Pagi menyingsing. Udara dingin dan sinar mentari, menerjang masuk ke kamar, membuat dua insan yang tengah bergumul di bawah selimut mau tak mau harus membuka mata.
Crystal adalah yang pertama.Tubuh Crystal menegang hebat setelah menyadari apa yang terjadi padanya. Wajahnya pucat pasi setelah memastikan wajah siapa yang telah menemani tidurnya semalam.Sekali lagi dirinya menatap wajah pria yang saat ini ada di sebelahnya. Wajah itu adalah wajah yang selalu muncul di berita televisi dan surat kabar. Bukan, bukan seorang artis. Tapi ketenarannya hampir menyamai artis nasional.'Tidak, ini tidak benar!' Batin Crystal berteriak.Tiba-tiba, pria itu berdehem membuat Crystal terlonjak ke belakang dan buru-buru menjauh turun dari ranjang mencari sesuatu. Tepat saat ia akan mengambil pakaian, suara berat nan parau menggetarkan hatinya."Anda sudah bangun Nona Crystal?"Crystal berbalik dan mendapati seorang pria gagah nan berotot itu tersenyum cantik di atas bantal empuk bekas tidurnya. Crystal semakin dibuat ngeri saat pria itu mengendus bantal itu dan berkata, "Benar. Aroma tubuh Nona Crystal memang yang terbaik.""A-apa yang barusan anda katakan!? Kenapa kita ada di kamar yang sama?" tanya Crystal buru-buru dengan nada yang belepotan.Pria setengah telanjang itu tidak langsung menanggapi dan hanya duduk bersila sambil terus memeluk bantal bekas tidur Crystal. "Apa ya? Yah ... mungkin semacam one night stand?"'Ahh ... ahh ... lagi, yah~ itu nikmattt!'Crystal bergidik ngeri setelah mendapatkan kembali ingatan semalam. Antara sadar dan tidak, ia mau tak mau harus menyadarinya. Ia memang terhanyut dalam permainan panas dan penuh gairah pria itu."Anda menjebak saya, ya?" Tatapan Crystal menajam."He~ ...." Edward mengulum senyum. "Yah ... memang benar saya yang memulai. Tapi, bukankah anda juga menerima punya saya dengan senang hati? Jadi, kita—""Kau memanfaatkanku, Bastard!!!" pekik Crystal akhirnya. "Teganya kau ... memanfaatkan situasi dan kondisiku yang sedang down. Dasar pengecut!"Suasana pun sedikit memanas. Edward tidak juga membalas ucapan Crystal dan hal itu membuat kecanggungan di antara mereka makin besar."Yah ... kalau boleh jujur. Ini memang disengaja." Edward menatap kosong dengan wajah kaku."Jadi ini ... benar-benar jebakan?" Crystal terkesiap. "Jebakan yang anda siapkan sejak awal?""Apa anda kecewa?" Edward kembali mengulum senyum menatap tubuh telanjang berbalut selimut di depannya tanpa rasa bersalah. "Kalo tidak begini, anda mana mungkin mau menerima saya sebagai suami anda.""S-suami? Suami apanya!? S-sebenarnya, sejak kapan? Di mana letak salahnya? Aku ... sebenarnya apa masalahku denganmu!?" Crystal berteriak menggila."Masalah? Tentu saja. Masalahnya adalah karna anda menarik perhatian saya." Edward beranjak dari ranjang memungut kemeja dan memakainya."Kau benar-benar ... tidak bisa kumengerti!!!" Crystal kehabisan kata-kata. Pikirannya seketika kosong."Yah ... karna sudah begini, mari kita perjelas hubungan kita di depan publik dengan pernikahan. Kata-kata seperti ini, tidak sulit dimengerti, bukan? Nyonya Crystal Herson?""Apa?" Crystal semakin frustrasi tak mengerti apa yang terjadi. 