Home / Romansa / Nafsu Bejat CEO / 5. Cowok Sialan

Share

5. Cowok Sialan

Author: Cececans
last update Last Updated: 2021-06-12 14:32:14

Sudah lewat satu hari, sesudah apa yang Zeta alami. Dalam tidurnya yang nyenyak, ada ketukan pintu yang terus berdengung mengganggu ketenangan Zeta.

Zeta mengerjap kedua matanya dengan sebelah tangan menggosok matanya itu. Dengan malas ia memaksakan tubuhnya berdiri dan berjalan mendekat ke arah pintu.

Ceklek...

Pintu terbuka, memperlihatkan sesosok laki-laki yang tak lain ialah Anthony, pacar Sena, sahabat Zeta.

"Oh... Anthony. Ada apa ke sini? Kemarin Sena sudah membawakan ponselku, jadi kau tak perlu repot-repot ke sini." Zeta berdiri di ambang pintu, mencegah pintunya terbuka lebar untuk Anthony masuki.

"Sena yang menyuruhku ke sini, dia membelikanmu bubur. Dia sangat mengkhawatirkanmu. Apalagi ketika dia tahu kalau kau pulang duluan meninggalkan kami di club karena alasan sakit." Anthony berucap seraya memperlihatkan sebuah kotak makanan di tangan kanannya.

"Baiklah, terimakasih." Zeta menunjukkan sudut mulut yang terangkat, membentuk sebuah senyuman. Tangan kanannya terjulur menerima kotak tersebut dari Anthony.

Namun, Anthony menghindari tangan Zeta. "Kau akan membiarkan seorang tamu hanya berdiri di ambang pintu seperti ini, huh?" 

"Ah, tidak. Masuklah, aku akan buatkan minum." Zeta mundur beberapa langkah, memberikan ruang agar Anthony bisa memasuki apartemen sederhananya.

Zeta berderap menuju dapur, dan mulai meracik teh. Karena terlalu sibuk ia membuat minuman, ia sampai tak mendengar langkah kaki yang mendekatinya.

Tap... Tap....

Anthony menghampiri Zeta selepas ia melirik sekilas kotak bubur di atas meja. Dengan matanya yang sudah gelap, dipenuhi oleh nafsu yang bergelora. Tangannya melingkar di perut ramping Zeta.

Tentu saja, sentuhan Anthony itu membuat Zeta terperanjat kaget. Apalagi laki-laki yang sedang memeluknya, adalah pacar sahabatnya sendiri.

"Lepas, Anthony!" Zeta berusaha melepaskan pelukan di perutnya.

Anthony melonggarkan sedikit pelukannya. Tenaganya yang kuat berhasil membalikkan tubuh mungil Zeta hingga keduanya saling berhadapan. Kaki Anthony menghimpit Zeta sampai perempuan itu tak bisa bergerak dari tempatnya berdiri.

"Siapa pria itu, huh? Siapa pria yang sudah membantumu lepas dari pengaruh obat perangsang yang ada di minumanmu?" tanya Anthony mengangkat dagu Zeta, menatap lurus manik mata hitam milik Zeta.

Zeta tercekat mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Anthony. Sebuah pengakuan? Jadi Anthonylah yang membuat Zeta kesakitan karena obat perangsang sialan dan yang membuatnya harus melepaskan rasa sakitnya itu bersama pria asing yang tak pernah Zeta temui sesudahnya.

Zeta menatap wajah Anthony dengan penuh kebencian, kedua telapak tangannya sudah terkepal erat.

Tanpa aba-aba, Zeta memukul dada Anthony membuat laki-laki itu mengeluh sakit. Namun dengan cepat Anthony sudah berhasil membekuk Zeta ke dalam pelukannya.

Anthony mencium bibir Zeta dengan kasar, dan melucuti Zeta.

Zeta meronta dan menangis. Ia sempat berteriak meski setelahnya ia dibungkam oleh mulut Anthony yang terus saja melumat dan memaksa agar lidahnya bisa menjangkau semua ruangan hangat di dalam mulut Zeta.

Zeta terus bergeleng dengan berderai air mata yang tak henti-hentinya tertumpah dari kedua matanya yang kini terpejam erat. Ia merapalkan doa, berharap akan ada seseorang yang menolongnya. Ia tak mau ada laki-laki lain yang menjajahi tubuhnya, apalagi itu pacar sahabatnya sendiri.

