Share

Chapter 6

Author: Black Eagle
last update Last Updated: 2022-01-28 21:11:24

Andira terlihat membersihkan ruang kerja Martin Dailuna yang terlihat lebih luas dari sebuah kamar, di dalamnya akan ditemukan rak-rak buku yang yang berisikan buku-buku yang banyak, dengan meja kerja yang di atasnya berkas-berkas penting, dan sebuah brangkas yang berada tepat di belakang meja Martin.

Andira merapikan semuanya, hingga dia menemukan sebuah laci yang tak bisa terbuka, karena terkunci. Laci yang mampu membuat Andira merasa penasaran akan laci tersebut.

Lama berada di sana, tiba-tiba seseorang membuka pintu. Menyadari itu Andira kembali merapikan berkas-berkas yang berserakan dan membersihkan debu yang menempel di buku-buku milik Martin.

Yang membuka pintu ruangan Martin adalah seorang gadis yang tidak lain adalah Nadira.

Dia masuk ke dalamnya dan matanya mengabaikan Andira karena melihat brangkas yang sama seperti brangkas di kantor Martin.

"Hei, kalau kau selsai keluar saja," ucap Nadira pada Andira yang masih melaksanakan tugas.

"Tapi Non, aku masih bekerja," jawab Andira.

"Udahlah, lagian sudah bersih, pergi sana!" Nadira membentak, dia seperti memiliki maksud lain di ruangan Martin sehingga mengusir Andira dari sana.

Andira menelan ludah, dan menurut. Dia keluar dari sana, namun dalam hati Andira ada rasa curiga pada Nadira yang tiba-tiba datang lalu mengusir dirinya.

Kini tinggal Nadira yang ada di dalam ruangan Martin, dia mengingat-ingat kode yang dia lihat saat Martin membuka brangkasnya di kantor saat Nadira berkunjung meminta uang.

Karena Martin tak memberinya uang yang diinginkan dirinya, itu membuat Nadira merasa kesal dan tetap menginginkan ponsel baru.

"Hm, kodenya apa ya?" ucapnya sendiri, lalu tiba-tiba dia melihat ayahnya menekan angka 2-12-3 dan sadar bahwa itu adalah tanggal ulang tahun dirinya.

"Tanggal 2 Desember 2003, Papa memang menyayangiku, aku akan mendapatkan ponsel baru!" Nadira tersenyum miring saat mengetahui kombinasi kodenya. Dia menekan angka 2-12-3 dan lihat brangkasnya langsung saja terbuka, dia melihat tumpukan lembaran uang yang  sangat banyak.

Nadira menelan ludah dan tak percaya bahwa ayahnya memiliki uang yang tak terhitung, karena memiliki uang sendiri di rumah, di kantor, bahkan di bank. Tak berfikir panjang Nadira langsung mengambil seikat uang yang sudah tersusun rapi.

Lalu dia menutup kembalib rangkasnya dan pergi dari sana.

Saat berjalan turun dari tangga, Nadira melihat ayahnya sudah ada dan terlihat berbicara dengan Andira. Supaya tak ketahuan Nadira berusaha bersikap baik-baik saja dan menyambut Martin dengan senyum lebar.

"Hai Pa," ucap gadis berusia 15 tahun itu, dia kemudian memeluk Martin, tanda menyambut sang ayah.

Andira yang tadi berbicara dengan Martin langsung pergi dari sana karena melihat Nadira yang mendatangi sang majikan.

Melihat itu mata di balik kacamata Martin masih saja memandang ke arah gadis yang berusia 21 tahun itu.

"Baiklah, Papa harus pergi ke ruang kerja, masih banyak yang perlu Papa kerjakan," kata Martin saat ingin mengakhiri perbincangannya dengan Nadira.

Mendengar ruang kerja, Nadira tiba-tiba merasa gugup dan hanya membalas ayahnya dengan anggukan dan senyum.

Nadira kemudian keluar dari rumahnya dan tentu saja akan bertemu dengan teman-temanya.

Martin yang memang sengaja pulang lebih awal hanya karena ada sesuatu yang sangat disukai nya berada di rumahnya, yang tak dia dapatkan di kantor besar miliknya.

Selain seorang pengusaha, Martin juga sangat menyukai seni terutama seni lukis.

Namun cita-citanya menjadi seorang seniman tak dapat ia lanjutkan karena tekanan orang tua yang memaksanya untuk menjadi seorang pengusaha.

