Alana.Kucoba kembali menghubungi nomor Darwin setelah sampai di rumah, tak kupedulikan lagi kondisi perutku yang masih keroncongan minta diisi.[Abang sibuk? Kok beberapa hari nggak ada videocall? Nggak kangen sama kami?]Centang dua abu-abu, tandanya pesanku terkirim namun ia belum membacanya. Kutunggu selama hampir 30 menit, pesanku belum juga terbaca olehnya. Ada rasa kesal dan marah menguasai hatiku. Aku yakin Darwin tak tau jika aku sudah mengetahui tentang kepulangannya dari Jepang. Tadi aku sempat mewanti-wanti Harry dan teman-temannya agar tak bercerita apapun pada Darwin tentang pertemuan tak sengajaku dengan mereka di Mall tadi. Suara tangisan Baby Gandhi membuat lamunanku buyar, aku segera meraih tubuh mungil bayiku itu dan menyusuinya.Hingga sore hari, Darwin belum jua membalas pesanku. Hingga akhirnya aku memberanikan diri menelponnya. Ia mengangkat teleponnya setelah dua kali aku mengulanginya.[Iya, Sayang .... Ada apa?] tanyanya seolah sedang terburu-buru.[Abang ngg
Darwin.Aku begitu frustasi dengan keadaan ini. Kepulanganku dari Jepang yang sengaja kusembunyikan dari Alana untuk memberi kejutan manis padanya justru membuatku harus berbohong pada wanita itu. Bagimana tidak, aku justru harus terbang ke Surabaya sesaat setelah mendarat di Bandara Soekarno Hatta dari Bandara Haneda, Tokyo. Telepon dari Pak Leon, ayah Inge saat aku baru saja mendarat membuatku harus buru-buru mencari tiket penerbangan secepatnya ke Surabaya.“Darwin, bisa ke Surabaya secepatnya? Inge ... Inge dalam kondisi kritis, Jessy histeris melihat Mamanya dan aku tak bisa mengatasinya. Baru kali ini Jessy melihat langsung kondisi Mamanya yang kritis, jadi kelihatannya ia sangat syok.”Suara Pak Leon yang bergetar diselingi dengan isak tangisnya saat aku menjawab teleponnya. Lalu aku langsung terbang ke Surabaya saat itu juga. Inge kritis? Jessy histeris? Pak Leon dengan suaranya yang bergetar? Bisa kubayangkan bagaimana suasana di sana. Kuputuskan untuk tidak memberitahu ini p
Darwin.“Alana sedang berada di tempat yang aman. Renungkan apa kesalahanmu. Sebenarnya aku sudah mulai percaya padamu meskipun di awal hubungan kalian aku sangat marah atas perbuatanmu pada adikku. Namun ternyata kamu menunjukkan keseriusanmu pada Alana dan bayinya, terutama menepati janjimu pada keluarga kami. Kami hanya tak mau Alana kembali jatuh dalam masalah yang sama, jatuh ke dalam lubang yang sama, maka untuk sementara biarkan Alana pergi darimu.”Ucapan Mas Sofyan di telepon saat aku menanyakan tentang keberadaan Alana membuatku mengambil kesimpulan bahwa Alana sudah mengetahui tentang kepulanganku dari Jepang. Hal itu menjadi semakin jelas ketika aku menyempatkan diri datang ke kantor untuk memberi instruksi tentang beberapa pekerjaan pada bawahanku. Harry dan sahabat-sahabatku lainnya bercerita bahwa mereka bertemu dengan Alana di sebuah Mall beberapa hari yang lalu. Sialnya lagi, ternyata Mr. Akira menginformasikan pada Alana jika aku langsung terbang ke Surabaya waktu it
Acara syukuran rumah baru Mas Sofyan berjalan dengan meriah. Mas Sofyan benar-benar membangun rumahnya di Bali bukan hanya sekedar untuk tempat tinggalnya bersama Teh Niar dan Kevin, tapi juga untuk tempat keluarga kami melepas lelah. Mas Sofyan bahkan sudah menyiapkan masing-masing satu kamar khusus bagiku, juga ayah dan ibuku. Hal itu membuat kami semua merasa sangat kerasan berada di rumah Mas Sofyan yang berkonsep villa.Namun meski tengah berada di tengah-tengah keluargaku, aku tetap merasa ada yang hilang. Ada sudut hatiku yang kosong. Beberapa hari lalu aku menelpon Rita dan ia mengatakan bahwa Darwin langsung pergi saat tau aku dan bayiku tak ada di rumah. Ke mana dia? Apa ia sedang mencariku? Atau justru ia lebih memilih kembali ke Surabaya?Didorong oleh rasa penasaran, aku mengaktifkan ponselku. Beberapa pesan bertubi-tubi masuk ketika ponselku aktif.[Kamu di mana, Sayang?][Maaf jika aku membuatmu meragukanku. Aku akan menjelaskan semua padamu nanti.][Tetaplah di sana, j
