Share

60~NDS [FIN]

Auteur: Kanietha
last update Dernière mise à jour: 2025-05-06 21:26:00
“Ompaaa!” Cairo berlari cepat setelah merampas ponsel Milan yang berdering. Ia masuk ke dalam rumah dan mendapati Sastra sedang berada di ruang keluarga bersama Anggi dan Aksa.

Mereka memang berencana untuk makan malam di luar, untuk merayakan hari ulang tahun Melody yang kelima. Jadi, semua sudah siap dengan pakaian rapi, tinggal menunggu Nada dan Melody yang masih bersiap di kamar.

Sementara itu, Adrian dan Arini sedang menunggu di rumah mereka. Hanya tinggal menanti kabar dari Sastra, lalu mereka akan berangkat bersama menuju restoran.

“Pacarnya Kak Milan telpon!” lapor Cairo segera menyerahkan ponsel Milan pada Sastra.

“CAIRO!” Wajah Milan sudah memerah. Tidak bisa mengejar sang adik yang sejak kecil memang memiliki hobi berlari secepat kilat. “KAMU AW—”

“Rama?” Sastra menatap datar pada Milan, saat ponsel di tangannya berhenti berdering. “Sudah berapa kali Om bilang, sekolah dulu yang benar. Nggak usah pacar-pacaran.”

“Aku nggak pacaran,” bantah Milan sembari bersungut. Menatap ta
Kanietha

Untuk bab 58 yang isinya belum berubah, coba clear cache dulu, kalau di-refresh belum bisa. Andai belum berubah juga, dihapus dulu dari pustaka dan nanti di masukin lagi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan juga karena telah merepotkan .... Next ada DEAR SECRETARY yang baru terbit tepat di hari ini. Sila mampir, Mba beb, siapa tahu cucok di hati. Kisseess ....

| 85
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (32)
goodnovel comment avatar
diol
oh ramanya raga yang ama lintang ya
goodnovel comment avatar
Tati S
terimakasih thoor aku tunggu kisah nando sagara nya mana
goodnovel comment avatar
WiwikK
Terimakasih atas cerita yang selalu bikin penasaran,di tunggu karya karya selanjutnya mb beib...kises
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Nada di Hati Sastra   60~NDS [FIN]

    “Ompaaa!” Cairo berlari cepat setelah merampas ponsel Milan yang berdering. Ia masuk ke dalam rumah dan mendapati Sastra sedang berada di ruang keluarga bersama Anggi dan Aksa.Mereka memang berencana untuk makan malam di luar, untuk merayakan hari ulang tahun Melody yang kelima. Jadi, semua sudah siap dengan pakaian rapi, tinggal menunggu Nada dan Melody yang masih bersiap di kamar.Sementara itu, Adrian dan Arini sedang menunggu di rumah mereka. Hanya tinggal menanti kabar dari Sastra, lalu mereka akan berangkat bersama menuju restoran.“Pacarnya Kak Milan telpon!” lapor Cairo segera menyerahkan ponsel Milan pada Sastra.“CAIRO!” Wajah Milan sudah memerah. Tidak bisa mengejar sang adik yang sejak kecil memang memiliki hobi berlari secepat kilat. “KAMU AW—”“Rama?” Sastra menatap datar pada Milan, saat ponsel di tangannya berhenti berdering. “Sudah berapa kali Om bilang, sekolah dulu yang benar. Nggak usah pacar-pacaran.”“Aku nggak pacaran,” bantah Milan sembari bersungut. Menatap ta

  • Nada di Hati Sastra   59~NDS

    “Selamat datang kembali.” Nada melangkah tanpa keraguan. Mengulurkan kedua tangan lalu memeluk Rizal yang baru melewati gerbang Lembaga Pemasyarakatan.Bertahun-tahun mendekam di hotel prodeo, membuat waktu seakan berhenti bagi Rizal. Namun, di pelukan Nada, ia merasakan kehangatan yang begitu nyata. Kehangatan yang pernah ia kira telah hilang selamanya karena kesalahannya.“Terima kasih.” Rizal membalas pelukan Nada dengan erat. Ia sampai harus mengedipkan matanya berkali-kali, berusaha menahan air mata yang nyaris tumpah. “Harusnya, kalian berdua nggak perlu datang ke sini,” ujarnya setelah pelukan tersebut terurai.“Nggak mungkin aku biarin Papa sendirian,” ujar Nada memberi kesempatan Sastra untuk menyalami Rizal. Tidak ada pelukan, karena hubungan keduanya memang sangat kaku dan berjarak.Rizal memang sudah memberi restunya pada Sastra. Namun, setiap kali melihat pria itu, ingatannya langsung tertuju pada perceraiannya dengan Anggi.“Selamat, Pak,” ucap Sastra formal dan tidak bis