Kemudian harus dijodohkan dengan Sarah, menikah dengan wanita yang tidak pernah ia cintai hanya karena urusan bisnis orang tua mereka masing-masing. Mungkin karena itulah Martin merasa terkungkung seperti seokor burung yang berada dalam sangkar dan tak dapat ke mana-mana selain berada di kantor dan di rumahnya.

Martin membuka ruangannya dan melihat ruang kerjanya sudah bersih total, dia kemudian duduk di kursinya dan memandang ke arah lacinya, dia membuka laci itu dengan kunci yang selalu ia bawa. Dan terlihat gambar wajah dengan warna hitam putih, wajah milik Andira. Saat pertama kali melihat Andira, Martin langsung terpukau dengan bentuk wajah gadis cantik itu, dengan tubuh yang hanya setinggi dada Martin, kulit putih susu, bibir merah, mata yang kecoklatan, rambut yang sepanjang bahu yang terikat oleh jepitan rambut dan memperlihatkan leher belakang Andira yang terlihat begitu putih dan halus, dimana semua itu mampu meningkatkan jiwa seni Martin. Dia merasa bahwa jika Tuhan adalah seniman maka karya yang paling indah miliknya adalah Andira.

Puas memandang gadis cantik yang sudah ia lukis itu, tiba-tiba matanya tersangkut pada brangkas yang dia sudah tutup rapat-rapat dengan menggunakan kode kombinasi.

Martin yang ingin melihat apakah uang dalam brangkasnya masih aman, dia kemudian membuka barangkasnya, lalu betapa terkjutnya dia saat melihat seikat uangnya sudah hilang.

Martin masih tak percaya dan tetap memastikan, namun ternyata uangnya berkurang. Martin menghela nafas panjang dan merasa kemarahan mulai menumpuk dalam dirinya.

Martin yang marah menutup brangkasnya dengan sangat keras dan berfikir siapa yang berani mencuri uangnya di rumahnya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 322

    Ya dia tahu siapa yang membawa Andira, dan anehnya sesuatu menjadi lebih muda baginya, tak ada pengawal sementara Martin memegangi senjata api di tangannya walau dia terlihat terluka di kepala, dan beberapa darah yang mengalir di tangannya, ya sebelum Ibrahim berhasil dijatuhkan oleh Martin, Ibrahim berhasil menyerang Martin dengan irisan balok yang membuatnya terluka. Di sisi yang lain, Martin membuka satu-persatu pintu ruangan yang ada di labirin, sampai akhirnya dia tidak menemukan pintu apa pun, hanya dinding kasar di sekelilingnya, dan yang membuatnya merasa bingung adalah di mana semua orang? Martin tak menemukan siapa pun, tapi dia bisa melihat tanda ayang dia tahu bahwa yang melakukannya pasti Nigel, untuk menjebak Martin, walau Martin paham akan jebakan itu, dia tetap mengikuti pola petunjuk yang dia tidak tahu akan membawa dia ke mana, hanya saja tak ada pilihan lain. "Martin." Langkah kaki Martin terhenti, dia mendengar sesuatu, di belakang, di depan, di samping, lalu s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 321

    Rasa lemas menjalar di sekujur tubuh Martin, dia tidak menyangka bahwa Nigel akan sejauh ini, gadis yang selalu bersamanya yang Martin pikir Litzia telah menjadi gadis yang penting bagi Nigel ternyata saat mencoba membalas dendam dan ambisi gadis itu tidak lain hanyalah sekedar hiburan bagi Nigel. Mata Martin redup, dia kebingungan bagaimana harus merespon apalagi rasa panas dikarenakan cahaya lampu yang langsung mengarah kepadanya membuatnya merasa terganggu. Dia meremukkan rambut-rambut nya yang kusut, dan saat mencoba untuk fokus, dia menemukan sesuatu berada di tangan Litzia, gadis itu menggenggam sesuatu, Martin yang merasa apa yang digenggam Litzia penting langsung meraih tangan gadis itu dan membuka telapaknya, di sana terletak kertas yang mungkin berisikan informasi. Tulisan yang Martin tahu bukanlah milik Litzia melainkan milik Nigel, ya jelas kertas dengan tinta yang ditulis Martin dan berisikan, "Putramu dan Andira selanjutnya, oh ya astaga kau tidak akan menemukan putra

