Share

MARI KITA BERDAMAI

888 mengejar Hyun Jae yang berjalan pergi meninggalkannya. Dia berusaha menghentikan langkah gadis berusia  13 tahun itu. 

"Hei, gadis kecil! Tunggu dulu, kau ini pemarah sekali!" ujar 888 sambil menarik tali tas yang dibawa Hyun Jae hingga mau tak mau dia menghentikan langkahnya. 

"Paman ini mau membuatku jatuh ya? Apa salahnya jika menghentikanku dengan menarik tanganku," omel Hyun Jae. 

    888 langsung menatap penuh rasa bersalah, membuat Hyun Jae mencebikkan bibirnya kesal.

"Aku tidak mau menyentuhmu karena aku bisa melihat semuanya. Termasuk bisa melihat bagaimana dirimu di kehidupanmu sebelumnya." 

"Memangnya kenapa jika kau bisa melihat semua itu? Apa itu salah?" 

    888 menggaruk pucuk hidungnya yang tidak gatal. "Sebenarnya tidak masalah, tapi aku tidak mau. Nanti kau bertanya bagaimana kehidupanmu sebelumnya,hal itu tidak boleh aku katakan." 

"Dasar pelit! Ah, aku kan sedang sebal padamu, kenapa malah bicara padamu. Aku kesal padamu, sana menjauh saja dariku!" 

"Apa alasanmu marah padaku, coba kau sebutkan!" 

    Hyun Jae membalikkan tubuhnya, ia melotot marah pada 888. "Paman bisa menolong bocah cilik itu! Apa susahnya menghampiri anak itu dan membawa pada ibunya. Atau,kau beritahu sang ibu jika anaknya dalam bahaya. Toh, kau juga dalam wujud manusia biasa, bukan malaikat maut 888 yang sedang menjalankan tugas!" seru Hyun Jae. Beberapa orang yang melintas tampak memperhatikan mereka. 888 langsung menghampiri dan menutup mulut Hyun Jae dengan tangannya. Lalu ia membungkuk pada orang-orang yang memperhatikan mereka berdua. 

"Hahaha ... Maaf, namaku Kim Young Joo, ini Hyun Jae keponakanku. Dia sedang menghapalkan naskah drama untuk pentas di sekolahnya," ujar 888 sambil tersenyum. 

    Orang- orang yang tadinya sempat berhenti dan menonton mereka pun meneruskan langkah mereka kembali. Hyun Jae dengan kesal menepiskan tangan 888. Sejenak, 888 terdiam. Kali ini ia melihat Hyun Jae dalam pakaian seorang abdi istana, ia sedang melayani seorang jenderal perang. Sayang, 888 belum sempat melihat wajah jenderal itu, Hyun Jae keburu menepis tangannya. 

    Menyadari Hyun Jae kembali meninggalkannya 888 langsung berlari menyusul gadis itu.

"Kyaa, Hyun Jae! Jangan merajuk seperti anak kecil," ujar 888. 

"Aku memang masih kecil, kau lupa usiaku baru 13 paman, Young Joo,"  jawab Hyun Jae sambil terus berjalan tak peduli pada 888. Entah mengapa melihat gadis kecil ini merajuk membuat hati 888 teriris sakit. Apakah mereka memiliki hubungan di masa lalu? 888 tidak mengerti.

    Hyun Jae tidak mempedulikan 888 yang masih berjalan di sampingnya. Namun, pada akhirnya ia berhenti dan menoleh pada 888.

"Paman akan terus mengikuti aku sampai ke rumah?" tanyanya. 

"Boleh,kan? Aku ingin tau apa saja yang kau kerjakan setiap hari." 

"Apa hari ini paman tidak memiliki pekerjaan?"

"Tidak, itulah sebabnya hari ini aku bisa bersantai menikmati waktu." 

    Hyun Jae mengerucutkan bibirnya sambil mengembuskan napasnya dengan kasar .

"Ibu dan Bibi Eun bekerja sampai sore, jadi, di siang hari aku sendirian. Kalau Paman tidak bosan menemaniku ya silakan saja."

"Aku tidak akan bosan, percayalah."

