No one can stop me
Not even my self
“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Gabe yang melongok penasaran ke tempat lenyapnya Bryan.
“Newborn itu,” sahut Dean seraya membuka sisi kemudi untuk Gabe. Dean lantas memasukkan barang-barang bawaan mereka ke bagasi dengan mudah, sebelum berusaha untuk berjalan normal ke sisi kemudi.
“Aku benci jika kalian saling berbisik seperti itu,” keluh Gabe ketika Dean menyalakan mesin mobil. “Seolah kalian merencanakan kematianku.”
Dean kontan tertawa mendengarnya. “Yah, seperti yang kau tahu, kami tidak perlu berbicara keras untuk didengar satu sama lain. Kau bahkan punya bakat yang lumayan dalam hal mendengarkan, bukan?” Dean mengerdip jail. “Dan, kau juga tahu kan, kami tidak suka darah yang beracun?”
Gabe mendengus kasar sebagai balasannya.
“Seharusnya kau senang karena kami sama sekali tak berminat dengan darahmu,” sengit Dean seraya melajukan mobilnya.
“Aku tidak bodoh, Dean. Kau vampir, dan aku tahu apa makananmu. Terkadang darah dalam botol yang dikirim Robert itu tidak cukup, bukan? Kau ingin memangsa manusia dan aku selalu ada di sana. Kurasa, hanya menunggu waktu sampai kau memangsaku.” Gabe mengatakannya dengan nada santai, setengah geli.
Dean mendengus kesal. Ia selalu kesal jika Gabe menggunakan hal itu sebagai bahan candaan. Gabe tahu kelemahan Dean, dan dia tidak pernah berhenti menggunakannya untuk membuat Dean kesal. “Setidaknya aku bisa memangsa beruang selama berada di sini.”
“Yeah, camilan yang setidaknya bisa menghangatkan.” Gabe meregangkan badan di kursinya. “Dan apakah ini mobilmu? Untuk mengganti Impala-mu itu?” Gabe menelusuri bagian depan mobil itu dengan tangannya.
Mobil Chevrolet Impala 1967 Dean dihancurkan oleh Warren ketika ia mengejar Warren di Inggris beberapa waktu lalu. Dan itu benar-benar membuat Dean kesal. Ia lebih suka menggunakan mobil klasik ketika berburu dan Warren menghancurkan mobil klasik kesayangannya itu.
Dean tersenyum lebar. “Akan segera menjadi mobilku, begitu aku berhasil menghancurkan newborn ini,” seringainya.
“Kupikir kau bisa mendapatkan mobil canggih lainnya,” komentar Gabe.
“Aku sudah punya cukup banyak mobil-mobil seperti itu. Tapi, untuk yang satu ini …” Dean mengusap setir mobil itu dengan senyum lebar.
“Kau hanya ingin mengoleksi mobil-mobil itu seperti mainan,” dengus Gabe.
“Kecuali untuk chevy-ku, dan juga ini,” sahut Dean.
“Yeah, aku bisa melihatnya.” Gabe memutar mata muak, sementara Dean mempercepat laju mobilnya.
***
“Robert benar-benar memanjakan para pemburunya,” gumam Gabe begitu mereka masuk ke kabin mereka di atas bukit berbatu di tepi danau Fenske.
“Hanya jika kami bekerja bagus untuknya,” Dean menimpali seraya memerika sekelilingnya. “Tapi, dia tidak segan menghabisi para Hunter yang mengkhianatinya. Dia punya mata di semua tempat. Mata yang mengawasi dan mengikat para Hunter.”
“Benar, terkadang dia bisa sangat mengerikan,” Gabe menyetujui.
“Tapi, ini memang tempat yang bagus,” Dean menyeringai. “Lihat hutannya …”
“Dan cuacanya,” sarkas Gabe, mengingatkan musim dingin yang masih tersisa. Bahkan meskipun salju-salju mulai mencair, tapi cuacanya masih sangat dingin.
Dean menyeringai. “Berburu di dekat International Falls tampaknya menyenangkan,” ucapnya.
“Aku tidak setuju,” sahut Gabe seraya duduk di sofa krem di ruang tengahnya. “Aku lebih suka darahku tetap mengalir normal seperti ini, alih-alih membeku.”
