Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 17Seketika tubuhku lemas saat mendengar Ibu berbicara seperti itu. Selemah itukah diriku di mata Ibu? sampai aku tidak punya hak untuk menyuarakan apa yang ku suka dan apa yang tidak.Ini tempat tinggalku, aku yang membayar sewanya, jadi aku memiliki hak untuk menentukan siapa saja yang boleh tinggal di rumah ini.Aku menerima Ibu, tetapi tidak untuk Bang Adi dan keluarganya, mau di kata kejam atau tidak punya hati pun aku tak peduli. Yang jelas aku tidak ikhlas memberi tempat tinggal dengan orang yang sudah merampas hak Bapak, walaupun itu Abang kandungku sendiri.Mengapa Bang Adi hanya datang saat dia susah saja? kemana dia ketika berada di puncak kejayaannya kemarin?Padahal dia masih memiliki dua adik yang hidupnya lebih mapan dari pada aku, Bang Harun dan Bang Jejen Mengapa tidak datang kepada mereka saja?"Bangun, bangun!" aku mengguncang keras tubuh Bang Adi.Bang Adi hanya menggeliat, dia menepis lenganku. beberapa s
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 18"Ya sudah, kalau kamu mau jadi tukang cuci demi belain anakmu itu, pergi saja dari sini jangan ganggu aku sama Yusup!" Bapak menimpali ucapan Ibu."Oh begitu, baru bisa nyari duit sedikit aja kamu sudah bisa mencuci pikiran Bapakmu!""Apa Bu? kenapa aku yang disalahkan?""Gak usah pura-pura t*lol, gak nyangka aku kelihatannya aja polos, tapi memprovikasi Bapak sendiri buat ngusir, ingat Yusup, aku ini Ibumu, wanita yang sudah berjuang bertaruh nyawa agar kamu lahir ke dunia, baru senang sedikit aja sudah berani ngusir. Sampai kapanpun kamu tidak akan sukses karena durhaka pada Ibu.""Yusup minta maaf Bu, sedikit pun Yusup tidak pernah ada niat seperti itu.""Basi, dasar munafik!"Bapak mengedipkan matanya padaku sebagai isyarat agar aku tidak menimpali lagi ucapan Ibu.Setelah mereka datang, aku tidak lagi memiliki kamar, karena tempatku dikuasai oleh Bang Adi.Dengan terpaksa aku tidur di kamar Bapak, dan melakukan bebera
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 19"Harun, kamu kenapa?""Apa yang sakit?""Mau makan apa?""Sudah lama kamu sakit begini?"Ibu terus memberi pertanyaan, Bang Harun tak menjawab apapun, dia hanya merintih kesakitan."Yusup, ambilkan air hangat, cepat!" titah Ibu padaku.Aku langsung berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air putih."Ada apa ini ribut-ribut!" tanya Bapak yang baru keluar dari kamar."Kenapa dia?" sambung Bapak setelah melihat Bang Harun yang terbaring lemah"Harun sakit Pak, kasian dia.""Mana istrinya?""Langsung pulang lagi barusan.""Giliran kayak gini aja baru ingat pulang, pas sehat banyak uang sama orang tua aja gak ingat!" Bapak kembali masuk ke kamar."Bapak ini kenapa sih? marah-marah di waktu yang tidak tepat, emang gak kasian lihat kondisi anak sendiri kayak gini?""Dia juga gak pernah kasian sama orang tua."Bang Adi tiba-tiba tertawa lalu berbicara "Ini azab karena kamu serakah Harun, udah lah Bu, pulangin aja ke Istrinya, ga
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 20Bimbang, itu yang kurasakan. Hati sudah tidak merasa nyaman tinggal di rumah ini, apalagi dengan suasana yang bisa dikatakan cukup kacau.Apa aku salah jika keluar dari rumah ini meninggalkan mereka? Tidak apa harus kembali mengeluarkan uang untuk menyewa rumah lain asalkan hati dan pikiran merasa tenang.Hari ini aku berencana akan mengunjungi guru ngajiku, orang lain biasa memanggilnya Ustad Dzikri.Jika bukan karena nasihat beliau aku tidak akan sesabar ini, bahkan pernah hampir terjerumus ke dalam pergaulan bebas.Dulu, saat Bapak mengatakan tidak bisa membiayaiku untuk melanjutkan sekolah, aku pernah pergi meninggalkan rumah selama beberapa hari. Tidak sengaja bertemu dengan Ustad Dzikri, beliau membawaku pulang ke rumahnya, memberikan banyak nasihat padaku hingga akhirnya aku sadar bahwa jalan yang kupilih salah. Aku bisa berlapang dada, dan menerima kenyataan aku memang tidak seberuntung ketiga Kakakku.Beberapa