'Sebenarnya sedang di situasi apa aku sekarang.'"Ah ... bukan, saat ini anda adalah tunangan saya. Tunangan Edward Charleston.""Kau tidak bisa memutuskan sesuka hati. Tuan Charleston! Kau—""Aku bisa." Edward menarik pinggang Crystal hingga menabrak dadanya yang polos belum sempat terkancing kemeja. "Kali ini, aku bisa memilikimu. Aku jamin itu. Jadi, bersiaplah untuk menjadi istri yang baik di depanku."Kata-kata terakhir itu membungkam seluruh kuasa Crystal untuk bicara. Terdiam membeku. Rasanya seperti telah tenggelam terlalu dalam dan tak bisa kembali lagi.Andai semua yang terjadi malam itu adalah mimpi, Crystal akan menjadi wanita paling bahagia karna bisa bermimpi menghabiskan malam panas dan penuh gairah bersama seorang pria ganas yang ia yakini adalah mantan suaminya.Namun, ternyata itu adalah malam petaka.Terbangun di dalam rengkuhan lengan besar dan berotot, dirinya seketika menyadari bahwa yang semalam bersamanya adalah pria asing tak dikenal. Ia pun kembali menyadari fakta mengerikan yang terus menghantuinya selama ini. Ya, ia seperti disadarkan bahwa suaminya sudah pergi.Lalu, siapa pria yang telah menghabiskan malam dengannya?Dia adalah Edward Charleston.Dan Crystal sangat tahu siapa pria itu.Pria berbahaya.Pria yang selalu keluar masuk berita negara sebagai bos kejam yang kebal hukum dan aturan negara.Dialah pria yang paling tidak ingin Crystal temui sampai kapan pun.Seorang wanita duduk di kursi empuk menghadap jendela dengan gaun tidur super ketat dan kain tipis bertali yang hanya menutupi sebagian kecil dada wanita itu. Udara malam yang mulai dingin membuatnya menarik kain selimut tebal menutupi tubuhnya.Langit malam gelap dihiasi bintang bertaburan lalu ditambah bulan purnama yang bulat sempurna biasanya adalah pemandangan yang siapa pun pasti akan mengatakan indah. Namun, sepertinya tidak bagi wanita itu."Ini adalah pertama kalinya ... aku membenci malam bulan purnama." Wanita itu meneguk bir langsung dari botol lalu membantingnya setelah dirasa tidak ada isinya lagi. "Ahh~ ... mereka benar-benar menikah."Tiba-tiba, datang panggilan dari seseorang. Sebuah nomor tak dikenal memenuhi layar ponsel wanita itu lalu mati dan tak lama pesan baru, masuk.[Christine, kau dimana? Aku ingin bertemu. - Adam.]Kemudian, muncul lagi satu pesan dari nomor yang sama. Melihat itu, Crystal mendengus lalu tertawa kecil. 'Benar, ku gunak
Pernikahan berakhir dengan manis dan lancar tanpa halangan. Para tamu yang kebanyakan dari pihak keluarga pun tidak terlalu banyak drama dan hanya fokus menyalami mempelai pengantin.Christine pun demikian. Sebagai pihak yang paling tidak ingin keduanya bahagia itu ternyata tidak hadir ke acara pernikahan mereka entah apa alasannya. Namun, Crystal tidak mempedulikan itu dan memilih fokus pada apa yang ada di depannya saat ini.Pesta berlangsung hingga malam. Edward tiba-tiba mendapat telepon dari seseorang. Ia pun pergi dari panggung meninggalkan Crystal yang hanya bisa menghela nafasnya, pelan.'Huh! Bukankah ini curang namanya. Dia memintaku harus profesional menjalankan peran, tapi dia sendiri tidak bisa bersikap baik padaku yang merupakan istri bisnisnya.' Batin Crystal sebal.Sampai acara makan-makan dengan keluarga selesai, Edward tidak kunjung kembali. Crystal pun terpaksa harus menyusul Edward ke tempat yang mungkin dikunjungi pria itu karna pihak keluarga Ch
