Dengan santai Roy mengambil jasnya dan menutupi tubuh Gera yang terbuka saat ini. Lalu Roy mengambil baju Gera yang berserakan setelah itu memakaikannya pada Gera. "Apa masalahmu dengan kegiatan kami? Apa pun yang mau aku dan Gera lakukan ya terserah. Kau bukan siapa-siapa yang harus kuperhitungkan di dalam kehidupanku," terang Roy menohok. Lira semakin mengepal geram melihat bagaimana Roy memakaikan Gera pakaiannya dengan sangat lembut. "Roy! Aku sedang mengandung anakmu!" serunya dengan sura keras. "Walaupun kau memang mengandung anakku, itu tidak akan mengubah kenyataan kalau Gera adalah istriku! Kau siapa mencoba mengaturku?" bentak Roy. Tatapan Lira terus saja nyalang melihat Gera. "Dasar wanita tak tahu diri!" Roy berseru marah. Lira melangkah cepat mendekati Gera yang saat ini berada di samping Roy. Segera pria itu berdiri menghalangi Lira. "Jangan menghalangiku, Roy! Wanita ini pantas dilenyapkan!"&n
Tahun demi tahun berlalu, triplets sekarang sudah genap berusia 20 tahun. Ketiganya memutuskan untuk melanjutkan perguruan tinggi di Indonesia, walaupun beberapa kali Roy membujuk mereka agar mau kuliah di luar. Terlebih Rico, dia menolak keras untuk jauh dari Roy dan Gera. Mereka tahu, Mama dan Papa mereka tidak membutuhkan perlindungan karena Roy dan Gera memang masih sangat muda dan energik. Tetapi triplets memang belum siap untuk hidup berpisah dari keduanya. "Pa, jangan memaksa kami. Biarkan kami memutuskan semuanya sendiri karena Ray dan juga adik-adik sudah dewasa sekarang." Itulah yang Ray katakan ketika beberapa kali Roy membujuk bahkan sedikit memaksa anak-anaknya untuk kuliah dikancah internasional. Gera setuju dengan keputusan anak-anaknya, walaupun dia tahu hal ini pasti akan berimbas pada sikap mereka yang akan sedikit sulit untuk bisa hidup mandiri. Tetapi dia harus percaya pada triplets mengingat dari keci
"Kenapa kau datang kemari? Dan bagaimana bisa kau kemari?" Rico menginterogasi Leana saat menemukan wanita itu sudah duduk manis di sofa tempat tinggal mereka. Gadis itu hanya menunduk malu melihat Rico tampak malas melihat kehadirannya di sini. "Maafkan aku, Tante Gera yang menyuruhku kemari. Jika kau tidak mau melihatku di sini, aku akan pergi sekarang juga." Leana mengambil tasnya dan segera berdiri. Namun belum juga dia melangkah, Rico menarik tangannya dan membuat gadis itu terduduk kembali di sofa. "Diamlah. Perjalanan ke sini lumayan jauh, kau pasti lelah. Diam dan jangan membuat ribut," ujar Rico dingin. Leana tersipu malu dan menunduk mendengar apa yang Rico katakan. Sedikit rasa perhatian yang terbersit dalam kata-kata dingin Rico. "Terima kasih," ujarnya lirih. Beberapa menit berjalan, hanya suara televisi yang mendominasi ruangan ini. Rico dan Leana hanya diam tanpa saling melihat. "Kakak-kakakmu
Kebiasaan Lea setiap hari adalah belajar di perpustakaan kampus. Setiap jam istirahat, waktu yang kosong dia manfaatkan untuk belajar, bukan yang lain. Sejak pulang dari rumah kediaman keluarga triplets, dia tidak pernah lagi mau mengusik kehidupan mereka walaupun bersama Gera dan keluarga rasanya sangat membuat Lea nyaman, seperti menemukan keluarga sendiri. Bahkan beberapa hari kemudian, Luis datang ke rumah sewanya untuk mengantarkan oleh-oleh yang katanya titipan dari Gera. Ada satu kardus besar barang yang dibawa Luis untuknya. Mulai dari pakaian, tas, sepatu, hingga berbagai macam souvenir dan makanan ringan. Dia tahu, Gera memang wanita yang sangat baik, termasuk padanya juga. "Hei! Kau belajar terus, memang bisa pintar?" Lea tersentak kaget saat seseorang mengejutkannya. Dia hanya mendelik menatap Rico yang kini sudah duduk di sampingnya. "Jangan menggangguku. Aku ingin belajar sendiri. Masih banyak tempat, kau bisa duduk di mana saja," timpal Le