  • Nada di Hati Sastra   58~NDS

    Kehamilan kedua Nada nyaris tanpa drama. Hanya sensitivitas penciumannya kerap membuat Sastra kewalahan. Setiap kali Nada mengeluh bahwa aroma tubuhnya mengganggu, Sastra hanya bisa menghela napas dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Jika tidak, maka Nada tidak memberi izin untuk dekat-dekat. Istrinya beralasan, perutnya mual dan akan muntah jika Sastra tidak segera mandi.Masalah ngidam pun tidak terlalu merepotkan. Semua bisa didapat di tempat yang terjangkau, sama seperti Sastra dahulu kala.Dengan kata lain, semua aman. Sastra tenang dan Nada pun merasa aman-aman saja dengan kehamilannya.Kuliah Nada juga berjalan lancar, meskipun kemungkinan besar ia tidak akan lulus tepat waktu seperti yang sudah direncanakan. Namun, itu bukanlah masalah besar. Yang terpenting, bayi di dalam kandungannya sehat dan tumbuh seperti yang diharapkan.“Huufff ...” Nada menghela panjang saat melihat ruang keluarga penuh dengan mainan Aksa yang berserakan. Tidak hanya milik Aksa, teta

  • Nada di Hati Sastra   57~NDS

    “Aksa jangan lari-lari, Ak ...”Sastra menahan napas ketika putranya tiba-tiba jatuh, terjerembab dengan dagu yang terbentur lantai. Sejenak, keheningan menyelimuti ruangan sebelum akhirnya suara tangis Aksa pecah, membuat jantung Sastra mencelos. Tingkah putranya benar-benar mengingatkan Sastra akan Cairo.“Sudah Papa bilang jang—”“Jatuh lagi?” Nada menarik napas panjang. Buru-buru menghampiri putranya yang baru digendong oleh Sastra, di teras rumah. “Pasti lari-lari lagi, kan?”“Mamaaa ...”Kendati Nada mengomel, tetapi Aksa tetap mencondongkan tubuh pada sang mama. Meminta ada di gendongan Nada daripada Sastra.“Sakit, kan?” tanya Nada saat Aksa sudah berada di gendongannya.Aksa mengangguk. Merebahkan tubuh di bahu Nada dan masih meneruskan tangisnya.“Dagunya sakit itu,” ucap Sastra sambil mengusap sisi wajah putranya. “Habis ini lari-lari lagi, oke? Terusin aja.”Bukannya mereda, tangis Aksa malah semakin menjadi. Bocah itu memeluk Nada lebih erat, menyembunyikan wajah di ceruk

  • Nada di Hati Sastra   56~NDS

    “Ingat apa pesan Om tadi?” tanya Sastra menoleh ke belakang. Melihat bergantian pada Milan dan Cairo, yang mengapit carseat yang diduduki oleh Aksa. “Kalau sampai ada yang lari-lari, Om nggak akan lagi ajak kalian ke kampus kak Nada.”Dua bocah itu mengangguk secara bersamaan. Tidak berani membantah, karena peringatan yang dilontarkan Sastra.“Ayo keluar,” ajak Sastra. “Tapi pelan-pelan dan JA-NGAN LA-RI.”“Iyaaa,” jawab Milan dengan malas. Bosan mendengar Sastra berpesan hal yang sama.Sastra hanya bisa menggeleng pelan sambil membuka pintu mobil. Setelah mengambil stroller dari bagasi, ia beralih ke car seat, mengangkat Aksa dengan hati-hati, lalu meletakkannya di stroller. Tangannya sigap memastikan sabuk pengaman terpasang dengan benar sebelum akhirnya berdiri tegak."Kak Nadanya mana?" tanya Milan yang berdiri di sampingnya dengan mata berbinar penuh antusias."10 menitan lagi baru pulang, jadi kita tunggu di kantin," jawab Sastra. Ia merasa seperti seorang ayah beranak tiga di t