Pendeta, Crystal, dan Ditrian menatap Edward dengan wajah tegang dan kaku. Tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini. Tanpa diperintah, Ditrian segera mundur ke belakang dan pergi dari altar. Sebelum pergi, ia berkata pada Edward. "A-akhirnya anda datang, Tuan Muda ...." Suara Ditrian bergetar.Edward melepaskan topi yang menutupi kepalanya dan membuangnya asal. Lalu naik ke altar dan berkata pada pendeta. "Ulangi!""Apa!?" Pendeta itu terpaku."Kubilang, ulangi upacaranya. Aku adalah suami asli wanita ini. Cepat!" Edward menatap sengit pendeta itu. Edward segera menarik cincin yang terpasang di jari manis Crystal lalu membantingnya dengan keras ke depan para hadirin.Lagi-lagi semua orang terperanjat. Crystal sendiri sudah tak tahu lagi bagaimana ekspresi wajahnya sekarang. Edward benar-benar sangat berani dan tindakannya sudah di luar batas nalar."B-baiklah! Tuan Charleston!" Pendeta pun hanya bisa menghela nafasnya.Upacara berlangsung dengan suas
Di sebuah ruangan penuh dengan bercak darah dan barang-barang rusak yang berserakan di sana sini. Buku, berkas-berkas yang sepertinya penting, lalu yang paling menonjol adalah dua orang yang tengah bergulat dengan permainan pertahanan fisik yang pada akhirnya di menangkan oleh salah satu dari mereka yang menundukkan pihak musuh dengan pistol.Suasana mencekam terasa lebih menggila saat pria itu menyeringai tajam."Kau tak mau mengaku?" Edward berdiri di atas tubuh seseorang dan menodongkan pistol tepat di dahi orang itu."K-kau! A-anak buah ... Snake-B! Bagaimana kau bisa ada di sini?!" jerit seorang pria yang terlentang di tanah dengan tubuh bersimbah darah."Ayolah! Aku sudah enam hari di sini. Aku harus pulang dan menikah!" desis Edward mengeluh lelah.Terdengar suara tawa dari belakang. Edward pun menoleh dan seketika menatap sinis seorang pria yang duduk dengan santai menikmati rokok di tangannya."Pulanglah! Aku akan mengurus sisanya," ucap pria itu ber
Di atas pesawat, dengan tangan kanan memegang kukis dan tangan kiri memegang bungkus plastik, Edward tak berhenti tersenyum menatap ke depan. "Lihat, kan? Berbisnis dengan wanita ini sangat memuaskan. Dan kalian masih bertanya kenapa aku segila itu mengejarnya?" gumamnya dalam.Kukis habis. Edward melipat bungkus plastik itu se-rapi mungkin dan memasukkannya ke kantong jaketnya. 'Sial, semakin dipikir semakin aku ingin membawanya.'Sementara itu, di kediaman utama Charleston."Saya sedikit mendapat informasi tentang Nona Crystal. Dari yang saya dengar dari kesaksian para pelayan dan pegawai di kediaman tuan muda, Nona memiliki kepribadian yang sangat baik dan ramah. Pagi ini pun ada insiden di mana nona memaafkan sikap tuan yang meninggalkan beliau tanpa pamit. Bahkan Nona memberi kukis buatannya untuk tuan muda."Mendengar itu, Sandrina kembali memijit kepala dan menghela napas berat. "Sudah kuduga, akan sulit bila lawannya adalah Crystal. Putri Delon yang satu ini memang terancang s
"Lapor, Tuan! Penjagaan ketat Nona sudah dimulai. Lalu, saya baru saja mendapat kabar dari rekan saya. Dia bertemu pria asing yang memperhatikan Nona dari atas pohon saat Nona jalan-jalan pagi di taman. Kami sedang dalam proses pengejaran." Ditrian melapor pada Edward yang sedang sibuk memakai dasi.'Sudah dimulai ternyata. Sial, aku sedikit lengah.' Batin Edward kesal."Di mana wanita itu sekarang?" Edward menoleh menatap tajam Ditrian.Ditrian cukup terkejut dengan tatapan itu. Ia pun menjawab dengan cepat, "Nona sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah."'Dia sedang sibuk dengan acara pernikahan. Bagus, tetaplah tenang seperti itu, Crystal.' Edward sedikit lega mendengarnya."Ah, saya lupa bilang. Tadi pagi, saya mendapat pesan dari Nyonya Marry."Edward mengeryit. "Ada apa?""Nona Crystal ingin makan siang bersama anda." Ditrian agak ragu mengatakannya. Pasalnya, apakah waktunya cukup karna Edward harus segera meninggalkan Miami dan terbang ke California beberapa saat lagi.E