Share

-2- The Newborn

No one can stop me

Not even my self

“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Gabe yang melongok penasaran ke tempat lenyapnya Bryan.

Newborn itu,” sahut Dean seraya membuka sisi kemudi untuk Gabe. Dean lantas memasukkan barang-barang bawaan mereka ke bagasi dengan mudah, sebelum berusaha untuk berjalan normal ke sisi kemudi.

“Aku benci jika kalian saling berbisik seperti itu,” keluh Gabe ketika Dean menyalakan mesin mobil. “Seolah kalian merencanakan kematianku.”

Dean kontan tertawa mendengarnya. “Yah, seperti yang kau tahu, kami tidak perlu berbicara keras untuk didengar satu sama lain. Kau bahkan punya bakat yang lumayan dalam hal mendengarkan, bukan?” Dean mengerdip jail. “Dan, kau juga tahu kan, kami tidak suka darah yang beracun?”

Gabe mendengus kasar sebagai balasannya.

“Seharusnya kau senang karena kami sama sekali tak berminat dengan darahmu,” sengit Dean seraya melajukan mobilnya.

“Aku tidak bodoh, Dean. Kau vampir, dan aku tahu apa makananmu. Terkadang darah dalam botol yang dikirim Robert itu tidak cukup, bukan? Kau ingin memangsa manusia dan aku selalu ada di sana. Kurasa, hanya menunggu waktu sampai kau memangsaku.” Gabe mengatakannya dengan nada santai, setengah geli.

Dean mendengus kesal. Ia selalu kesal jika Gabe menggunakan hal itu sebagai bahan candaan. Gabe tahu kelemahan Dean, dan dia tidak pernah berhenti menggunakannya untuk membuat Dean kesal. “Setidaknya aku bisa memangsa beruang selama berada di sini.”

Yeah, camilan yang setidaknya bisa menghangatkan.” Gabe meregangkan badan di kursinya. “Dan apakah ini mobilmu? Untuk mengganti Impala-mu itu?” Gabe menelusuri bagian depan mobil itu dengan tangannya.

Mobil Chevrolet Impala 1967 Dean dihancurkan oleh Warren ketika ia mengejar Warren di Inggris beberapa waktu lalu. Dan itu benar-benar membuat Dean kesal. Ia lebih suka menggunakan mobil klasik ketika berburu dan Warren menghancurkan mobil klasik kesayangannya itu.

Dean tersenyum lebar. “Akan segera menjadi mobilku, begitu aku berhasil menghancurkan newborn ini,” seringainya.

“Kupikir kau bisa mendapatkan mobil canggih lainnya,” komentar Gabe.

“Aku sudah punya cukup banyak mobil-mobil seperti itu. Tapi, untuk yang satu ini …” Dean mengusap setir mobil itu dengan senyum lebar.

“Kau hanya ingin mengoleksi mobil-mobil itu seperti mainan,” dengus Gabe.

“Kecuali untuk chevy-ku, dan juga ini,” sahut Dean.

Yeah, aku bisa melihatnya.” Gabe memutar mata muak, sementara Dean mempercepat laju mobilnya.

***

“Robert benar-benar memanjakan para pemburunya,” gumam Gabe begitu mereka masuk ke kabin mereka di atas bukit berbatu di tepi danau Fenske.

“Hanya jika kami bekerja bagus untuknya,” Dean menimpali seraya memerika sekelilingnya. “Tapi, dia tidak segan menghabisi para Hunter yang mengkhianatinya. Dia punya mata di semua tempat. Mata yang mengawasi dan mengikat para Hunter.”

“Benar, terkadang dia bisa sangat mengerikan,” Gabe menyetujui.

“Tapi, ini memang tempat yang bagus,” Dean menyeringai. “Lihat hutannya …”

“Dan cuacanya,” sarkas Gabe, mengingatkan musim dingin yang masih tersisa. Bahkan meskipun salju-salju mulai mencair, tapi cuacanya masih sangat dingin.

Dean menyeringai. “Berburu di dekat International Falls tampaknya menyenangkan,” ucapnya.

“Aku tidak setuju,” sahut Gabe seraya duduk di sofa krem di ruang tengahnya. “Aku lebih suka darahku tetap mengalir normal seperti ini, alih-alih membeku.”

Dean tertawa. “Tidak ada darah yang perlu kukhawatirkan di sana. Dan aku akan bebas berburu.” Dean tampak bersemangat.

“Kau masih harus mencari newborn itu,” Gabe mengingatkan.