Sebelum menjawab, mereka saling menatap satu sama lain. "Kami keluarga Lea, dok. Apakah dia baik-baik saja?" Roy secepatnya menjawab, membuat anggota keluarganya bernapas lega. "Tidak terjadi hal-hal yang berbahaya. Hanya saja dia membutuhkan istirahat untuk memulihkan luka sobek yang ada pada lengannya. Satu jam lagi pasien akan dipindahkan ke ruang rawat," jawab dokter. Semua yang ada di sini bernapas lega karena mengetahui Leana tidak apa-apa. Saat ini Lea sudah berada di ruang rawat khusus, karena Roy tidak mau Lea terganggu oleh pasien lain jika dipindahkan ke ruangan biasa. Reno juga datang dengan wajah yang tidak bisa digambarkan. Roy yang menangkap keanehan itu segera bertanya pada Reno. "Ada apa?" "Roy, tadi siang aku mencari tahu perihal gadis ini. Dan aku sangat terkejut mengetahui kebenaran tentangnya. Kau juga pasti akan terkejut," tutur Reno membuat Roy semakin penasaran. "Memangn
Gera semakin bingung dengan tingkah aneh Roy yang mulai menidurkan tubuhnya di atas ranjang dengan alat USG di sebelahnya. "Biar aku saja yang mengoles gel itu untuk istriku," pinta Roy tegas. Dokter hanya bisa mengangguk kaku, mau menolak rasanya tidak berani jika melihat bagaimana tegas dan tegangnya wajah seorang Aroy. "Anda bisa mulai." Roy mempersilahkan dokter untuk memeriksa istrinya. Gera hanya bisa pasrah menuruti kemauan Roy. "Selamat, Pak. Istri Anda sedang mengandung dan sudah masuk usia 4 Minggu." Mendengar itu, Gera menutup mulutnya kaget. Sedang Roy tak bisa menyembunyikan wajah senangnya. Andai saja di rumah, ia pasti sudah melompat dan memburu istrinya dengan ganas. Gera menatap dalam suaminya yang kini juga sedang menatapnya. Roy mengangguk meyakinkan Gera dengan senyum bahagia yang terpampang tanpa henti di wajahnya. "Batasi pekerjaan berat, dan usahakan untuk tidak terlalu b
Setelah berpikir beberapa saat, Ray akhirnya bersuara. "Izinkan kami berunding dulu, Pa. Akan ada banyak pertimbangan dari Ray, Rio, juga Rico. Bukannya menolak secara halus... hanya saja kami butuh waktu untuk berpikir dengan matang. Baru setelah itu Ray akan memberitahu Papa dan Mama keputusannya bagaimana." Gera dan Roy hanya mengangguk mengiyakan keputusan putra-putra mereka. Roy juga tidak mau egois, dia harus lebih bijak untuk memikirkan kebutuhan dan kemauan anak-anaknya. "Oke. Tentu saja tidak apa-apa. Kalian bebas berpendapat bagaimana. Papa hanya menyarankan pada kalian untuk melanjutkan bisnis keluarga. Karena seperti yang kalian tahu, jika bukan kalian, tidak ada lagi pewaris dalam keluarga kita." Gera tersenyum lembut dan mengelus punggung tangan suaminya pelan. Mengisyaratkan untuk sedikit bersabar dengan apa yang triplet putuskan. "Papa kalian benar. Hanya kalian harapan keluarga Raya.
Roy terus saja mengutuk dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa istri tercintanya. Bagaimana bisa ia tidak merasakan sedikit pun firasat buruk? Berkali-kali ia membenturkan kepalanya dengan cukup keras. Tangis yang ia tahan cukup membuat dadanya terasa sesak. Tenggorokannya pun terasa seperti tercekik. "Papa... di mana Mama?" Triplets datang masih dengan tubuh basah oleh keringat. Seakan tak mampu berbicara, Roy hanya bisa menggeleng tanpa mengangkat kepalanya. Anak-anaknya yang melihat itu segera memeluk Roy yang terus saja membenturkan kepalanya. "Jangan menyakiti diri sendiri, Pa. Mama bisa marah nanti," kata Rico. "Papa harus kuat. Dengan begitu Mama pun juga akan ikut kuat, tentu saja little baby juga akan ikut kuat. Kami bersama Papa," hibur Ray berusaha tegar. Roy terus saja menggeleng keras dalam pelukan anak-anaknya. "Papa yang menyeb