Reyhan menarik rambutnya sendiri, ia merasa kesal dan kecewa karena sudah hampir 80 persen kliennya memutuskan kerja sama dengannya. Hanay tinggal 20 persen yang belum datang menemuinya, mungkin saja sebentar lagi mereka akan datang untuk memutuskan kerja sama dengannya. Tentu saja hal itu membuat Reyhan semakin stres.
Ting-nong ting-nong suara dering ponselnya menyadarkan Reyhan dari hayalannya. Ia bangkit dari tempatnya melangkah menuju meja kerajaannya untuk meraih ponsel miliknya.
Reyhan mengusap layar ponselnya setelah melihat nama yang muncul di sana.
"Iya sayang" ucap Reyhan.
"Mas di mana ? Kenapa belum pulang" suara cemas Zeira dari seberang sana
"Aku masih di kantor sayang"
"Ini sudah larut malam mas" sahut Zeira
Reyhan memutar matanya untuk melihat benda bulat yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia terperanjat saat melihat benda bulat itu menunjukkan pukul 1 malam. Sungguh ia tidak menyadari kalau hari sudah
Dua Minggu telah berlalu, Reyhan belum juga dapat solusi untuk perusahannya. Ia sudah berpikir untuk melelang kediaman Nicolas, tetapi tidak ada satupun yang setuju. Walaupun semua tidak setuju, Reyhan akan tetap melakukannya, hanya itu jalan satu-satunya agar ia bisa menyelamatkan perusahaannya, dan untuk sementara waktu, ia akan tinggal di apartemen bersama Zeira dan Andrian.Pagi ini Reyhan sengaja tidak pergi ke kantor, ia ingin menceritakan yang sebenarnya kepada Zeira."Mas, hari enggak ke kantor ya ?" Tanya Zeira saat Reyhan tiba di meja makan. Biasanya Reyhan selalu berangkat pagi dan pulang malam. Hal itu membuat Zeira bertanya, karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi."Enggak" sahut Reyhan singkat."Oh, kerjaan mas sudah enggak menumpuk lagi ya ?" Tanya Zeira sambil menyiapkan sarapan untuk Reyhan."Hm..." Sahut Reyhan yang membuat Zeira menghentikan gerakan tangannya."Mas, kamu kenapa sih, akhir-akhir ini malas
Benda bulat yang terletak di atas meja kecil di samping tempat tidur, telah menunjukkan pukul 1 malam, tetapi Reyhan belum juga kembali ke kamar. Zeira bangkit dari ranjang, ia keluar dari kamar, melangkah menuruni anak tangga untuk mencari Reyhan. Ia sudah melihat di setiap ruangan yang ada di lantai bawah, tetapi pria tampan itu tidak ada.Zeira kembali ke kamar, ia meraih ponsel miliknya lalu menghubungi Reyhan.Ting-nong ting-nong suara nyaring ponsel Reyhan di atas meja. Pria tampan itu ternyata meninggalkan ponselnya di kamar."Ya ampun mas. Kamu di mana sih" gerutu Zeira. Ia menjatuhkan bokongnya di atas sofa sambil meraih ponsel milik suaminya. Zeira mencoba menghidupkan ponsel Reyhan, tanpa sengaja matanya melihat sebuah email masuk di sana. Ia berpikir sejenak lalu bangkit dari sofa, Zeira keluar dari kamar melangkah menaiki anak tangga menuju ruang kerja Reyhan. Ia berpikir Reyhan pasti ada di sana, dugaannya memang benar, saat pintu terbuka ! I
Zeira tertawa bahagia saat melihat Reyhan kembali dari kantor. Ia memeluk pria tampan itu dan menumpahkan air matanya di dada bidang Reyhan. Butiran bening yang mengalir di kedua pipi mulusnya mengungkapkan rasa bahagianya."Sayang kamu kenapa menagis ?" Tanya Reyhan sambil mengelus rambut panjang Zeira."Aku sangat bahagia mas" sahut Zeira, dengan posisi masih memeluk Reyhan."Kalau bahagia jangan menagis sayang. Kalau menagis itu artinya bersedih" protes Reyhan.Zeira melepaskan pelukannya dari Reyhan "aku menangis karena bahagia mas. Aku sangat bahagia saat kamu memberitahuku" ucapnyaReyhan tersenyum melihat Zeira "tapi aku belum menerima kontraknya sayang""Kenapa mas ?""Karena aku belum mengenal perusahaannya. Tapi aku sudah bicara dengan Daddy, dan Daddy mengenal perusahaan itu" jawab Reyhan sambil melepaskan dasi dari lehernya."Apa mas akan menerimanya ?" Tanya Zeira. Ia begitu penasaran dengan keputusan suaminy
