Share

5. Cowok Sialan

Sudah lewat satu hari, sesudah apa yang Zeta alami. Dalam tidurnya yang nyenyak, ada ketukan pintu yang terus berdengung mengganggu ketenangan Zeta.

Zeta mengerjap kedua matanya dengan sebelah tangan menggosok matanya itu. Dengan malas ia memaksakan tubuhnya berdiri dan berjalan mendekat ke arah pintu.

Ceklek...

Pintu terbuka, memperlihatkan sesosok laki-laki yang tak lain ialah Anthony, pacar Sena, sahabat Zeta.

"Oh... Anthony. Ada apa ke sini? Kemarin Sena sudah membawakan ponselku, jadi kau tak perlu repot-repot ke sini." Zeta berdiri di ambang pintu, mencegah pintunya terbuka lebar untuk Anthony masuki.

"Sena yang menyuruhku ke sini, dia membelikanmu bubur. Dia sangat mengkhawatirkanmu. Apalagi ketika dia tahu kalau kau pulang duluan meninggalkan kami di club karena alasan sakit." Anthony berucap seraya memperlihatkan sebuah kotak makanan di tangan kanannya.

"Baiklah, terimakasih." Zeta menunjukkan sudut mulut yang terangkat, membentuk sebuah senyuman. Tangan kanannya terjulur menerima kotak tersebut dari Anthony.

Namun, Anthony menghindari tangan Zeta. "Kau akan membiarkan seorang tamu hanya berdiri di ambang pintu seperti ini, huh?" 

"Ah, tidak. Masuklah, aku akan buatkan minum." Zeta mundur beberapa langkah, memberikan ruang agar Anthony bisa memasuki apartemen sederhananya.

Zeta berderap menuju dapur, dan mulai meracik teh. Karena terlalu sibuk ia membuat minuman, ia sampai tak mendengar langkah kaki yang mendekatinya.

Tap... Tap....

Anthony menghampiri Zeta selepas ia melirik sekilas kotak bubur di atas meja. Dengan matanya yang sudah gelap, dipenuhi oleh nafsu yang bergelora. Tangannya melingkar di perut ramping Zeta.

Tentu saja, sentuhan Anthony itu membuat Zeta terperanjat kaget. Apalagi laki-laki yang sedang memeluknya, adalah pacar sahabatnya sendiri.

"Lepas, Anthony!" Zeta berusaha melepaskan pelukan di perutnya.

Anthony melonggarkan sedikit pelukannya. Tenaganya yang kuat berhasil membalikkan tubuh mungil Zeta hingga keduanya saling berhadapan. Kaki Anthony menghimpit Zeta sampai perempuan itu tak bisa bergerak dari tempatnya berdiri.

"Siapa pria itu, huh? Siapa pria yang sudah membantumu lepas dari pengaruh obat perangsang yang ada di minumanmu?" tanya Anthony mengangkat dagu Zeta, menatap lurus manik mata hitam milik Zeta.

Zeta tercekat mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Anthony. Sebuah pengakuan? Jadi Anthonylah yang membuat Zeta kesakitan karena obat perangsang sialan dan yang membuatnya harus melepaskan rasa sakitnya itu bersama pria asing yang tak pernah Zeta temui sesudahnya.

Zeta menatap wajah Anthony dengan penuh kebencian, kedua telapak tangannya sudah terkepal erat.

Tanpa aba-aba, Zeta memukul dada Anthony membuat laki-laki itu mengeluh sakit. Namun dengan cepat Anthony sudah berhasil membekuk Zeta ke dalam pelukannya.

Anthony mencium bibir Zeta dengan kasar, dan melucuti Zeta.

Zeta meronta dan menangis. Ia sempat berteriak meski setelahnya ia dibungkam oleh mulut Anthony yang terus saja melumat dan memaksa agar lidahnya bisa menjangkau semua ruangan hangat di dalam mulut Zeta.

Zeta terus bergeleng dengan berderai air mata yang tak henti-hentinya tertumpah dari kedua matanya yang kini terpejam erat. Ia merapalkan doa, berharap akan ada seseorang yang menolongnya. Ia tak mau ada laki-laki lain yang menjajahi tubuhnya, apalagi itu pacar sahabatnya sendiri.

Di saat yang bersamaan, ada dobrakan pintu yang cukup kencang. Zeta tak tahu siapa orang yang ada di luar sana, namun Zeta berharap orang tersebut yang akan membantunya dari kukungan Anthony yang saat ini sudah berhasil menanggalkan pakaian dari tubuh Zeta, dan hanya menyisakan pakaian dalamnya.

Pintu didobrak sampai tiga kali. Tak ada suara selepas itu. Zeta semakin ketakutan. Ketika bibir Anthony lepas dari bibirnya karena hendak menarik napas, Zeta segera memakai kesempatan itu untuk berteriak.

"Tolong!" 

-To Be Continued-

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anita Ratna
Astaga, ternyata ulah Anthony. Jahat bgt sih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status