"Aku sudah katakan kepadamu beberapa kali Andira, kenapa kau tidak mendengarkan apa yang aku perintahkan dan apa yang aku peringatkan kepada kau, ha?" Ibrahim yang sekarang berdiri di samping Andria yang terduduk dengan kedua tangan yang terikat. Tak ada cara bagi gadis ini untuk kabur dari sana. Hanya ada masalah jika she berusaha untuk kabur apalagi masalah ini terlalu banyak masalah sehingga Ibrahim semakin frustasi. "Aku tidak ingin terlihat lagi, Ibrahim, apa kau gila melakukan ini semua?" "Martin membunuh orang tuamu!" Ibrahim yang berusaha untuk meyakinkan Andira bahwa Martin lah yang menjadi penyebab kematian orang tua Andria. "Dia membunuh kakakku, dan melakukan hal buruk padanya!" Andira bahkan tidak bertanya jauh lebih dalam dan lebih memilih untuk diam. Dia tak tahu tentang orang tuanya siapa dan tak mau tahu sekarang. "Kau membunuh anak kecil!" Tentu yang dimaksud di sini adalah Nadira, putri Martin yang telah kehilangan banyak oksigen dan kelaparan saat dikurung oleh
Apa yang terjadi pada Sarah sekarang, kenapa dia tak terlihat sama sekali oleh pers dan dia seolah hidup dalam jeruji rumahnya sendiri. Ada banyak sekali jurnalis dan reporter yang menunggu wanita karir ini untuk datang tetapi dia sama sekali tidak datang dan hanya berada di rumahnya dalam waktu satu bulan. Menyia-nyiakan waktunya hanya dalam bersedih atas kematian dari putrinya Nadira, siapa yang tidak akan bersedih saat anaknya tiada hanya karena dendam saja yang mengarahkan pada suaminya. Dia bahkan tidak pernah menyangka akan apa yang terjadi padanya. Dia tidak pernah membayangkan ini semua akan terjadi padanya selama ini. Apalagi Martin yang sekarang menghilang entah ke mana, dia adalah satu-satunya yang dimiliki oleh putranya Randy, bahkan remaja yang cukup mengalami trauma ini merasa bahwa sebaiknya dia tidak datang ke sekolah. Selama berhari-hari, bahkan dia melewatkan banyak sekali pekerjaan sekolah yang harus dikerjakan Karena rasa yang masih sangat menyakitkan dalam diri R
Hatice masih berada di dalam ruangannya, dia bahkan belum bercerai dengan Lutfi, apa yang terjadi pada mereka sekarang rasanya sangat membingungkan, mereka terjebak dalam pernikahan lalu kemudian mereka berada dalam masalah besar yang bahkan lebih buruk daripada apa yang mereka telah bayangkan dan lakukan. Hanya ada rasa traumatik yang luar biasa di dalam diri Hatice saat ini, Lutfi memahami semuanya dan dia paham betul bahwa sekarang bukan saatnya membahas tentang perceraian, dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya berbicara dengan sang istri selama satu bulan lamanya. Dia merasa bersalah akan perselingkuhan yang terjadi, dan tidak paham dengan semua ini. Bagaimana bisa ini semua terjadi, Lutfi tentu tidak memahami masalah yang terjadi antara Martin dan musuhnya sekarang, kenapa Martin Dailuna bisa terjebak dalam masalah ini. Dia sering kali bertanya-tanya tetapi Hatice kadang hanya keluar dari kamarnya hanya untuk makan saja. Dan kemudian merenung hingga matanya sembab. Itu dikare
Semuanya berubah menjadi kacau dan Randy Dailuna merasa tak bisa berada di sekolah, sayangnya mau tidak mau dia harus mengikuti sekolahnya dan jika tidak maka nilainya akan buruk. Randy yang sudah hampir setengah bulan tidak masuk sekolah tentu akan menjadi sebuah hal yang membuat dia merasa canggung setelah cukup lama tak masuk ke sekolah. Walaupun seperti itu dia tetap harus melewati semuanya dan sudah cukup dengan kesedihan, dia sudah melalui banyak hal dan dia keletihan berlarut-larut dalam kesedihan yang luar biasa yang seperti ini. Maka dari itu Randy yang diantar oleh supir pribadinya kini keluar dari mobil, dengan langkah kaki yang cukup pelan, kepala yang tertunduk dan dia masuk ke dalam area sekolah melalui gerbang besar sekolahnya. Semua murid berbicara tentangnya, murid-murid kaya juga senang bercerita tentang teman mereka yang sedang berada dalam masalah. Apalagi dia adalah putra Dailuna yang sangat terkenal itu. Semua orang ingin tahu tentangnya, tentang keluarga Dailu
