Share

6. Tuan Jack

Anthony menatap calang Zeta, ia meraih dagu perempuan itu dengan kasar dan meleparnya.

"Tidak ada seorang pun yang akan meno..."

Belum juga Anthony menyelesaikan ucapannya, pintu berhasil dibuka dengan sekali tendangan. 

Anthony terbelalak melihat pria bertubuh kekar dengan balutan jas yang berhasil mendobrak pintu yang tadinya sudah ia kunci agar tak ada yang mengganggunya ketika menikmati Zeta. Sial!

Anthony terdiam dengan mata memandangi pria tersebut dengan heran. Siapa dia? Anthony tak habis pikir ada pria macam ini di sekitar apartemen Zeta yang kecil dan sunyi.

Bug...

Pria itu melayangkan sebuah pukulan yang tepat mengenai wajah Anthony. 

Pria itu menatap datar Zeta, memastikan kalau ia tak salah sasaran. Ia lalu beralih ke laki-laki yang mengangkat tangannya, siap untuk memberikan sebuah pukulan.

Tapi, Anthony tak sebanding dengan pria yang ada di depannya itu. Dari perawakannya saja Anthony sudah kalah jauh, apalagi dengan tenaga dan kelincahannya. Anthony kalah telak.

Pria itu melempar tubuh Anthony, menghantam dinding cukup keras. Anthony sampai tak sadarkan diri dengan wajah lebam dan darah segar yang terus mengucur dari sisi mulutnya.

"Cepat kemasi barang Anda, Nona. Tempat ini sudah tak aman." Pria itu menatap Zeta dingin, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain di saat sadar kalau tubuh Zeta sekarang hanya dilapisi pakaian dalam. 

Zeta tak langsung bergegas dan mengikuti perkataan pria tersebut, bahkan kulitnya yang terekspos tak ia hiraukan lagi. Ia lebih mementingkan untuk tahu siapa pria tampan yang menolongnya. Ia merasa kalau pria tampan itu adalah jelmaan dari sesosok malaikat yang diutus Tuhan menjadi penolongnya.

"Terima kasih." Tak sadar satu kata itu lepas dari bibir ranum Zeta.

"Jangan berterima kasih pada saya, Nona. Berterima kasihlah kepada orang yang mengutus saya. Maka, cepat kemasi barang Anda sebelum laki-laki itu sadar kembali. Saya tunggu di luar." Aiden melangkah pelan dengan badan tegapnya yang ia giring menuju ke luar apartemen Zeta.

"Terima kasih, " gumam Zeta masih mematung.

Zeta melempar pandangannya ke Anthony yang masih terkapar tak sadarkan diri di lantai. Ia segera beranjak untuk memungut pakaiannya dan mengenakannya kembali. Ia lalu berlari ke kamar untuk mengemasi pakaian dan barang yang ia anggap penting.

Zeta awalnya tak bisa percaya begitu saja dengan pria yang menunggunya di luar. Tapi, akan lebih merugikannya jika ia tetap bersikukuh bertahan di apartemen ini. Betul kata si pria tadi, kalau tempat ini sudah tak aman. Anthony bisa kapan saja ke tempat ini dan bisa saja melakukan hal yang lebih parah dari yang telah Zeta alami ini.

Zeta mengendap-endap dari kamar dengan sebuah koper besar di genggamannya. Ia melewati Anthony yang tak kunjung siuman, melirik dan mempercepat langkahnya kemudian.

"Siapa yang menyuruhmu ke sini? Jika kau tak memberitahuku, aku nggak akan percaya dan nggak mau ikut denganmu." Zeta menatap Aiden begitu kritis.

"Tuan Jack, Nona, " jawab Aiden singkat, jelas, padat dan langsung menohok Zeta.

Siapa lagi Tuan Jack? Tanya Zeta di dalam hati pada dirinya sendiri.

"Namamu siapa?" tanya Zeta lagi yang kini ia peruntukkan untuk mengetahui siapa pria tampan di depannya itu.

Pandangan Zeta nyaris lumpuh oleh ketampanan pria ini. Wajah yang rupawan, rahang tegas, tubuh kekar, tinggi di atas rata-rata, dan dilengkapi kemampuan bela diri yang mumpuni. Sempurna, penilaian Zeta terhadap pria ini.

"Aiden. Saya adalah pengawal pribadi Tuan Jack. Dan Tuan Jack menyuruh saya untuk menjemput Nona." Aiden menunduk singkat dengan wajah yang tetap datar. Tak ada sebuah senyuman sedikit pun di sana.

"Memangnya Tuan Jack mengenalku?" Zeta semakin tak paham ke arah mana pembicaraan Aiden ini. Ia sama sekali tak mengenal Tuan Jack atau apalah itu. Dia juga tak merasa pantas diperlakukan hormat seperti yang sekarang Aiden lakukan padanya. Aiden sekali lagi menunduk dengan sangat sopan, seakan memang sudah terbiasa melakukannya.

"Iya, Nona." Aiden menghela napas. "Maka izinkan saya mengantarkan Nona kepada Tuan Jack."

"Dia mengenalku sejak kapan? Memangnya kami sudah pernah bertemu sebelumnya? Dan, apakah Tuan Jack baik?" Zeta menghujani Aiden dengan banyak pertanyaan. Suaranya setengah berbisik untuk mengutarakan pertanyaan terakhir. Lebih dari itu, ia harus memastikan kalau Tuan Jack memang memiliki tujuan yang baik.

"Nona, apa saya harus menjawab semua pertanyaan dari Anda? Kalau saya menjawabnya semua, bisa-bisa dia sudah siuman dulu dan menyerang Nona seperti tadi." Aiden berucap tanpa ada emosi yang terselip sambil menunjuk ke arah Anthony dengan dagu. Tak perlu diragukan lagi, Aiden sudah pintar mengendalikan emosi dan ekspresinya. Tuannya yang ia layani lebih melelahkan dibanding seorang perempuan dengan seribu pertanyaan ini.

"Baiklah. Aku akan bertanya lagi saat kita sudah sampai. Aku akan menyimpan pertanyaanku dengan baik-baik." Zeta menjinjing koper miliknya, siap untuk bergegas pergi.

Aiden menunduk. Ia awalnya ingin membantu membawa koper yang Zeta bawa, namun niat baiknya ini ditolak.

"Aku bisa membawanya sendiri." Zeta terdiam sesaat. Terlintas di kepalanya kalau ia belum membayar tunggakan apartemen yang sudah hampir tiga bulan ini belum ia bayar.

Seakan mengerti keterdiaman Zeta, Aiden membalikkan badan seraya berkata, "Seluruh biaya apartemen Anda sudah dibayar lunas oleh Tuan Jack."

Zeta mengangguk paham. Ia mengekor di belakang Aiden sampai berhenti tepat di depan sebuah mobil buggati divo hitam.

Zeta terpaku menatap mobil mewah yang terpampang di depan mata. Ini mobil yang harganya miliran kan? Ternyata lebih keren dari foto yang biasa aku lihat. Pukau Zeta dalam hati.

-To Be Continued-

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
mantap kaka......... kl bisa jangan paki koin biar puas bacanya
goodnovel comment avatar
Cut Raisyah
mantap teras
goodnovel comment avatar
Cut Raisyah
keren terharu saya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status