Share

Part 8

"Emm..., jujur ya, kalau menurut Mas lebih sexy-an kamu sih!" Walau Yanti hanya wanita simpanannya, Adi tak ingin membuat wanita itu tersinggung. Karena dia sudah sangat cocok dengan Yanti. Sebab, sudah sering ia ke sana kemari menikmati tubuh wanita tapi, pelayanan wanita ini tidak dia dapatkan di tempat lain. 

Namun setelah melihat foto Rani, tiba-tiba ia berubah pikiran. Lelaki buaya itu berencana melakukan sesuatu dengan memanfaatkan perasaan Yanti terhadap suaminya Rani. 

Yanti merasa sombong setelah mendengar pendapat Adi. "Bener 'kan? Sudah kuduga. Tapi kenapa Mas Irwan tidak pernah tergoda ketika melihatku ya, Mas?" Yanti berpikir sejenak. 

"Haa...." Adi terlonjak kaget saat meneliti wajah Rani, ketika Yanti tiba-tiba menepuk punggung tangannya. 

"Kamu, kenapa sih, Sayang?” Nampak ia terlihat kesal saat konsentrasinya terganggu. 

" Aku curiga, Mas, apa jangan-jangan...."

"Jangan-jangan apa?" Adi sedikit penasaran dengan kalimat Yanti yang terpotong. 

"Jangan-jangan si Rani itu pakai pelet lagi untuk memikat suaminya. Sebab sedikit pun Mas Irwan tak pernah melirik Yanti. Padahal 'kan Yanti cantik dan sexy."

"Hahaha...." Adi tertawa terbahak-bahak membuat Yanti kesal. 

"Iihh..., kok, Mas ketawa sih? Ngetawain aku, ya? Emangnya ada yang lucu?" Yanti merajuk seperti anak kecil. 

"Hahaha... Haa.. Ha.." Iya, Mas ketawa sebab ada yang lucu, tapi bukan ngetawain kamu, nggak! Tapi... Booong, hahahaa...." Ia masih saja tertawa. 

"Nggak.. Nggak, Mas cuma bercanda. Mas pikir kamu nggak percaya yang gitu-gituan."

"Maksud, Mas?"

"Wanita secantik dan semoderen kamu, masa iya percaya sama hal kaya gitu? Kita hidup di zaman moderen, Sayang! Hal-hal kaya gitu nggak ada lagi di zaman sekarang. Makanya tadi Mas ketawa," jelasnya. 

"Wanita ini bukannya pakai pelet tapi emang dasarnya cantik, tanpa make-up pun sudah kelihatan cantik," batin Adi. 

"Malah zaman sekarang, Mas, banyak wanita atau para istri memakai yang begituan supaya lakinya nggak tergoda sama wanita lain," terang Yanti. 

”Kok, kamu tau banget. Kamu pakai begituan juga, ya?"

"Enak aja! Ya enggak lah! Aku kan emang cantik dari sananya, nggak pakai yang begituan juga banyak yang lirik dan godain."

"Emm, iya percaya deh! Buktinya sekarang Mas lebih suka berduaan sama kamu daripada istri Mas!"

"Bener 'kan? Aku heran aja gitu, di daerah tempat aku tinggal cuma Mas Irwan yang nggak tertarik sama aku."

"Ya iyalah, gue juga kalau istrinya cantik kaya gini, mana bakalan ngelirik yang lain," batin Adi. 

"Semakin penasaran gue sama wanita ini!" Lagi, kata-kata itu hanya bisa diucapkannya di dalam hati. 

"Apa gue manfaatin aja, ya, si Yanti buat dapetin wanita ini?"

Seketika terlintas ide gila di pikirannya. Adi menghasut Yanti buat gencar mempepet suaminya Rani. Supaya bisa merebut wanita cantik itu. 

"Memang kamu sudah pernah menggoda suaminya?"

"Menggoda secara langsung sih, nggak pernah! Soalnya orang-orang di kampung itu nggak suka sama pelakor. Yang ada nanti aku malah jadi bulan-bulanan warga. Cuma baru sekedar tebar pesona aja."

"Kenapa kamu nggak berusaha pepet dia?" Adi semakin gencar menghasut Yanti. "Kalau kamu berusaha pasti akan ada hasilnya. Kata orang 'kan usaha tidak mengkhianati hasil."

Mendengar kalimat itu membuat Yanti semakin semangat. "Emangnya, Mas nggak cemburu aku dekat sama lelaki lain?"

"Ada sih, cemburu! Cuma kamu 'kan suka sama dia? Kalau suka, Mas nggak bakalan halangin, kok! Hubungan kita 'kan nggak sedalam itu! Masa, Mas harus menahan kamu untuk suka sama yang lain," ucap Adi santai. 