Dean mengerang. “Sebaiknya aku segera mencarinya agar aku bisa menikmati liburanku.”

“Setuju,” timpal Gabe seraya mengangkat kakinya di ujung sofa panjang itu dan berbaring di sana.

“Istirahatlah dengan baik sementara aku mengecek kabin kita,” ucap Dean penuh sarkasme. “Ini bahkan belum jam sembilan,” dengusnya seraya berjalan ke dalam untuk melihat ruangan lainnya.

Gabe tak dapat menahan tawanya. “Apa boleh buat, kan? Aku bukan vampir yang tak kenal lelah. Aku hanya manusia lemah yang mudah lelah setelah perjalanan panjang. Aku hanya manusia tak berdaya yang harus mengikuti seorang vampir yang sangat kuat dan …”

“Oh, tutup mulutmu dan tidurlah, Gabe!” sela Dean kesal ketika ia kembali ke ruang tengah untuk memindahkan barang-barang mereka ke kamar.

Gabe tertawa lagi, tapi kemudian dia benar-benar menutup mulutnya, dan matanya, lalu memulai tidur pertamanya di Minnesota.

***

Mata merah itu menyorot dari kegelapan, ia menjilat bibir dengan lidahnya, seketika merasa haus melihat serombongan pemuda di depan sana. Mereka tertawa-tawa sambil mabuk. Mangsa yang menggoda. Namun, ia masih menimbang-nimbang. Haruskah ia membunuh mereka … atau tidak?

Hingga kemudian, jawabannya muncul. Seorang gadis muda tampak berjalan melewati jalan itu dengan langkah cepat. Ketakutan dan kecemasan tampak jelas di wajahnya ketika ia semakin dekat dengan gerombolan pemabuk itu. Gadis itu semakin ketakutan ketika rombongan pemabuk itu mencegat jalannya. Ketika gadis itu berbalik dan hendak kembali ke arah datangnya, dia juga dicegat. Tak ada jalan keluar.

Tawa mereka terdengar menjijikkan ketika dua orang dari mereka memegangi kedua tangan gadis itu dan menyeretnya ke gang gelap di jalan itu.

“Tidak … tolong lepaskan aku …” pinta gadis itu sembari menangis. “Tolong lepaskan aku …”

Pinta memelasnya itu hanya dijawab dengan tawa.  Pemilik mata merah itu melesat cepat dan dalam satu kedipan mata, ia tiba di gang gelap itu. Salah seorang dari mereka sudah menjatuhkan gadis itu dan berlutut di depannya. Ia melompat dan mendarat tepat di belakang orang itu, lalu melemparnya keras ke tembok gang.

“Pergilah,” ucapnya pada gadis itu.

Gadis itu buru-buru berdiri dan berlari pergi, tapi salah seorang dari pemabuk itu menahan tangannya.

“Lepaskan aku!” pekik gadis itu.

“Kau tidak akan bisa …”

Pemilik mata merah itu tak membiarkan kalimat itu selesai karena ia sudah menarik pemabuk itu dengan kuat dan menyeretnya semakin dalam ke gang itu. Seketika, rombongan teman-temannya mengikuti.

Sebagai pembuka makan malamnya, ia menggigit leher orang yang dipeganginya itu, lalu menghisap darahnya. Setelah itu, ia menarik lepas tangan dan kaki mangsanya dan menumpuk potongan tubuhnya di depannya. Pemuda lainnya yang melihat itu melotot ngeri dan menjerit ketakutan.

Ketika mereka akan kabur, dengan cepat ia melesat dan menyerang mereka. Ia menghisap darah mereka, lalu menarik lepas tangan dan kaki dari tubuh mereka tanpa kesulitan. Setelah menyelesaikan makan malamnya, ia menatap setumpuk potongan mayat di depannya. Ia mengeluarkan pemantik api dan menyulut api di pakaian mangsanya.

Kobaran api semakin besar, melahap potongan tubuh di depannya. Ia sudah akan pergi dari sana ketika menyadari ada saksi yang melihat itu semua. Ia melompat tinggi dan mendarat di belakang gadis yang sudah gemetar ketakutan itu.

Ia membungkuk ke arah gadis itu dan memberi peringatan tajam, “Jangan katakan apa pun pada orang-orang tentangku atau aku akan membunuh kau dan keluargamu dengan cara yang sama seperti aku membunuh mereka.”

Gadis itu mengangguk dengan tubuh masih gemetar. Ketika gadis itu perlahan menoleh ke belakang, ia melesat pergi dan menghilang dalam kegelapan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status