Di saat yang bersamaan, ada dobrakan pintu yang cukup kencang. Zeta tak tahu siapa orang yang ada di luar sana, namun Zeta berharap orang tersebut yang akan membantunya dari kukungan Anthony yang saat ini sudah berhasil menanggalkan pakaian dari tubuh Zeta, dan hanya menyisakan pakaian dalamnya.

Pintu didobrak sampai tiga kali. Tak ada suara selepas itu. Zeta semakin ketakutan. Ketika bibir Anthony lepas dari bibirnya karena hendak menarik napas, Zeta segera memakai kesempatan itu untuk berteriak.

"Tolong!" 

-To Be Continued-

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
OMG ternyata Anthony yang sudah mencampur obat perangsang di minumannya Zeta.
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
akhirnya tahu siapa yang sudah menjebak
goodnovel comment avatar
Haniubay
tuan impoten yg baru sembuh maksudku......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nafsu Bejat CEO   120. After Everything (The End)

    Zeta dan Jack baru saja keluar dari gedung megah Grands Magasins di kota Paris. Zeta sama sekali tak menyurutkan senyumnya sedari tadi, membuat Jack ikut mengulas senyum melihatnya. "Kau terlihat sangat senang, Zeta. Setelah ini kita mau ke mana?" Jack melirik Zeta sebelum masuk ke taksi yang ia sewa untuk berkeliling kota Paris. "Tentu saja aku senang, Jack. Hari ini aku sudah mengunjungi banyak sekali tempat yang menakjubkan." Zeta menunjuk ke arah kedua tangannya yang membawa dua kantong belanja berisi parfum dan pakaian bermerk yang tadi Jack belikan untuknya. Zeta menarik napas. "Lebih baik setelah ini kita kembali ke hotel. Badanku sudah lelah, Jack. Tapi, sebelumnya aku ingin beli buket bunga," ucap Zeta dengan mata berkedip penuh harap. "Baiklah." Jack mengangguk paham. Ia dan Zeta masuk ke taksi yang segera membawanya ke sebuah toko bunga yang letaknya tak jauh dari lokasi hotel yang mereka inapi. Di dalam taksi, Zeta meletakkan kepal

  • Nafsu Bejat CEO   119. Honeymoon Kedua

    "Sepertinya kota Paris bagus, Dad. Sekalian aku dan Zeta akan honeymoon kedua di kota romantis itu." Jack menaik turunkan alisnya. Ia tersenyum penuh arti kepada Zeta."Jack, kita kan sudah honeymoon. Masa mau honeymoon lagi?" Zeta bergeleng, menolak ide Jack tersebut.Edwin mengamati Jack dan Zeta bergantian. "Baiklah. Aku akan membelikan dua tiket ke Paris untuk besok.""Apa besok, Om. Eh... Dad?" Zeta terbelalak tak percaya. Ia semakin keras bergeleng."Thanks, Dad." Jack menyela, ia merangkul pundak Zeta dan mengulas senyum manis kepada Edwin.*Aiden menatap bangunan besar yang berdiri angkuh di depannya. Ia tak berpikir panjang lagi dan memilih untuk menggerakkan kaki memasuki gedung tersebut.Kedatangan Aiden disambut oleh para staf yang menjaga rumah sakit jiwa, di mana Lisa sedang dirawat. Terlihat ada beberapa perawat berlarian menuju ke pintu ruangan yang tertutup."Ada yang bisa say

  • Nafsu Bejat CEO   118. Max, Putra Manisku

    "Kau mau ikut, Merry?" Edwin berdiri lalu menghampiri Merry yang bersedekap di depannya."Tidak. Kau saja yang pergi." Merry membalas dengan acuh tak acuh."Kau tidak mau melihat cucumu? Kau tidak penasaran seperti apa rupanya?" Edwin menyentuh pelan kedua pundak Merry.Merry bergeleng. "Tidak.""Hmmm... Kau berubahlah, Merry. Kau jangan terus menaruh rasa bencimu itu kepada Jack, apalagi kepada cucumu yang baru saja lahir. Dia tidak tahu apa-apa. Ya... Meski kau begitu, karena merasa tertekan sejak kau melahirkan Jack sampai sekarang. Tapi, Jack juga darah dagingmu. Berhentilah membencinya, Merry." Edwin menatap Merry dengan sendu.Merry terbungkam oleh perkataan Edwin. Sejak kapan pria itu berubah? Merry merasa Edwin kembali seperti masa mudanya, ketika mereka masih berpacaran dulu. Edwin begitu peduli, dan ucapannya selalu meneduhkan. Sosok Edwin itu telah tenggelam lama dalam ambisius pria itu yang ingin mendirikan perusahaan besar, sampa

