Share

-10- Prisoner

I know I have to kill you

I just can’t

You got me hypnotized

Teriakan histeris Gabe menyambut kedatangan Dean dengan seorang newborn cantik dalam gendongannya.

“Sialan, Dean! Kau membawa monster itu kemari?!” amuk Gabe.

“Tutup mulutmu, Gabe. Suaramu membuat telingaku sakit,” balas Dean kesal.

“Kau masih mengkhawatirkan telingamu padahal kau sedang menggendong monster yang sudah membunuh begitu banyak nyawa dengan kejam?!” raung Gabe.

Dean mendengus seraya berjalan melewati Gabe, –yang tanpa diperintah sudah memberi jalan selebar mungkin, menuju kamarnya. Gabe mengikuti di belakang Dean dengan hati-hati. Gabe bersembunyi di balik dinding dan hanya berani memunculkan kepalanya untuk melihat newborn itu.

“Dia akan membunuh kita,” gumam Gabe ngeri.

“Tidak akan,” sahut Dean enteng.

Namun, ketika Gabe menatap mata merah newborn itu, newborn itu menggeram marah ke arahnya, membuat Gabe menjerit seraya berlari ke ruang tengah.

“Kau sudah gila, Dean!” seru Gabe ketakutan. “Kau benar-benar sudah gila!”

“Berhenti berteriak dan ambilkan aku rantai satu lagi. Juga, aku butuh dua gembok untuk mengunci rantai-rantai itu,” katanya ketika ia menyusul Gabe ke ruang tengah. Ia mengeluarkan senjata dari balik bajunya. “Dan isi pistol ini,” tambahnya.

Gabe menatap senjata yang diletakkan Dean di atas meja itu dengan ngeri. “Bagaimana bisa kau menghabiskan pelurunya tanpa membunuhnya?”

Dean mendesah lelah seraya mengempaskan tubuh di sofa. “Aku tidak menggunakan pelurunya untuk menyerang newborn itu,” jawabnya. “Rantainya, cepat,” burunya. “Atau dia akan melepaskan diri dan memangsamu, mencabik-cabik tubuhmu dan …”

“Iya, iya, aku dalam perjalanan!” seru Gabe kesal seraya pergi ke kamarnya. “Sebaiknya kau ke kamarmu dan awasi newborn-mu itu. Dia bisa …”

“Dia tidak akan bisa melepaskan diri dari rantai itu dengan mudah,” sela Dean. “Sebenarnya aku tidak membutuhkan gembok itu, tapi aku harus meyakinkan newborn itu bahwa dia tidak akan punya kesempatan untuk kabur.”

Raungan marah dari kamar Dean membuat Gabe berlari keluar dari kamarnya dengan barang-barang yang diminta Dean.

“Aku masih tidak mengerti, kenapa kau tidak membunuhnya?” Gabe menatap Dean kesal.

Dean tidak menjawab dan hanya mengambil rantai dan gembok yang diletakkan Gabe di meja.

“Apa kau menyukainya, Dean?” tuduh Gabe.

Tangan Dean terhenti di udara, lalu tatapannya naik ke wajah Gabe.

“Kau yang bilang sendiri padaku, tatapannya menghipnotismu. Dan … aku sudah melihatnya sendiri. Meskipun dia monster yang mengerikan, tapi dia cantik. Dan kau … kau … menyukainya …” Gabe menatap Dean dengan ngeri.

“Dia mendengarmu,” tanggap Dean santai. “Dan aku tidak akan menahannya jika dia ingin memangsamu.” Dean lantas berdiri, sementara Gabe tampak panik.

“Maaf, maaf … aku tidak bermaksud mengejekmu, menyinggungmu, atau apa pun itu … aku hanya bercanda …” Gabe tertawa kering. “Aku hanya bercanda, Dean. Selera humormu payah sekali belakangan ini, karena itu aku …”

“Bersiaplah mencatat semua informasi dari newborn ini,” Dean menyela. “Kita akan menginterogasinya begitu matahari terbit.”

“Eh? Ki … kita?” Gabe menunjuk Dean, lalu dirinya sendiri.

Yeah, kita. Atau aku tidak akan membantumu jika dia …”

“Oke, oke. Baiklah, aku akan melakukan apa pun yang kau minta, Dean. Aku akan melakukannya,” Gabe mengalah.

Akhirnya, Gabe memutuskan untuk menyerah melawan Dean. Saat ini, Dean tidak sedang dalam kondisi akal yang sehat. Jadi untuk sementara, Gabe akan mengalah. Setidaknya sampai akal sehat Dean kembali berfungsi.

 Sementara Gabe masih mengomel pelan karena kegilaan Dean, objek kekesalan Gabe itu sedang duduk di sebelah newborn cantiknya, memasang gembok di rantai yang mengikat tangannya. Lalu, dia juga membelenggu kaki newborn itu dengan rantai, membuat newborn itu menggeram marah.

“Kau …” Newborn itu menatap Dean dengan tatapan membunuh. Dean yakin, jika rantai itu lepas, newborn itu pasti akan langsung mencabik-cabik tubuh Dean tanpa ampun. Tapi sayangnya, saat ini ia terbelenggu rantai-rantai ini, dan tak ada yang bisa dia lakukan.

Dean menggembok rantai yang mengikat kaki newborn itu, sebelum kemudian menatap newborn itu dengan tatapan puas oleh kemenangan. Dean mengambil jarak di antara mereka untuk mengamati penampilan newborn itu. Kali ini dia mengenakan jaket kulit hitam yang tidak dikancingkan di atas tank top warna putihnya, sementara kakinya saat ini mengenakan sneakers yang sama dengan kemarin. Dugaan Dean, newborn ini mencuri dari toko pakaian, atau rumah penduduk. Tapi, apa pun yang dia kenakan, dia selalu tampak cantik.