Dua hari telah berlalu, di mana pagi ini Caterina tidak pergi ke kantor, bahkan saat sarapan ia tidak ikut bergabung. Zeira yang merasa penasaran, lantas menemuinya ke kamar setelah Reyhan berangkat ke kantor.Tok.....tok...tok... Zeira mengetuk pintu kamar "Caterina, apa aku bisa masuk ?" Ucap Zeira"Caterina....."Zeira kembali memanggil Caterina, karena tidak ada Jawaban. Ia menggenggam gagang pintu lalu menekannya untuk membuka pintu."Caterina, Caterina" panggil Zeira sambil mencari ke ruang ganti dan kamar mandi, namun Caterina tidak ada. Zeira keluar dari kamar lalu bertanya kepada pelayan."Bibi, apa kamu melihat Caterina ?" Tanya Zeira kepad pelayan"Nona Caterina pergi sejak tadi malam, dan belum kembali sampai sekarang nyonya" sahut pelayan itu.Zeira mengerutkan keningnya, karena sudah 3 bulan Caterina tinggal di kediaman Nicolas, ia belum pernah pergi dari rumah tanpa memberitahu mereka. "Apa kamu melihatnya pergi ?" Ucapny
Setelah dari rumah sakit, Zeira meminta Bara untuk mengantarnya ke kantor Reyhan. Ia ingin mengatakan kepada suaminya kalau Wirawan datang dari Prancis."Selamat siang buk" sapa karyawan dengan ramah dan hormat saat melihat Zeira masuk dari pintu utama. Tentu saja dia hormat, secara yang datang adalah istri bos besarnya."Selamat siang" sahut Zeira dengan ramah "Apa pak Reyhan ada di ruangannya ?" Lanjutnya."Ada buk. Mari saya antar" tawar wanita itu."Enggak usah, aku bisa sendiri. Lanjutkan saja pekerjaanmu" tolak Zeira dengan lembut. Ia memang selalu bersikap seperti itu, Zeira tidak ingin diperlakukan layaknya seorang bos atau ratu."Baik buk"Zeira melangkah menuju lift khusus karyawan, karena ia tidak memiliki kartu untuk menaiki lift khusus petinggi atau bos.Ting....suara pintu lift yang menandakan kalau ia sudah tiba di lantai 39. Zeira melangkah dengan lembut agar tidak menimbulkan suara yang akan mengganggu karyawan yang s
Malam yang dingin, Reyhan duduk sendiri di kursi taman sambil memandang ikan di dalam kolam. Ia selalu terpikir tentang ucapan Wirawan kepadanya saat mereka di rumah sakit. Pria paruh baya itu, menceritakan tentang penyakit yang diderita Caterina. Yang paling menyentuh hati Reyhan adalah, saat Wirawan mengatakan kalau Caterina datang ke Indonesia untuk mendapatkan pria yang ia cintai, tatapi sampai saat ini Caterina belum menemukannya."Mas..." Panggil Zeira dari arah punggungnya, yang membuat ia tersadar dari hayalannya."Ha, iya sayang" sahut Reyhan"Mas kenapa di sini ? Mas tahu enggak, kalau aku mencari kamu dari tadi" ucap Zeira sambil menjatuhkan bokongnya di samping Reyhan."Tahu dong sayang. Aku kan sengaja di sini, biar kamu cari aku" canda Reyhan."Ih.... ternyata mas sengaja" Zeira mendorong lengan Reyhan dengan lembut. "Mas, aku bisa tanya sesuatu enggak ?" Lanjutnya"Boleh sayang" Reyhan merangkul Zeira lalu meletakkan dag
"iya ada apa om" desak Reyhan. Ia sudah tidak sabar lagi ingin mendengar apa yang akan dikatakan Wirawan kepadanya."Tolong nikahi putriku" ucap Wirawan sambil menggenggam satu tangan Reyhan"Ha, apa ini om ? Apa aku tidak salah mendengar ?" Ucap Reyhan. Ia benar-benar tidak percaya apa yang baru saja keluar dari mulut Wirawan. Sungguh ucapan pria paruh baya itu di luar akal sehat Reyhan. Bagaimana ia bisa meminta Reyhan untuk menikahi putrinya, sementara Reyhan sudah memiliki istri dan anak. Itu sungguh perintah konyol, yang tidak akan pernah Reyhan terima."Apa yang kamu dengar itu adalah benar. Aku mohon kepadamu Reyhan" Wirawan kembali memohon kepada Reyhan. Ia sebenarnya sudah tahu kalau Reyhan tidak akan menerima permintaannya, tetapi ia harus mencoba demi putri semata wayangnya."Om sudah gila, aku sudah memiliki istri Om. Bagaimana kamu bisa memintaku untuk menikahi Caterina. Ini sungguh tidak masuk akal" bantah Reyhan."Tapi kamu lah
Hari yang cerah menyambut pasangan suami-istri itu di pagi hari. Seperti biasa mereka selalu sarapan bersama sebelum melakukan aktifitasnya masing-masing. Tapi hari ini berbeda dengan hari yang sebelumnya.