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Bibir Martin terbuka, dia merasa heran siapa yang mungkin yang telah membukakan pintu untuknya, dan kenapa pintu ini bisa terbuka sendiri. Sia menelan saliva berkali-kali tapi dia tidak bisa diam, ya dia tidak seharusnya seperti ini, dia mengepalkan tangan dengan kemarahan yang luar biasa, pada Nigel, Ibrahim dan sedikit rasa kecewa dan kebencian terhadap Andira, atau dia sedang berusaha untuk membenci gadis itu. Tapi sebelum semua itu harus diselesaikan olehnya, dia berusaha untuk menemukan putranya terlebih dahulu, di mana Raisi, dan kenapa semuanya terlihat kacau, kenapa Tidka ada penjaga dan pintu ruangannya sendiri, sel yang dia miliki sendiri yang seharusnya menjadi tempat dia tertahan kini terbuka. Tapi semua itu tidak penting, Martin dia mencoba untuk melangkah pergi, tetapi dia tidak dengan tangan kosong, di dalam saku-saku celananya dia menyimpan pecahan beling yang dia hancurkan sebelumnya dan akan menjadikannya sebagai pertahanan atau cara untuk melawan. Sayangnya dia

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Litzia mencoba menyelematkan siapa pun yang bisa dia selamatkan setelah dia berhasil membantu Raisi, yang entah apakah Raisi berhasil keluar dari labirin rumit yang telah dibangun oleh Nigel selama ini atau usaha mereka hanya akan menjadi boomerang. Dia memastikan bahwa Ibrahim mengetahui rencana Nigel untuk menghabisi mereka semua di tempat itu, sehingga mungkin dalam sesaat dia ingin menyelamatkan semuanya, termasuk Andira, tetapi sebelum itu, dia harus memastikan bahwa Martin tiada di tangannya. Di sisi yang lain Litzia, dia membuka pintu demi pintu, labirin yang begitu membingungkan, dia tidak bisa menemukan di mana kamar Martin, atau di mana sel Martin disembunyikan, langkah demi langkah dia berusaha untuk dapatkan hingga akhirnya dia menemukan satu ruangan yang tak terjaga, cukup jauh dan firasatnya berkata, mungkin itu adalah Martin. Langkahnya menuju sel itu cepat, dan menemukan seseorang yang bersandar tanpa semangat hidup duduk di lantai. Litzia hanya dapat melihat pria i

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 319

    Beberapa Saat Sebelumnya "Pergilah, kau tidak punya waktu, kau harus meninggalkan tempat ini atau Nigel akan menghabisi mu di hadapan ayahmu. Dia akan mempermainkan Malian berdua sebelum akhirnya mengakhiri semuanya." Dia mencoba membuka gelangan borgol di tangan Raisi sementara Raisi yang terlihat dengan wajah berantakan, darah di sisi wajahnya, dan rambut yang terlihat tak terawat itu memandang bingung. "Bagaimana kau mendapatkan kunci itu ... Astaga kau membahayakan dirimu sendiri Litzia." Raisi menghentakkan tangannya seolah menolak bantuan Litzia tapi gadis ini mencoba untuk tetap membantu Raisi. "Kau tidak tahu bahwa Nigel adalah monster dan dia akan menghabisi kalian, kau, Martin, Andira, semuanya, bahkan Ibrahim tangan kanannya sendiri akan mati di sini jika tidak pergi." "Andira?" Raisi menelan saliva, dia gemetar. "Ya." "Tidak." Raisi yang kedua tangannya sudah terbebas dari borgol itu menggelengkan kepala, "Aku tidak mau meninggalkan Andira. Bawa aku padanya dan akan

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 318

    Semua tampak jelas, Martin melihat segalanya dalam kesunyian yang tak terhentikan, dia merasa bahwa hidupnya akan selalu seperti ini, menderita. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, Andira, tapi dengan biaya sebesar apa? Dan kini, di mana gadis itu? Di mana putranya? Dan demi keinginan yang ia hasratkan semuanya berakhir kacau, dia terjebak di dalam neraka yang abadi. Nigel menghentakkan kepala Martin dan membiarkan dia tergelatak di dalam sana, kini adalah rencana selanjutnya tapi kapan dia akan melakukan rencana selanjutnya? Oh ya dia akan mempermainkan Martin lebih lama, lebih parah, San jauh lebih menyakitkan sebelum pada akhirnya mengakhiri hidup Martin Dailuna. Di sisi yang lain, Ibrahim tak sanggup menahan amarah dendam yang ingin segera mengakhiri hidup Martin, menghancurkan dinasti Dailuna selamanya. Tetapi semua itu berada di tangan Nigel yang memiliki lebih banyak anak buah. "Apa lagi yang kau tunggu?" Ibrahim bertanya, dia tak sanggup menahan diri untuk segera mengakh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status