Share

-9- The Capture

Never knew it would be this long

To take you by my side

“Aku hanya akan menonton, kalau begitu,” ucap Dean seraya berjalan ke tembok dan bersandar di sana.

“Jika kau menyerangku saat aku sibuk dengan mereka, aku tidak akan …”

“Aku bukan jenis orang yang menyerang dari belakang,” Dean menyela. “Silakan menikmati makan malammu,” lanjutnya seraya mengedikkan kepala ke arah lima orang pria yang berdiri tak lebih dari dua meter di depan newborn itu.

Newborn itu mendecih kesal, sebelum kemudian, dengan kecepatan yang menakjubkan, menancapkan taringnya di leher korban pertamanya. Empat pria lainnya tampak terkejut, tapi kemudian, newborn itu kembali menyerang pria lainnya sebelum mereka tersadar dari keterkejutan mereka. Tiga pria lainnya yang tampak ketakutan, berlari ke arah Dean. Tapi, salah seorang dari mereka berhasil ditahan newborn itu untuk dijadikan korban ketiganya. Ketika cahaya lampu jalan utama menyorot wajah dua pria yang tersisa, Dean baru mengenali mereka. Mereka adalah perampok yang kemarin dibebaskan Dean.

“Tolong …” Kedua pria itu menatap Dean dengan penuh permohonan.

“Aku sudah memberi kalian kesempatan untuk hidup, tapi kalian menyiakan-nyiakannya dengan sempurna,” dengus Dean.

Kedua pria itu berteriak ketakutan ketika newborn itu menarik mereka berdua ke gang gelap itu dan menghabisi keduanya setelah menghisap darah mereka. Newborn itu lantas melemparkan dua korban terakhirnya ke tumpukan korbannya yang lain. Dan Dean baru menyadari satu hal penting;

“Kau tidak membunuh mereka?” Dean berdiri tegak, bersiap bertempur.

Newborn itu menyeringai. “Bukankah sudah kubilang, aku sudah bosan. Dan aku ingin bermain-main,” katanya ringan.

Dean terhenyak mendengar kata-kata newborn itu. Dia mengingatkan Dean pada seseorang. Seseorang yang haus akan darah dan pertempuran. Sama seperti newborn ini, pertempuran baginya hanyalah permainan untuk mengusir bosan.

Ketika kelima pria tadi mulai bangun sebagai newborn, Dean mengambil pistolnya. Newborn itu, seperti sebelumnya, tampak tak kesulitan sama sekali ketika memisahkan tubuh dan kepala dua newborn ciptaannya. Ketika tiga newborn lain menerjang ke arahnya, Dean melepaskan tembakan ke salah satu newborn itu, menarik perhatian dua newborn lainnya, dan newborn cantik itu.

Begitu peluru dari pistol Dean menembus tubuh newborn yang malang itu, newborn itu langsung terjatuh, lalu dia berteriak kesakitan ketika muncul cahaya dari dalam tubuhnya, cahaya yang membakarnya dari dalam, menghanguskannya. Sinar matahari mungkin melumpuhkan dan sedikit menyiksa beberapa newborn. Tapi, jika sinar matahari berada di dalam tubuh mereka, bahkan vampir seperti Dean pun akan terluka parah, atau dalam kebanyakan kasus, hangus terbakar hingga menjadi abu.

Newborn cantiknya menatap Dean dengan terkejut. Dua newborn ciptaannya yang lain berniat melarikan diri, tapi Dean lawan yang cukup tangguh, dengan kecepatan di atas rata-rata vampir lainnya, sehingga bukan hal sulit baginya untuk mendaratkan masing-masing peluru ke tubuh dua newborn malang itu, membuat tubuh mereka hangus dari dalam.

 “Jangan coba-coba,” ancam Dean seraya mengarahkan senjatanya ke newborn cantiknya. Dean cukup puas melihat kepanikan yang berusaha disembunyikan newborn cantiknya itu.

Oh, sekarang dia menjadi newborn cantik-nya. Bagus. Dean semakin yakin bahwa dirinya mulai kehilangan akal sehat.

Dengan gerakan cepat, Dean menembakkan empat peluru lainnya untuk menghanguskan dua tubuh dan dua kepala milik newborn-newborn yang menjadi korban kebrutalan newborn cantiknya tadi.

“Sudah kubilang, jangan mengujiku,” kata Dean lagi seraya mengarahkan senjatanya kembali ke newborn buruan utamanya.

Newborn itu tampak geram. Dan tampaknya dia tidak akan menyerah. Dia bergerak cepat ke samping, membuat Dean harus mundur untuk menjaga jarak mereka tetap sejauh ini, atau Dean akan dibuatnya membeku lagi.