Alana.“Di mana bayi kita, Al? Boleh aku melihatnya?” tanya Darwin setelah beberapa saat yang lalu ia menjelaskan tentang semua yang telah dialaminya selama beberapa hari ini sepulangnya dari Jepang.Lelaki itu menjelaskan dan meminta maaf padaku, juga pada Ayahku dan Mas Sofyan tentang ketidakjujurannya mengenai kepulangannya waktu itu.“Saya benar-benar minta maaf. Awalnya saya hanya berniat memberi kejutan pada Alana. Namun saya sama sekali tak menyangka jika akan terjadi seperti ini. Saya mengaku bersalah, saya tak menyadari bahwa Alana memiliki trauma dengan kebohongan pasangannya yang dulu pernah dialaminya selama bertahun-tahun. Saya salah, saya mengaku mencintai Alana, tapi ternyata saya belum memahaminya seutuhnya. Maafkan saya! Saya akan berusaha lebih menyelami dan memahami apa kemauan Alana,” ucap lelaki itu di hadapan Ayahku dan Mas Sofyan.“Ayah paham, Nak. Hubungan kalian belum berusia setahun, mungkin masih banyak yang kerikil-kerikil tajam yang akan kalian hadapi sete
Dear Mbak Alana,Saat Mbak membaca diary ini, aku pasti sudah tak lagi berada di dunia ini. Ya, aku memang sengaja meninggalkan buku ini untuk Mbak baca disaat aku sudah tak ada lagi.Mbak Alana, sebenarnya aku masih ingin hidup lebih lama lagi, tapi takdir dari Yang Kuasa memberiku jatah hidup di dunia hanya sampai di sini. Satu hal yang paling kusyukuri adalah, Mas Darwin sudah menemukanmu sebelum aku pergi.Darwin Rahardian, ayah Jessy, ia adalah lelaki yang begitu sempurna. Aku beruntung pernah menjadi bagian dari hari-harinya, bahkan bisa memiliki seorang putri yang cantik darinya. Lelaki itu tak pernah melupakanmu, Mbak Al. Selama hidup serumah dengannya, hampir tiap malam pria itu menggumamkan namamu dalam tidurnya. Ia selalu menyebut namamu di alam bawah sadarnya. Itu membuatku hidup dalam rasa penasaran selama bertahun-tahun, ingin sekali mengenal siapa sebenarnya “Alana”, nama yang mengisi semua mimpi-mimpi indah Mas Darwin selama ini.Lalu Allah berbaik hati padaku dan memb
Darwin.Aku bisa bernafas lega karena ternyata Alana dan keluarganya bisa kembali menerimaku dengan sangat baik setelah aku meminta maaf atas kesalahanku kemarin. Bahkan bukan hanya padaku, keluarga Alana pun menyambut putriku Jessy dengan sangat baik. Aku sangat terenyuh ketika melihat bagaimana Ibunda Alana memeluk Jessy dan menghibur gadis kecil yang masih dalam suasana bersedih karena kepergian mamanya itu. Terima kasih ya Allah, dibalik cerita kesedihan dalam kehidupannya, Engkau telah mengirimkan orang-orang di sekeliling Jessy yang mampu menyayanginya dengan tulus.Aku semakin terenyuh ketika mendengar kalimat Alana saat wanita itu memeluk tubuh Jessy.“Mama menyayangimu, Putriku.”Begitu kalimat Alana yang berhasil menyentuh perasaanku yang paling dalam. Aku benar-benar terharu mendengarnya lalu memeluk mereka berdua sebelum Baby Gandhi menangis hingga aku harus mengurai pelaukanku pada Alana dan Jessy.Lalu aku menatap wanita cantik yang baru saja menangis karena membaca isi
“Lagu ini saya persembahkan untuk kekasih hati saya yang sedang duduk di sana. Lewat lagu ini juga saya berniat akan melamarnya malam ini. Lagu ini untukmu, Alana Larasati ....”Tepukan tangan riuh dan pandangan mata yang semua tertuju padaku membuatku salah tingkah, sementara di panggung sana Darwin sudah berdiri memegang microfon di tengah-tengah band pengiring. Lalu melantunlah lagu “Janji Suci” yang dinyanyikan oleh lelaki itu dengan suaranya yang cukup menyenangkan untuk didengar.Dengarkanlah wanita pujaankuMalam ini akan kusampaikanHasrat suci kepadamu dewikuDengarkanlah kesungguhan iniAku ingin mempersuntingmuTuk yang pertama dan terakhirJangan kau tolak dan buatku hancurKu tak akan mengulang tuk memintaSatu keyakinan hatiku iniAkulah yang terbaik untukmuBelum hilang keterkejutanku akibat ulahnya, ketika tiba-tiba saja lelaki itu sudah berada di hadapanku kemudian menarik tanganku dan menggandengnya menuju panggung sambil terus melantunkan lagu “Janji Suci”. Meskipun