"Dengar Kak, Randy belum pulang, aku berbohong padamu bahwa dia tidak ingin makan malam jika tidak bersamamu, tetapi keluar lah dari sini dan bantu aku menemukan di mana putramu itu."Ucapan dari Reynaldi membuat Sarah langsung membangkitkan tubuhnya, dia tentu panik mendengarkan apa yang dikatakan Reynaldi tetapi dia juga tahu bahwa adiknya itu adalah orang yang sudah berbohong sehingga dia berharap bahwa apa yang dikatakan sang adik tidak lah benar. "Kau selalu berbohong padaku, kau selalu menyatakan sesuatu yang tidak aku sukai, jadi aku mohon kali ini jangan gunakan putraku untuk membuatku memakan sesuatu," jelas Sarah yang sudah sangat keletihan, bahkan dia letih hanya dengan berbaring menangis dan meratapi putrinya.Dalam pikiran Sarah dia tidak pernah sebelumnya memikirkan tentang Martin, dan sampai saat ini yang dipikirkan Sarah hanyalah anak-anaknya. Andai dia bisa melakukan sesuatu selain berada di atas ranjang. Apa yang telah dilakukan para polisi sekarang. Sudah banyak se
Martin Dailuna tengah mengendarai mobilnya, raut datar selalu nampak di wajah kharismatiknya. Seperti biasa, tak ada yang menarik, baik di kantor maupun di rumah, semuanya monoton! Itulah pikirnya, bahkan istrinya pun sudah tidak menarik di matanya.Pria berusia 43 tahun itu sama sekali tak tertarik lagi dengan apapun. Kerja, pulang, sarapan, dan tidur, hanya itu rutinitasnya setiap hari. Hal biasa yang tak menantang. Gurat lelah setelah bekerja terlihat di matanya yang dibingkai kacamata minus. Dan akhirnya mobil warna putih miliknya memasuki gerbang besar, yang dibuka oleh seorang satpam di kediaman Dailuna. Kini, Martin berada tepat di depan pintu rumahnya. "Sial," umpatnya saat sadar bahwa dia lupa membawa kunci rumahnya, dia terpaksa harus menekan bel di rumahnya sendiri. Ting Tong! Ting Tong! "Apa aku harus menekan lagi?" Kesal karena sudah sebanyak 2 kali dia menekan bel namun tidak ada yang membuka pintu. Dia lalu menggedor-gedor pintunya deng
Tringgggg! Mendengar suara itu Martin langsung terbangun dari tidurnya, dan sadar bahwa Istrinya sudah tidak ada di sampingnya. Martin langsung mematikan alarm yang membuatnya tersadar dari tidur nyenyaknya. "Oh tidak sudah jam 8 pagi," ucapnya saat sadar bahwa dia terlambat untuk bekerja. Dengan lincah dia berdiri dan menuju kamarm andi, Martin melakukannya dengan sangatc epat, dia terlihat tergesa-gesa, setelah mandid ia memilih baju yang akan dia kenakan, seperti biasa rompi hitam, kemeja putih dan celana kain hitam, itulah pilihan seorang Martin Dailuna. Setelah membereskan segalanya, Martinb erjalan cepat menuruni tangga, namun saat perjalanan menuju pintu matanya kemudian tersangkut dengan Andira yang sudah membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di meja makanan. Seketika Martin lupa tujuannya, dia berjalan pela
Untuk pertama kalinya seorang Martin Dailuna mungkin akan mengeluarkan emosinya pada pembantu yang di rumahnya. Emosi sudah memuncak karena dia baru saja diberi saus kacang dimana dia alergi dengan saus kacang.Martin Dailuna menancap gas mobilnyadengan penuh kekesalan, kenapa tidak? Andira, baru saja memberi pria malang itu makanan yang sama sekali tidak ingin dimakan oleh seorang Martin Dailuna."Berani sekali dia menaruh kacangdi makananku, dia pikir dia siapa! Awas saja jika aku sampai di rumah, dia akanntahu, siapa Martin Dailuna sebenaranya!" oceh Martin saat dia sedang mengendarai mobilnya menuju rumah. Bukan hanya itu, dia juga memukul-mukul stir mobilnya karena begitu kesalnya pada gadis yang baru kemarin ia kenal.Martin langsung turun dari mobilnya saat sampai tepat di hadapan istana besar miliknya. Untung saja pintu rumahnya tidak terkunci membuat Martin tidak perlu mengetuk atau mengoceh di luar pintu. Oh ya, sebenarnya Martin suda