Dean tertawa. “Tidak ada darah yang perlu kukhawatirkan di sana. Dan aku akan bebas berburu.” Dean tampak bersemangat.
“Kau masih harus mencari newborn itu,” Gabe mengingatkan.
Dean mengerang. “Sebaiknya aku segera mencarinya agar aku bisa menikmati liburanku.”
“Setuju,” timpal Gabe seraya mengangkat kakinya di ujung sofa panjang itu dan berbaring di sana.
“Istirahatlah dengan baik sementara aku mengecek kabin kita,” ucap Dean penuh sarkasme. “Ini bahkan belum jam sembilan,” dengusnya seraya berjalan ke dalam untuk melihat ruangan lainnya.
Gabe tak dapat menahan tawanya. “Apa boleh buat, kan? Aku bukan vampir yang tak kenal lelah. Aku hanya manusia lemah yang mudah lelah setelah perjalanan panjang. Aku hanya manusia tak berdaya yang harus mengikuti seorang vampir yang sangat kuat dan …”
“Oh, tutup mulutmu dan tidurlah, Gabe!” sela Dean kesal ketika ia kembali ke ruang tengah untuk memindahkan barang-barang mereka ke kamar.
Gabe tertawa lagi, tapi kemudian dia benar-benar menutup mulutnya, dan matanya, lalu memulai tidur pertamanya di Minnesota.
***
Mata merah itu menyorot dari kegelapan, ia menjilat bibir dengan lidahnya, seketika merasa haus melihat serombongan pemuda di depan sana. Mereka tertawa-tawa sambil mabuk. Mangsa yang menggoda. Namun, ia masih menimbang-nimbang. Haruskah ia membunuh mereka … atau tidak?
Hingga kemudian, jawabannya muncul. Seorang gadis muda tampak berjalan melewati jalan itu dengan langkah cepat. Ketakutan dan kecemasan tampak jelas di wajahnya ketika ia semakin dekat dengan gerombolan pemabuk itu. Gadis itu semakin ketakutan ketika rombongan pemabuk itu mencegat jalannya. Ketika gadis itu berbalik dan hendak kembali ke arah datangnya, dia juga dicegat. Tak ada jalan keluar.
Tawa mereka terdengar menjijikkan ketika dua orang dari mereka memegangi kedua tangan gadis itu dan menyeretnya ke gang gelap di jalan itu.
“Tidak … tolong lepaskan aku …” pinta gadis itu sembari menangis. “Tolong lepaskan aku …”
Pinta memelasnya itu hanya dijawab dengan tawa. Pemilik mata merah itu melesat cepat dan dalam satu kedipan mata, ia tiba di gang gelap itu. Salah seorang dari mereka sudah menjatuhkan gadis itu dan berlutut di depannya. Ia melompat dan mendarat tepat di belakang orang itu, lalu melemparnya keras ke tembok gang.
“Pergilah,” ucapnya pada gadis itu.
Gadis itu buru-buru berdiri dan berlari pergi, tapi salah seorang dari pemabuk itu menahan tangannya.
“Lepaskan aku!” pekik gadis itu.
“Kau tidak akan bisa …”
Pemilik mata merah itu tak membiarkan kalimat itu selesai karena ia sudah menarik pemabuk itu dengan kuat dan menyeretnya semakin dalam ke gang itu. Seketika, rombongan teman-temannya mengikuti.
Sebagai pembuka makan malamnya, ia menggigit leher orang yang dipeganginya itu, lalu menghisap darahnya. Setelah itu, ia menarik lepas tangan dan kaki mangsanya dan menumpuk potongan tubuhnya di depannya. Pemuda lainnya yang melihat itu melotot ngeri dan menjerit ketakutan.
Ketika mereka akan kabur, dengan cepat ia melesat dan menyerang mereka. Ia menghisap darah mereka, lalu menarik lepas tangan dan kaki dari tubuh mereka tanpa kesulitan. Setelah menyelesaikan makan malamnya, ia menatap setumpuk potongan mayat di depannya. Ia mengeluarkan pemantik api dan menyulut api di pakaian mangsanya.