“Apa kau benar-benar menyukaiku?” tembak newborn itu telak.

Dilempari pertanyaan seperti itu dengan blak-blakan, Dean gelagapan. Apalagi ia baru saja mengawasi penampilan newborn itu terang-terangan. “Apa maksudmu? Apa aku gila?” sahutnya ketus.

“Tadi itu … manusia itu … dia mengatakan bahwa kau …”

“Apa kau tidak dengar bahwa dia hanya bercanda tadi? Dia hanya ingin menggodaku dan membuatku kesal,” sela Dean kasar.

“Aku tidak tahu kenapa kau membiarkan manusia itu hidup di dekatmu. Tapi, begitu rantai ini terlepas dari tubuhku, aku akan menghisap darahnya hingga habis,” ancam newborn itu.

“Dean, aku mendengarnya!” seru Gabe panik dari ruang tengah.

“Dia hanya bercanda, Gabe!” balas Dean seraya menatap newborn itu tajam. “Kau tidak akan menyentuhnya, Newborn. Aku akan membunuhmu sebelum kau sempat menyentuh dia.”

“Kau melindungi manusia itu?” Mata newborn itu menyipit.

“Kau juga tidak membunuh semua manusia yang kau temui, kan?” balas Dean.

“Itu berbeda,” ketus newborn itu. “Situasinya berbeda. Jika dilihat dari caranya berteriak padamu, kurasa dia sudah bertahan cukup lama di sampingmu, tanpa kau hisap habis darahnya.”

“Dean, aku masih mendengarnya!” Gabe terdengar semakin kesal.

Dean memutar mata kesal. Jika Gabe benar-benar takut tentang itu, seharusnya dia berhenti membuat Dean kesal dengan ocehan-ocehannya tentang Dean yang akan memangsanya. “Kau tahu aku tidak suka darah beracun, Gabe!” balas Dean frustrasi. “Dan kau!” Dean menatap newborn itu dengan kesal. “Jangan mencoba memanfaatkan dia untuk membebaskanmu. Dia tahu kau akan langsung membunuhnya begitu kau bebas. Jadi, tidak ada harapan bagimu untuk mendapat pertolongan darinya. Bagaimanapun, dia itu cukup pengecut, jadi …”

“Sialan, Dean! Aku mendengarmu!” Gabe mengamuk.

“Maaf, Gabe! Tidak sengaja!” balas Dean, tapi kemudian, ia tak dapat menahan senyum gelinya. Telinga Gabe terlalu sensitif untuk ukuran manusia biasa. Mungkin dia akan menjadi vampir yang tangguh jika …

“Apa kau menginginkanku?” Suara menggoda newborn itu membuat Dean waspada.

Newborn cantiknya itu beringsut mendekat ke arahnya, tatapannya turun ke bibir Dean. Dean seketika teringat mimpinya tadi. Bibir itu … di lehernya ….

Dean mengerjap cepat, berusaha mengendalikan dirinya dari pengaruh newborn itu. Akhirnya, Dean berhasil berdehem, membuat tatapan newborn itu kembali ke mata Dean, dan kali ini ia memberengut kesal. Dean tak dapat menahan senyumnya.

Newborn cantikku,” ucap Dean, “kau terlalu muda untuk menjadi seorang perayu.”

Newborn itu mendesis galak seraya melemparkan diri menjauh dari Dean. Dean harus menahan tawanya melihat kekesalan newborn itu. Berapa usianya? Setengah abad pun belum dicapainya dan dia sudah berani merayu Dean?

 “Bersiaplah menghadapi matahari pertamamu di kabinku yang nyaman ini,” kata Dean seraya turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke pintu kamar.

Dean sempat mendengar raungan marah newborn itu sebelum dia menutup pintu kamar. Dean langsung mengempaskan tubuh di sofa begitu tiba di ruang tengah.

“Dean,” panggil Gabe hati-hati.

“Hm?” sahut Dean malas-malasan.

“Kurasa kau harus keluar dan mencari wanita,” usul Gabe.

Dean mendengus. “Dan kenapa aku harus melakukan itu?”

 “Karena … kau tidak pernah dekat dengan wanita sejak aku menjadi asistenmu. Dan kau bilang … kau juga tidak pernah um … mencari wanita, sebelum kau bertemu denganku. Jadi kurasa …”

“Aku tidak terlalu membutuhkan mereka sejak aku lebih membutuhkan darah untuk hidup, Gabe,” sela Dean.

“Yah, tapi kau … tampan … dan … kuat … dan …”

“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?” Dean mulai tak sabar.

Gabe meringis. “Kau … bagaimana jika kau tergoda oleh newborn itu, lalu kau … melepaskannya?”

Dean menatap Gabe tajam. “Aku tidak separah itu, Gabe.”

“Tapi, kau menginginkannya,” sangkal Gabe. “Kau menyukainya …”

“Aku tidak menginginkannya!” bentak Dean kasar.

“Dean, newborn itu sangat cantik dan …”

“Bukan berarti dia bisa merayuku,” sengit Dean. “Lagipula, dia masih sangat muda. Tebakanku, umur manusianya bahkan belum sampai seperempat abad.”

Gabe mendesah berat. “Setidaknya kau jujur tentang satu hal; dia memiliki kecantikan yang menghipnotis,” ucapnya sarkatis.

Kali ini, Dean bahkan tidak membantah.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status