Dean sudah hendak menarik pelatuknya, ketika menyadari satu hal penting dari senjatanya; pelurunya habis. Ia sudah menghabiskan total tujuh peluru, bukan? Dean mengumpat dalam hati. Ah, tapi newborn itu tidak tahu.

Dean terus berjalan mundur ketika newborn itu semakin mendekat. Dean memasukkan tangan kirinya ke saku jaket, menggenggam rantainya. Langkah Dean terhenti ketika newborn itu menghilang.

“Sial,” umpat Dean kasar seraya mengarahkan senjatanya ke atas, tapi terlambat, newborn itu sudah mendarat di depannya, merebut senjatanya dengan mudah, dan kini tersenyum padanya.

Napas Dean tertahan ketika newborn itu maju semakin dekat, sementara ia mengarahkan pistolnya ke leher Dean.

“Kau benar-benar berniat membunuhku, bukan begitu, Hunter?” kata newborn itu. “Tapi sekarang, tampaknya aku yang harus membunuhmu.”

Dean sama sekali tak khawatir dengan pistol yang sudah kosong itu. Yang ia khawatirkan, jika newborn itu mengoyak leher Dean dan menarik lepas kepala Dean dari tubuhnya, mengingat dia pasti sudah sangat ingin membunuh Dean karena usaha Dean untuk menyerangnya tadi. Dean berpikir cepat. Dia bisa mengalahkan pengaruh sinar matahari pada tubuhnya. Itu berarti, dia juga pasti bisa melawan kekuatan newborn ini.

Dean memusatkan kekuatan ke tangan kirinya. Tapi, ini sulit. Dean menahan erangan frustrasinya. Ia berusaha untuk terus menatap mata newborn itu. Sial, matanya yang mengerikan itu bahkan tampak cantik di mata Dean. Mata itu … entah bagaimana, tampak pas dengan wajah cantiknya, rambutnya …

“Sebenarnya aku masih ingin bermain-main denganmu,” newborn itu berbicara. “Tapi, tampaknya kau sudah bosan denganku,” lanjutnya.

Tidak, Dean mengelak dalam hati. Aku bahkan tak sabar untuk bertemu denganmu. Aku bahkan menunggumu!

“Kau nyaris membunuhku, jadi kurasa, sekarang aku harus membunuhmu, bukan?” sesal dalam suara newborn itu memberi Dean sedikit kesenangan.

Oh, hentikan sikap bodohmu ini, Dean menegur dirinya sendiri.

“Aku juga masih ingin bermain-main denganmu, Cantik,” Dean berbicara, tanpa sadar mengucapkan kata terakhir yang tak direncanakannya itu.

Sorot membunuh di mata newborn itu menyadarkan Dean bahwa dia baru saja mengatakan hal yang salah. Yah, bukan salahnya jika dia memanggil newborn itu seperti itu. Mata newborn itu yang menghipnotisnya. Kenapa sekarang newborn itu marah karena …

“Apa yang …?” Newborn itu tampak bingung ketika pistol itu tak membunuh Dean setelah ia menarik pelatuknya. Ketika newborn itu menarik pistol itu untuk memeriksanya, fokusnya teralihkan. Meskipun belum sepenuhnya bisa bergerak bebas, tapi Dean bisa menggerakkan tangannya. Memanfaatkan kesempatan itu, Dean menarik keluar rantainya, lalu melingkarkannya di pergelangan tangan newborn itu dengan gerakan cepat, membuat newborn itu terkesiap kaget.

“Kau …” Newborn itu terbelalak kaget ketika merasakan tenaganya melemah. Bahkan, kini pegangannya pada pistol itu terlepas. Dean berhasil menangkap pistol itu sebelum jatuh ke tanah.

Sekarang, setelah kekuatan newborn itu tersegel sementara, Dean bisa kembali bergerak bebas. Ia menyelipkan senjatanya ke balik baju, lalu menarik newborn itu mendekat padanya, dan baru menyadari bahwa ia sedari tadi masih menahan napasnya. Hanya saja, bahkan setelah kekuatan newborn itu tersegel, entah kenapa, Dean masih kesulitan bernapas.

Menyerah dalam usahanya untuk bernapas, Dean mengikat rantai itu lebih kuat, sebelum kemudian mengangkat tubuh newborn itu dengan mudah, menggendongnya di depan tubuhnya. Dean benar-benar bersyukur karena dia tidak butuh bernapas untuk tetap hidup. Dan detik berikutnya, Dean berlari menembus jalanan, menuju ke sungai.

Dean hanya tersenyum menanggapi umpatan marah newborn cantiknya itu, “Sialan kau, Hunter!”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status