  • Nada di Hati Sastra   55~NDS

    “Yang penting, jangan sampai berhenti kuliah,” pesan Rizal tegas. Ia masih berharap putrinya bisa meraih gelar sarjana. Bahkan jika memungkinkan, Nada bisa meniti karir. Menjalani masa-masa yang belum sempat dinikmati dan menggapai cita-cita.Untuk sementara, tidak masalah jika Nada harus mengambil cuti karena masih ada bayi yang membutuhkan perhatiannya sepenuhnya. Namun, setelah itu, Rizal berharap putrinya bisa kembali melanjutkan kuliah dan meraih impiannya. Ia ingin Nada tetap memiliki masa depan yang cerah, tanpa harus mengesampingkan perannya sebagai ibu.Perihal Aksa, Rizal yakin Anggi tidak akan keberatan membantu menjaga cucunya. Lagipula, keluarga Wiguna sangat berkecukupan, jadi, menyediakan seorang baby sitter untuk Aksa tentu bukan hal yang sulit.“Iya, Pa,” jawab Nada yang kembali datang menjenguk Rizal. Namun, ia tidak membawa Aksa, karena papanya yang melarang untuk membawa bayi tersebut ke penjara.Untuk sementara, Rizal cukup melihat cucunya melewati lembaran foto-f

  • Nada di Hati Sastra   54~NDS

    Milan cekikikan sendiri, tangannya terus mengusap perut Nada yang selalu saja bergerak tiap kali ia sentuh. Rasanya sungguh aneh dan membuatnya selalu penasaran. Bahkan, tidak jarang ia menempelkan sisi wajahnya di perut Nada, karena ingin merasakan tendangan langsung pada pipinya."Lucu! Dia gerak lagi!" seru Milan, matanya berbinar penuh antusias. “Dia sudah nggak betah di dalam, minta keluar.”“Keluarnya gimana?” celetuk Cairo membuat semua orang dewasa yang ada di sana terdiam. Sibuk mencari jawaban yang tepat, sehingga rasa penasaran bocah tersebut terpenuhi.Nada dan Sastra saling pandang, menahan tawa sekaligus bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan polos itu. Sementara Milan justru tampak lebih percaya diri, seolah sudah tahu jawabannya."Ya lewat perutlah!" jawab Milan yakin. "Nanti dokter yang buka perutnya, trus dedeknya keluar!"Cairo mengernyit, seolah belum puas dengan jawaban tersebut. "Bukanya gimana?"Sastra mengusap wajah, berusaha menahan tawa. Istrinya memang

  • Nada di Hati Sastra   53~NDS

    Rizal tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya ketika mendengar putrinya kini tengah berbadan dua. Ia bahkan langsung beranjak dari tempat duduk, lalu memeluk Nada dengan erat.“Gimana? Kamu mual, muntah?” cecar Rizal setelah melepas pelukannya. “Sudah ngidam apa aja?”Nada terkekeh melihat antusiasme papanya. Sesungguhnya, Rizal adalah seorang figur ayah yang baik. Semenjak kecil, papanya selalu melimpahkan banyak kasih sayang dan perhatian padanya. Tidak ada yang kurang dalam hidup Nada, setidaknya hingga ia tahu bahwa kasih sayang itu ternyata terbagi dengan keluarga lain.Nada menarik napas, berusaha menyingkirkan perasaan rumit yang mendadak muncul di dalam dada. "Belum ada ngidam apa-apa," jawabnya dengan senyum kecil. "Cuma Mas Sastra yang mual, muntah, sama pusing.”“Ohh ...” Tatapan Rizal seketika berubah datar pada Sastra.Hingga detik ini, Rizal masih sulit menerima kenyataan bahwa putrinya menikah dengan pria yang jauh lebih tua. Bukan hanya karena usia, tetapi juga karena

  • Nada di Hati Sastra   52~NDS

    Hilang sudah kecemasan di wajah Arini dan Adrian mengenai kondisi putra mereka. Tadinya, mereka sangat khawatir karena Sastra terus-menerus mual dan muntah tanpa henti. Bahkan, obat yang diresepkan dokter pun tidak mampu meredakan keluhannya.Namun, siapa sangka? Semua gejala yang dialami Sastra ternyata bukan penyakit serius, melainkan efek dari kehamilan Nada.Alih-alih bersimpati, Arini dan Adrian justru meledek putranya.“Sekarang tahu, kan, gimana rasanya Mama dulu waktu hamil kamu,” ujar Arini memberi cebikan pada putranya. “Mual, muntah, pusing. Pokoknya nggak enak badan.”“Kamu masih mending, Sas,” timpal Adrian tidak mau kalah. “Mamamu dulu sampe masuk rumah sakit, infus. Bedrest dua minggu nggak bisa ngapa-ngapain waktu hamil kamu.”Wajah lesu Sastra hanya tertekuk saat mendengar ucapan kedua orang tuanya. “Mama hamil dua kali, kenapa cuma aku yang—”“Waktu hamil mbakmu, Mama justru nggak pernah ada keluhan,” putus Arini sengaja ingin memojokkan Sastra. “Sama seperti Nada sek

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status