebih dirinya sendiri juga jenderalnya. "Baiklah, ayo pergi." Ucap Lily setuju dengan enggan. Tetap mengikuti ayahnya naik ke kereta yang sudah disiapkan oleh bawahan sang ayah. Sepanjang perjalanan, keduanya mengobrol ringan, ayahnya banyak bertanya tentang keseharian Lily dan keadaan di medan perang. Lily menjawabnya dengan santai. Membuat sang ayah teringat akan mendiang istrinya. Lily jelas semakin mirip dengan ibunya. Ketika hampir sampai, dan ayahnya tidak bertanya lagi. Lily membuka tirai kereta, menatap jalanan yang terlihat ramai dan damai. Lily senang sekali, ia bahkan lupa dengan mimpi yang ia alami. Sampai kereta berhenti, Lily juga terpaku. Menatap seorang kakek tua yang menatapnya tanpa berkedip di seberang jalan dimana kereta berhenti. Keduanya saling menatap, membuat Lily merasa sangat tidak nyaman. "Lily! Apa yang kau lihat? Ayo turun, kita sudah sampai." Panggil Ayahnya sedikit berteriak, membuat Lily terkejut. Menatap Ayahnya, dan ikut turun. Tapi Lily tidak langsung berjalan mengikuti ayahnya. Ia berdiri diam ditempatnya. Begitu kereta pergi untuk disimpan dihalaman belakang, tatapan mata Lily kembali bertemu dengan tatapan lelaki tua tersebut. Meski merasa tidak nyaman, Lily sangat penasaran. Karena kakek tua itu tidak berkedip dan tidak berpindah dari tempatnya berdiri. Jadi ua bersiap menghampirinya. Tapi takdir berkata lain. Ayahnya memanggilnya, membuat Lily menoleh padanya. "Sebentar ayah!" Balas Lily sebagai tanggapan. Setelahnya ia berbalik untuk menghampiri lelaki tua itu lagi, tapi nihil. Lelaki tua itu sudah tidak ada disana. Lily menatap kiri dan kanan jalanan, tidak ada jejak sama sekali. Seolah-olah sosoknya menghilang begitu saja. "Lily sayang! Bibi sudah menunggumu lama sekali. Aku sangat merindukanmu. Cepatlah masuk, kenapa kau berdiri diluar seperti orang linglung?" Ucapan bersemangat dari Bibinya tiba-tiba terdengar, dan terlihat sang bibi sedang menghampirinya. Lily sadar. Menggelengkan kepalanya mencoba mengusir perasaan yang lagi-lagi membuatnya tidak nyaman. Kemudian berjalan masuk menghampiri bibinya, keduanyapun masuk ke dalam restoran setelah saling sapa. **** Setelah menunjukkan keajaiban pada sang ayah, membuatnya sangat terkejut sampai butuh beberapa saat untuk ayahnya sadar kembali dari keterkejutannya, Lily hanya diam, bingung harus melakukan apa melihat ayahnya seperti itu. Tapi, tidak ada pilihan lain. Ia harus memberitahu ayahnya karena ia butuh banyak persediaan. Karena meskipun Lily termasuk komandan kecil di tentara, tapi ia tidak punya hak atas persediaan. Ayahnya adalah jenderal, jadi ia tentu punya hak atas persediaan. Setidaknya, ayahnya masih punya banyak uang untuk membelikannya persediaan, karena selama ini ayahnya bahkan selalu menambahkan beberapa persediaan untuk para prajurit dengan uang pribadinya. Persediaan dari atas selalu kurang, ada waktunya tidak kurang tapi tidak ada hal baik di dalamnya. Itulah alasan sang ayah berkali-kali mengeluarkan uang pribadi. Ayahnya selalu baik hati. Apalagi pada prajurit dibawah komandonya, dibawah komando ibunya dulu, dan dibawah komando Lily. Prajurit adalah tulang punggun
** "Ini mungkin terdengar seperti omong kosong, tapi ayah percayalah padaku." Ucap Lily dengan raut wajah serius. Menatap ayahnya yang mengangguk tak kalah seriusnya. "Kau tahu, Ayah... sejak di medan perang dalam waktu satu bulan ke belakang, aku selalu bermimpi. Mimpi ini tidak begitu jelas, karena aku selalu tidak ingat apa yang aku mimpikan, tapi rasa lelah, ketakutan dan gelisah selalu ada ketika aku bangun dari tidurku. Dan mimpinya semakin jelas sejak aku pulang beberapa waktu lalu. Aku ingat setiap detail dari mimpi ini, yang sangat menyeramkan." Jelas Lily dengan nada yang sedikit bergetar. Ayahnya hanya menatap Lily dengan kasihan, ingin menenangkan tapi biarlah putrinya ini menyelesaikan ceritanya terlebih dahulu. "Dalam mimpi, ada sebuah keluarga beranggotakan 5 orang, sepasang orangtua, satu laki-laki dewasa, adik perempuan dan adik laki-laki. Terjebak dalam rumah, kelaparan. Terjebak yang aku maksud karena situasi dan kondisi diluar rumah sangat tidak jelas. Teri
** "Ayah, aku takut sekali.." Ucap Lily parau dengan tangis keras, membuat sang ayah merasa patah hati. Lily tidak pernah seperti ini sebelumnya. Menangis, gemetar, ketakutan, tidak pernah ia melihat Lily seberantakan ini. Lily-nya selalu kuat dan berani, persis seperti ibunya. "Tidak apa-apa, ayah disini, ayah akan melindungimu." Balas sang ayah menenangkan. Meski tidak membuat Lily berhenti menangis, tapi ia berangsur-angsur menjadi lebih tenang. Lily juga merasa aman, dekapan hangat ayahnya dan suara berat khas ayahnya, yang selalu ia rindukan ketika sedang jauh darinya. Semuanya benar-benar membuat Lily jauh lebih tenang. Sampai akhirnya tangisnya benar-benar berhenti, meski masih dengan isakan kecil, Lily tetap melepaskan pelukan ayahnya. "Chloe, berikan teh nya." Ucap sang ayah dengan cepat. Jadi begitu tehnya telah diminum, Chloe langsung pergi meninggalkan sepasang ayah dan anak tersebut berdua, memberi ruang pribadi untuk keduanya mengobrol. "Mimpi buruk?" Tanya sang
**Hari itu, berhasil Lily lewati dengan baik. Tidak ada lagi keanehan yang ia alami selama melewatinya. Tetapi begitu malam tiba, Lily benar-benar tidak ingin tertidur meski ia mengantuk berat. Perasaan takut menyelimutinya. Tidak pernah merasa setakut itu bahkan ketika ia menghadapi musuh di medan perang sebelumnya. Jadi, malam itu Lily benar-benar mengambil pedangnya dan berlatih dihalaman. Chloe dan pelayan serta pengawal lainnya tentu tahu. Dan informasi tersebut dengan cepat sampai pada ayahnya yang langsung datang menghampiri, karena merasa khawatir. Ayahnya merasa khawatir sekaligus aneh. Lily-nya tidak pernah berlatih di malam hari ketika ia sampai di rumah. Ia paling suka istirahat dan mengikutinya kemana-mana untuk bersosialisasi, berkata bahwa dengan melihat banyak orang akan membuat dirinya lebih waspada karena banyak wajah palsu yang bisa ia lihat. Lily pintar dan berani sejak kecil, jadi ia sebagai sang ayah juga tidak punya banyak kekhawatiran. Tapi malam ini, berbed
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.