Kobaran api semakin besar, melahap potongan tubuh di depannya. Ia sudah akan pergi dari sana ketika menyadari ada saksi yang melihat itu semua. Ia melompat tinggi dan mendarat di belakang gadis yang sudah gemetar ketakutan itu.
Ia membungkuk ke arah gadis itu dan memberi peringatan tajam, “Jangan katakan apa pun pada orang-orang tentangku atau aku akan membunuh kau dan keluargamu dengan cara yang sama seperti aku membunuh mereka.”
Gadis itu mengangguk dengan tubuh masih gemetar. Ketika gadis itu perlahan menoleh ke belakang, ia melesat pergi dan menghilang dalam kegelapan.
***
If I can’t find you nowI stil have forever toMalam itu, Dean memulai perburuan pertamanya. Berlari cepat melewati hutan di sekitar danau Fenske, melewati Virginia, Duluth, Cloquet, lalu terus ke selatan. Dia akan memulai pencarian dari bagian selatan Minnesota. Dean memulai pencariannya dari Preston. Ia menyisiri perbatasan, terus hingga ke Worthington.Ia sempat mencari tahu di beberapa kedai minum lokal dan mendengar para penduduk juga membicarakan tentang menghilangnya orang-orang secara misterius. Beberapa orang berpikir itu perbuatan beruang yang terlepas dari hutan penangkaran, tapi sejauh ini, tak ada seorang pun yang melihat penampakan beruang itu.Ketika tiba di Winona, Dean berhenti di sebuah kedai minum dan mendengarkan percakapan tiga orang pria yang duduk di seberang ruangan tentang serangan-serangan itu. Minggu lalu ada penyerangan di daerah ini. Tapi, tak ada satu pun yang menyaksikan apa yang terjadi
Look into your eyesMesmerized and prisoned Is it magic?Why is it so unlogic?“Kau bersenang-senang semalam?” Gabe menyambut Dean di pintu depan ketika Dean baru kembali dari jalan-jalannya di hutan pagi itu.“Bersenang-senang, huh?” dengus Dean seraya melewati Gabe. “Newborn itu melakukan hal-hal yang mencurigakan.”“Tapi, kau sudah membunuhnya, kan?” Gabe menyeringai, mengikuti Dean ke dalam.Dean menggeleng. “Aku bahkan tidak bertemu dengannya,” keluhnya.“Lalu, apa yang kau dapatkan semalam?” Gabe mulai tak sabar.“Hanya informasi,” sahut Dean seraya mengempaskan tubuhnya di kursi santai di sisi kabin yang menghadap ke danau Fenske. “Informasi yang cukup berguna, tapi menyesatkan.” Dean mengangkat kakinya ke atas meja di depannya.“
It’s just youSo why can’t I just stopTo think about you?Gabe tampak cemas ketika Dean baru kembali esok paginya.“Apa yang terjadi padamu? Kenapa semalam kau tidak pulang?” rentet Gabe.Dean menggeleng. “Aku bertemu dengannya. Newborn itu, aku bertemu dengannya.”Gabe membelalak kaget. “Lalu, apa yang terjadi? Dia lolos? Tapi, dia … dia tidak melukaimu, kan?” Gabe menatap tubuh Dean dari atas ke bawah dengan cemas.Dean duduk di sofa ruang tengah dan mendesah. “Dia tidak melukaiku. Tapi … aku tidak tahu, kenapa di hadapannya … aku menjadi lemah.” Dean menggeleng bingung. “Maksudku … pengaruhnya padaku, nyaris seperti pengaruh matahari,” keluh Dean.“Tapi, kau baik-baik saja dengan matahari,” ucap Gabe.“Tapi, semalam aku pergi tanpa meminum dar
Under your attackI could do nothingEverytime I got your lookI’m frozenSejak jam delapan malam, Dean sudah menyusuri sepanjang sungai, dan tak sampai dua jam, ia sudah kembali menyusuri arah sebaliknya. Tapi, ia belum juga menemukan keberadaan newborn itu. Ke mana perginya newborn itu?Dean akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan ke kota-kota di sekitar sungai. Di Minneapolis, Dean menggagalkan perampokan lima pria. Mereka beruntung, Dean tidak sedang berminat memberi mereka pelajaran, karena perhatiannya sepenuhnya tersita pada perburuannya.Dari Minneapolis, Dean berjalan hingga ke Bloomington. Sebelum kemudian berlari ke arah hutan hingga ke tepi sungai. Dean berlari kembali ke arah Minneapolis. Ketika ia tiba di Brooklyn Park, salah satu kota di sekitar Minneapolis yang berada tepat di sisi barat sungai Mississippi, Dean menyeberang ke S
