“Oke deh, terserah kamu saja, tapi ingat ya Da, jam dua siang kamu pergi ke tempatnya Bu Romlah pengajian, nggak enak kalau nggak datang!” sahut Umi Syifa mengingatkan.“Iya Umi, terima kasih sudah diingatkan!” ucap Ida tersenyum hangat.Ida pun kembali fokus menulis sebuah cerita tentang kehidupan remaja.Cerita yang di tulis oleh Ida adalah sedikit memiliki kesamaan dengan kehidupannya di dunia nyata, tetapi sedikit diubah.Ida sangat pandai memainkan kata demi kata yang dikemas secara apik dalam sebuah cerita.Menceritakan tentang gadis remaja yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya dalam kecelakaan pesawat.Sehingga gadis ini harus hidup atas belas kasihan adik ayahnya yang kebetulan tidak mempunyai anak.Adinda namanya di dalam cerita yang di buat oleh Ida, menggambar sosok gadis manis, ceria, dan suka menolong orang.Namun akibat kecelakaan itu membuat Dinda nama panggilannya itu menjadi gadis pendiam.Sampai akhirnya hingga dewasa dia pun di jodohkan dengan pria yang dia t
“Nah itu dia, jadi lupa lagi, pasti dia akan datang kemari soalnya dia bilang mantan terindahnya bos kita, berarti ....” “Benar Sis, itu adalah Fina mantan tunangan bos kita yang menghilang lima tahun yang lalu,” ucap Agnes sembari menyeruput es jeruk yang ketiga kalinya.“Sekarang dia sudah berani mendatangi Ida di rumah sakit, tanpa memberitahukan siapa dia sebenarnya saat berkenalan dengan Ida.”“Malahan dia ingin memberikan kejutan saat ulang tahun Sulthan Sabtu nanti,” jelas Agnes santai.“Loh ... kamu tahu dari mana kalau wanita itu datang ke rumah sakit?” tanya Siska penasaran.“Ya Ida lah, dia ternyata sudah tahu kalau yang datang itu pasti mantan nya Sulthan!” celetuknya lagi.“Terus ...terus!”“Ya gitu deh!”“Si Ida itu selalu menghadapi masalah apa pun dengan tenang, tidak grasah-grusuh seperti kita,” sahut Agnes tersenyum renyah.“Wah keterlaluan banget kalau wanita itu datang hanya untuk mengganggu rumah tangga bos kita, ini tidak bisa dibiarkan!” ucap Manda kesal.“Jus
Sepuluh menit berlalu, semua Ibu-ibu dan beberapa tamu undangan dengan khusuk mendengarkan lantunan selawat yang begitu menyejukkan hati.Tiba-tiba seorang Ibu yang ditunjuk untuk mengaji terbatuk-batuk sehingga berhenti sesaat untuk membuat batuknya reda.Namun Ibu itu kembali batuk-batuk membuat suaranya menjadi serak.“Bagaimana ini Bu, kasihan Bu Wulan masih batuk-batuk, sebaiknya ganti saja biar bisa istirahat!” ucap Bu Romlah merasa kasihan dengan Bu Wulan yang tiba-tiba suaranya menjadi serak.“Maaf Bu, saya nggak tahu juga tiba-tiba batuk-batuk,” jawab Bu Wulan merasa bersalah tidak bisa melanjutkan mengajinya.“Nggak apa-apa Bu, masa harus dipaksakan, Ibu istirahat dulu, nggak apa-apa!” ucap Romlah ramah.“Ya sudah biar Neng Ida saja yang menggantikan Ibu Wulan, kalau kami ini masih setengah-setengah, malu kalau salah di depan orang banyak!” celetuk Bu Minah malu-malu.“Iya betul itu Neng Ida paling jago kalau mengaji, mau ya Neng Ida, sudah lama juga kami tidak mendengarkan
“Maaf Bu, dipanggil Pak Ustaz, sepertinya mau pulang!” ucap Bu Minah.“Ayuk Bas, Pak Ustaz mau pulang!” sahut Bu Romlah sembari menarik tangan Abbas agar ikut dengannya menemui Pak Ustaz.Ida pun ingin berpamitan dengan Bu Romlah dan mencari beliau di dalam rumah.“Maaf Bu, saya permisi dulu, ada urusan lagi di luar!” ucap Pak Ustaz H. Karim tersenyum.“Oh iya pak, salam buat Bu Salma semoga lekas sembuh ya Pak!” sahut Bu Romlah balas tersenyum.“Nak Abbas selamat datang di kampung kami, mudah-mudahan betah di sini dan segera mendapatkan jodoh ya!” ucap Pak Ustaz H. Karim tersenyum.“Aamiin, terima kasih Pak, semoga langsung di segerakan!” sahutnya lagi.Tak lama kemudian Ida datang menghampiri Bu Romlah. Abbas diam terpaku saat melihat Ida dengan jelas tepat berada di depannya.Hatinya bergemuruh dengan cepat, jantungnya pun seakan-akan berhenti sejenak.Dia ingin mencari tahu siapa dia sebenarnya karena wajah itu mengingatkan masa lalu yang sangat membekas dihatinya.“Bu, Ida pulang