"Terserah paman saja,menyebalkan!" gerutu Hyun Jae sambil meneruskan langkahnya.

    Sekolah Hyun Jae hanya beberapa blok dari rumahnya, sehingga ia bisa berjalan kaki setiap pergi dan pulang sekolah. Sesampainya di rumah, Hyun langsung membuka pintu dengan kunci yang ia miliki. 

"Paman mau duduk di teras atau masuk ke dalam? Aku tidak tau apakah malaikat maut seperti paman makan atau tidak. Tapi, aku akan menyiapkan makan siangku. Ibu sudah memasak nasi dan menyiapkan masakan. Aku hanya tinggal menghangatkan lauknya saja."

"Memang ibumu memasak apa?" 

"Ibu memasak sup kimchi. Tapi, aku akan menambahkan telur gulung. Ada apa? Memangnya paman bisa makan?" 

    888 melangkah masuk, "Kau ganti pakaian dan tunjukkan di mana dapurnya. Aku akan membuatkan telur gulung yang enak untukmu," ujar 888. Hyun Jae langsung mengangkat kedua alis matanya dan mengerutkan dahinya. 

"Paman memasak? Yakin bisa ?" 

"Kau ini hanya meledekku saja, sudah ayo tunjukkan di mana dapurmu," tukas 888. 

    Mau tak mau akhirnya Hyun Jae menunjukkan di mana dapurnya. Kemudian ia pun segera menuju ke kamarnya untuk menukar seragam sekolahnya. Saat ia keluar 888 nampak sedang menyiapkan bahan-bahan membuat telur gulung. Hyun Jae hanya diam mengamat apa yang dilakukan oleh 888. Setelah semua selesai , 888 menaruh telur gulung buatannya di meja makan.

"Waah,aromanya sih enak,Paman mau makan juga?" Hyun Jae menawari. 888 menggeleng, "Kau saja." 

  

    Hyun Jae mengendikkan bahunya dan ia pun mulai makan. Ternyata rasa telur gulung buatan 888 sangat enak sehingga Hyun Jae langsung tersenyum ceria.

"Kenapa senyum- senyum?" tanya 888.

"Telur buatan Paman sangat enak, terima kasih. Jangan- jangan Paman dulu adalah seorang ahli memasak,rasa masakannya enak sekali," komentar Hyun Jae. 

    888 tersenyum miris. "Entahlah, aku juga tidak tau. Aku tidak bisa mengingat bagaimana kehidupanku yang sebelumnya. Ketika aku mati, raja langit menghapuskan semua ingatanku."

Hyun Jae menatap 888 dengan iba. "Paman, apa aku di masa lalu yang paman lihat seorang putri kerajaan?" tanya Hyun Jae tiba- tiba. 888 menatap Hyun Jae kaget. 

"Bagaimana kau bisa menduga seperti itu?" 

"Entahlah, aku sering bermimpi menjadi seorang putri kerajaan. Bisa saja,kan aku di kehidupan sebelumnya adalah putri kerajaan."

    888 tersenyum, "Ya, mungkin hanya sekedar bunga tidur saja. Apakah kau selalu sendiri seperti ini?" 

"Ya,Ibu dan Bibi Eun bekerja sampai sore hari. Sejak kalian datang ke rumah Bibi Eun, Ibu memintanya untuk tinggal di sini saja bersama kami. Sementara rumah Bibi sudah ia jual untuk membayar hutangnya. Ibu dan Bibi Eun sudah seperti saudara,sejak kecil mereka selalu bersama, itulah sebabnya aku tidak rela jika ia meninggal karena bunuh diri seperti yang aku lihat," ujar Hyun Jae.

"Bagaimana kau tau bibimu itu akan meninggal karena bunuh diri?"

"Jika aku menyentuh paman saat bertugas, maka aku akan melihat bagaimana jiwa yang paman jemput menemui kematian. Sama seperti ayahku dulu, aku sudah memintanya supaya tidak berangkat kerja hari itu. Tetapi, ayah tidak mempercayai kata-kataku dan pada akhirnya ayah meninggal dalam kecelakaan itu," tukas Hyun Jae.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status