Kenapa kita bertemu?Apakah itu sebuah pertanyaan?Karena … adakah alasan untuk takdir bekerja?“Kenapa …” newborn itu kembali bertanya, “kau memburuku?”Dean mendengus pelan. “Kenapa kau membunuh makhluk sejenismu sendiri?” balas Dean.“Karena mereka akan membuat masalah jika aku tidak membunuh mereka,” sahut newborn itu.“Kau juga membuat masalah, tidakkah kau sadar?” dengus Dean. Dan itulah alasan Dean memburunya.“Bukan tanpa alasan,” newborn itu membela diri. “Tapi, kau juga tidak bereaksi seperti vampir lainnya ketika kuserang,” lanjutnya.“Dan bukan tanpa alasan,” Dean memakai kalimat pembelaan newborn itu. Dean tersenyum tipis mendengar dengusan mengejek newborn itu.“Sebelumnya kau tampak selemah vampir lainnya. T
Never knew it would be this longTo see you in front of meDean mendapati tubuhnya terhipnotis ketika mata merah itu menatapnya. Ia tak bisa bergerak, tak bisa bernapas. Newborn itu berjalan ke arahnya, semakin dekat. Lalu, Dean merasakan tangan newborn itu di rambutnya.“Apa rambutmu selalu seberantakan ini?” tanya newborn itu.Dean tak bisa menjawab. Lidahnya kelu, seolah membeku di bawah pengaruh hipnotis newborn itu. Apa yang dilakukannya pada tubuh Dean?Lalu, tangan newborn itu bergerak turun ke leher Dean.“Hentikan,” Dean mendesis.Newborn itu tersenyum miring. “Aku tahu kau menginginkan ini, Hunter. Aku tahu … kau menginginkanku.”Dean mengernyit. Ia masih tak bisa bergerak ketika tangan newborn itu menyusuri lengannya turun, lalu naik lagi dan mendarat di dadanya.“Apa
Never knew it would be this longTo take you by my side“Aku hanya akan menonton, kalau begitu,” ucap Dean seraya berjalan ke tembok dan bersandar di sana.“Jika kau menyerangku saat aku sibuk dengan mereka, aku tidak akan …”“Aku bukan jenis orang yang menyerang dari belakang,” Dean menyela. “Silakan menikmati makan malammu,” lanjutnya seraya mengedikkan kepala ke arah lima orang pria yang berdiri tak lebih dari dua meter di depan newborn itu.Newborn itu mendecih kesal, sebelum kemudian, dengan kecepatan yang menakjubkan, menancapkan taringnya di leher korban pertamanya. Empat pria lainnya tampak terkejut, tapi kemudian, newborn itu kembali menyerang pria lainnya sebelum mereka tersadar dari keterkejutan mereka. Tiga pria lainnya yang tampak ketakutan, berlari ke arah Dean. Tapi, salah seorang dari mereka berhasil ditahan newborn
I know I have to kill youI just can’tYou got me hypnotizedTeriakan histeris Gabe menyambut kedatangan Dean dengan seorang newborn cantik dalam gendongannya.“Sialan, Dean! Kau membawa monster itu kemari?!” amuk Gabe.“Tutup mulutmu, Gabe. Suaramu membuat telingaku sakit,” balas Dean kesal.“Kau masih mengkhawatirkan telingamu padahal kau sedang menggendong monster yang sudah membunuh begitu banyak nyawa dengan kejam?!” raung Gabe.Dean mendengus seraya berjalan melewati Gabe, –yang tanpa diperintah sudah memberi jalan selebar mungkin, menuju kamarnya. Gabe mengikuti di belakang Dean dengan hati-hati. Gabe bersembunyi di balik dinding dan hanya berani memunculkan kepalanya untuk melihat newborn itu.“Dia akan membunuh kita,” gumam Gabe ngeri.“Tidak akan,” sahut Dean enteng.Namun, k