@Ida{Assalamu’alaikum}Hening sesaat ...@Ida{Halo, Assalamu’alaikum maaf ini dengan siapa?}“Ayuk dong Than, ngomong masa gugup kaya gitu malu-maluin katanya Bos, tapi ngomong sama istrinya gagap gitu!” ledek Agnes.“Agnes ini si Ida yang angkat!” ucapnya bahagia“Cepat bicara!” “Iya bawel, sana pergi jangan nguping!” hardiknya kesal.@Ida{Halo siapa ini, kalau nggak jawab saya tutup}@Sulthan{Eh jangan di tutup dulu ini dengan saya}@Ida{Saya siapa saya nggak kenal, maaf salah sambung}@Sulthan{Tunggu dulu jangan ditutup , ini dengan suamimu, Sulthan}@Ida{Sulthan, Anda jangan main-main ya, suami saya itu tidak suka-suka basa-basi seperti ini, dari mana Anda mendapatkan nomor saya, siapa Anda sebenarnya?}@Sulthan{Sayyidah Latifah ini dengan suamimu Sulthan Yazid Zidan yang tampan nan rupawan, kamu nggak kenal dengan suara khas ku?}@Ida{Ma...Mas Sulthan benaran ini kamu, atau aku lagi mengkhayal ya?”}@Sulthan{Iya ini saya suami mu, apa perku kita video call saja agar ka
Umi Syifa melihat Ida yang sedang duduk di ruang tengah sejenak melamun , tanpa menghiraukan kedatangan Umi Syifa dan membuatnya bingung.“Kamu lagi mikirin apa sih Da, serius amat?” tanya Umi Sifa yang sudah duduk di sampingnya.“Eh, Umi nggak apa-apa kok!” jawab Ida tersenyum.“Oh ya Umi, tadi Mas Sulthan telepon katanya dia pulang agak malam soalnya dia mau ke tempat Agnes dulu ada perlu kali sama Mas Iqbal,” jelasnya sembari bermain dengan Baby Salsa dan menulis.“Oh iya, nggak apa yang penting dia ngabarin orang rumah!” ucap Umi Syifa.“Eh tunggu dulu, ini maksudnya dia kasih tahu kamu langsung, berarti Sulthan telepon kamu, bukannya dia nggak punya nomor ponselmu?” Berarti dia mulai mencair, ”ucap Umi bahagia.“Es kali Umi cair!”“Maksud Umi apa sih, nggak ngerti!” ucapnya pura-pura tidak tahu.“Terus dapat dari mana dong nomor ponselmu?”“Dan yang paling mengesankan dia tidak mengabari Umi lagi tetapi langsung ke istrinya,” goda Umi Syifa.“Paling dapat dari Agnes, Umi,” sahu
“Umi!”“Umi ... sadar Umi, maafkan Ida sudah membuat Umi syok!” ucap Ida yang merasa bersalah karena telah membuat Umi Syifa hampir mau pingsan.“Iya, Sayang Umi nggak apa-apa,” ucap Umi pelan.“Mbak minum dulu airnya,” sahut Tante Mayang yang segera mengambilkan segelas air putih untuk Umi Syifa.“Terima kasih, May!” ucap Umi Syifa.“Maaf Umi, jangan sakit lagi Ida jadi takut kalau Umi sakit!” ucapnya sedih.“Nggak Sayang, Umi hanya syok saat kamu bilang tadi kalau Fina sudah berani datang ke rumah sakit, malah pas kamu sakit lagi, apa maunya dia itu!” sahutnya kesal.“Tapi bagaimana kamu tahu kalau dia itu Fina?” tanya Tante Mayang penasaran.“Ya saat dia bilang namanya Fina, dan teman kuliahnya dulu,” jawab Ida.Dia bilang kalau nanti saat Mas Sulthan ulang tahun dia ingin datang ke rumah ini untuk memberikan kejutan, gitu katanya Umi!” jelas Ida tersenyum.“Lah, terus kamu bilang apa, sama wanita itu?” tanya Tante Mayang penasaran.“Ya Ida bilang saja, nggak apa-apa kalau dia mau
Sebelum datangnya salat magrib mereka akan belajar mengaji. Ada dua puluh anak jalanan yang ditampung oleh Igbal.Mereka selain di sekolahkan juga diperkerjakan di sebuah warung makan yang dibuat oleh Iqbal, selain mendapatkan gaji mereka ikut membantu melayani pesanan.Iqbal membuka warung makan seperti nasi campur dan soto ayam, ada juga jajanan pasar. Rata-rata anak jalanan yang di tampung Iqbal adalah mereka yang tidak mempunyai orang tua , atau hanya ada salah satunya yang memang betul-betul membutuhkan pekerjaan untuk kehidupan sehari-harinya.Umi Salma yang juga mertua Iqbal sekaligus Uminya Agnes membantu mengawasi warung dan sesekali turun tangan memasak.Beliau walaupun sudah berusia lanjut, tetapi tenaga dan pikiran masih kuat dan awet muda, sehingga beliau mampu mengurus warung makan yang di dirikan oleh Iqbal.“Om, belajar ngaji juga ya di sini atau ada maksud lain?” tanya salah satu murid Iqbal yang terkenal keponya melebihi emak-emak gang depan kompleks.“Memang nggak