"Hubungan kita hanya simbosis mutualisme. Hubungan yang saling menguntungkan. Kamu perlu uang, Mas perlu pelayanan dari kamu yang tidak dapat Mas rasakan dari istri Mas. Jadi buat apa nahan perasaan kamu untuk suka sama yang lain," timpalnya lagi. 

Yanti hanya terdiam. Memang benar hubungan mereka seperti itu. Tetapi, walaupun seperti itu bagi Yanti, Adi adalah sosok pria yang ia kenal sangat royal dan mengerti dengan dirinya.

"Mas ada saran nggak supaya Mas Irwan ngelirik aku?"

Adi menyeringai. 

"Emm.., tunggu, Mas pikir dulu!" ucapnya bercanda membuat Yanti kembali mencubit pinggangnya yang polos. 

"Ahh.. Haa.., sakit, Yang!" jeritnya. 

"Habis, Mas sih! Dari tadi bawaannya bercanda aja." Yanti mengerucutkan bibirnya. 

"Mas, kan emang beneran lagi mikir ini!" 

"Oh, gitu ya?" Yanti merasa bersalah. 

"Emm, ah, Mas ada cara biar si Irwan-irwan itu ngelirik kamu!"

Adi menjelaskan suatu rencana kepada Yanti. 

"Mas jamin ini akan berhasil?" tanya Yanti ragu. 

"Iya, Mas yakin. Semua lelaki dewasa normal mana tahan kalau godaannya wanita sexy seperti kamu. Di depan mata pula." Adi berusaha meyakinkan Yanti. 

Yanti menganggukan kepala. "Bakalan Yanti coba."

"Bagus kalau Yanti berhasil memisahkan mereka berdua, gue bisa mendekati wanita ini. Setelah mendapatkan wanita ini, Salsa pun bakalan gue ceraikan," batinnya. 

Membayangkannya saja membuat hasrat Adi kembali muncul lagi. 

Cup.. 

Ia mengecup bib*r Yanti. Yanti langsung paham dan segera melakukan tugasnya. Dan terjadilah kembali adegan panas itu. 

****

Adi bersiap untuk pulang setelah puas bermain dengan Yanti, ia segera membersihkan diri. Karena sedari tadi handphone-nya terus berbunyi. 

"Mas, duluan ya? Ini buat kamu!" Sembari mengeluarkan uang lembaran berwarna merah dari dompet di sakunya. 

Mata Yanti langsung segar ketika melihat lembaran uang itu. "Makasih ya, Mas!" ucapnya dengan nada semanis mungkin. 

"Sama-sama, Mas pulang dulu, ya. Nanti istri Mas tambah curiga." Adi mencium pucuk kepala Yanti yang masih berbalut selimut.

Adi keluar meninggalkan Yanti seorang diri di kamar itu. 

Kini Yanti hanya sendiri, ia enggan untuk beranjak dari kasur. Ia masih memikirkan rencana yang dikatakan Adi barusan. 

"Apa mungkin bisa berhasil, ya? Apalagi sekarang 'kan orang-orang kampung nggak mudah lagi untuk percaya kalau tidak ada buktinya," gumamnya. 

Dia terus saja memikirkan hal itu sampai-sampai membuat kepalanya pening. 

"Dah lah, nanti aja pikirin itu. Sekarang waktunya mandi dan kita nikmati uang dari Mas Adi buat shoping dan makan-makan."

Yanti bersiap mandi. Dengan hati riang gembira dia bersenandung di dalam kamar mandi. Ia mematut dirinya di cermin. Memperhatikan setiap lekuk tubuhnya yang tak berbalut apa-apa, membuat keinginannya untuk merebut Irwan dari Rani semakin menggebu. 

"Sebentar lagi, tubuh molek ini akan menjadi milikmu, Mas irwan," gumamnya. 

Suara gemericik air menandakan aktifitas mandinya baru di mulai. Dua puluh menit kemudian, Yanti keluar kamar mandi. Ia bersiap merias diri. Merasa puas dengan hasil polesannya. Yanti kembali merasa tinggi hati. 

"Seandainya kamu sedikit saja melirik aku, Mas, sudah bisa dipastikan kamu akan kelepek-klepek dengan wajah cantik dan body aduhai-ku," ucapnya pede. 

Yanti terkejut ketika di loby hotel bertemu dengan seseorang. Matanya membelalak. 

Bersambung.... 

***

Hayo...! 

Siapa ya? Yang sedang dilihat Yanti? Ada yang bisa nebak? 😁

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status