  • Nafsu Bejat CEO   117. Tak Sanggup Jadi Mama

    Jack menggendong Max kecil, berusaha untuk menenangkannya. Ia lalu membaringkan Max ke atas ranjang yang kemudian diperiksa oleh dokter sebelum bayi tersebut diperbolehkan pulang.Zeta yang ada di sisinya menatap Jack. Ia baru saja diperiksa dan keadaannya baik. Maka, besok pagi ia sudah diizinkan meninggalkan rumah sakit."Jack..." panggil Zeta yang langsung ditanggapi oleh senyuman lembut Jack."Apa Zeta?" Jack bergerak mendekati Zeta. Ia membawa dirinya untuk berdiri tepat di sisi Zeta."Besok aku sudah diperbolehkan pulang, Jack. Tinggal menunggu Max selesai diperiksa." Zeta menyentuh punggung tangan Jack yang dipakai pria itu untuk menyangga tubuhnya di tepi ranjang, sementara wajahnya mencondong pada Zeta.Jack mengangguk mengerti. "Jadi, apa kau ingin membuat pesta kecil untuk menyambut bayi kita? Pesta baby newborn?"Zeta beralih memandang langit-langit ruangan seraya berpikir sejenak. "Sepertinya, boleh juga, Jack. Harus ada h

  • Nafsu Bejat CEO   116. Wajahnya Seperti Jack

    "Tuan..." Aiden menunduk pelan di depan Edwin. Ia lalu menegakkan kembali kepalanya, menanti ucapan apa yang akan Edwin lontarkan ketika dirinya kedapatan hendak meninggalkan kantor tanpa izin.Edwin mengamati Aiden dengan alis terangkat satu. "Kau mau ke mana, Aiden?"Aiden tidak langsung membalas pertanyaan Edwin tersebut. Ia mencoba mencari jawaban lain, namun tak kunjung dapat. Maka, ia berucap jujur. "Saya hendak ke rumah sakit untuk menegok Tuan Jack dan Nona Zeta."Edwin melipat kedua tangannya di depan dada. "Zeta sudah melahirkan?"."Sepertinya belum, Tuan. Maka dari itu saya hendak ke sana untuk mencari tahu karena... Tuan Jack sulit untuk saya hubungi." Aiden nyaris keceplosan. Ia tadi hampir saja mengatakan kalau Jack tak memperbolehkannya ke rumah sakit. Kalau saja ia sampai berkata demikian, ia tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan pria paruh baya di depannya.Edwin hanya mengangguk. Ia berbalik, berderap meninggalkan Ai

  • Nafsu Bejat CEO   115. Ditemani Suami

    Sembilan bulan telah berlalu, semenjak kematian Max. Jack kini meluangkan banyak waktunya untuk menemani Zeta. Ia tak pernah jenak jika harus meninggalkan Zeta sendirian, bahkan untuk bekerja. Pikirannya akan dipenuhi Zeta dan itu membuatnya tidak bisa berkonsentrasi.Untung saja, Edwin memaklumi itu, bahkan dirinya ikut membantu mengelola Baron group sehingga pekerjaan Jack jadi tidak terlampau berat. Entah kenapa, sejak kematian Max semua telah berubah.*Jack duduk di tepi ranjang, ia mengulurkan tangan untuk memberikan sapuan lembut kepada Zeta yang terbaring di sisinya. Perempuan itu tersenyum padanya.Zeta sudah memasuki usia kandungan sembilan bulan. Perutnya sudah buncit dan jika menurut prediksi dokter, ia akan melahirkan di waktu dekat ini."Jack, kau tidak bekerja lagi hari ini?" Zeta mendongak dengan alis yang tertaut.Jack menggeleng. "Tidak. Aku ingin menemanimu terus, Zeta," tekan Jack seraya mengulas senyum lembut

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status