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 21"Yusup, gimana, masa kamu gak mau bantu Abangmu sendiri sih?" Ibu kembali bertanya."Ya udah, ayo ke rumah sakit sekarang!"Hati nurani mengatakan agar aku membantunya, pikirku Bang Harun juga memiliki BPJS, yang bisa meringankan biaya, walaupun tagihannya pasti menunggak karena sudah beberapa bulan menganggur."Gimana? pasien mau dibawa ke rumah sakit?" tanya Dokter."Iya Dok.""Mau diantar? kebetulan kami ada ambulan, nanti di dampingi petugas medis kami untuk membantu di sana.""Untuk ongkos ambulannya berapa Dok?""Ke rumah sakit terdekat dua ratus ribu.""Ya sudah, saya siapkan surat rujukan terlebih dahulu ya, agar pas di UGD nanti langsung ditangani!" ucap Dokter.Surat rujukan sudah selesai dibuat, Bang Harun langsung didorong keluar menggunakan kursi roda lalu dinaikkan ke dalam mobil ambulance yang sudah siap.Kami pun langsung berangkat menuju rumah sakit, di dampingi seorang Perawat dari Klinik."Apa pasien mem
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 22Saat sedang melihat keadaan Ibu terdengar suara yang memanggilku, gegas aku keluar. Rupanya yang datang adalah Mbak Sri, pemilik warung langgananku saat masih tinggal di sini."Iya Mbak, ada apa?""Ini maaf, saya mau nagih, soalnya hutangnya udah gede banget."Aku mengernyitkan dahi "Hutang, hutang apa ya Mbak?""Supaya lebih jelas, ini saya kasih catatannya aja!"Mbak Sri memberikan buku yang ia pegang, aku langsung membukanya. Dalam buku tersebut tertulis dengan jelas catatan hutang yang jumlahnya hampir mencapai dua juta rupiah.Selain nominal, Mbak Sri juga menulis dengan jelas barang dan siapa yang datang mengambilnya.Dari catatan itu, ternyata rokok yang mendominasi semuanya, nama Bang Adi dan Bang Harun yang tertulis di sana."Maaf, saya minta segera dilunasi, karena mereka mengatakan Yusup yang akan melunasinya!""Mbak maaf sekali ya, bolehkah saya meminta waktu untuk berbicara dulu pada Abang-Abang saya? masalahn
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 23Tidak sengaja mata kami saling bertemu, Yumna langsung menunduk saat melihatku.Sakit, itu yang aku rasakan, salahku sendiri yang sudah terlalu berharap. Selama ini Yumna memberikan respon hangat seolah-olah menunjukkan aku ada dihatinya.Ingin rasanya aku pergi saat ini juga, namun alasan apa yang harus aku sampaikan pada Arif, karena tidak mungkin aku menceritakan kedekatanku dengan Yumna selama ini.Sebagai sahabat harusnya aku turut bahagia apalagi Arif adalah orang yang sangat berjasa dalam hidup karena dia sudah banyak menolongku.Saat orang lain asik menikmati hidangan aku memilih keluar untuk sejenak menenangkan hati yang sedang luluh lantah ini."Sup, kok gak makan?" Arif tiba-tiba menyusulku keluar."Oh, udah kenyang, kebetulan tadi sebelum berangkat aku udah makan.""Oh gitu, tapi kamu gak apa-apa kan?""Emang kenapa?""Enggak, cuma kayak ada yang aneh aja.""Oh, iya aku hawatir sama Bapak, kamu tahu sendiri kan
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 24"Kenapa kamu masih di sini? kejar Arif, jelaskan semuanya!" ucapku pada Yumna.Yumna menggeleng pelan."Aku tidak mau hubungan persahabatanku hancur hanya karena kesalahan pahaman ini!"Kami menjadi pusat perhatian pembeli, aku menjadi tidak enak hati dengan keadaan ini. "Ada apa Sup?" "Nanti Yusup jelaskan ya Pak!"Dengan situasi yang masih canggung, aku melanjutkan aktivitas melayani beberapa pembeli, sementara Yumna pergi dengan sendirinya.Karena ada hal yang harus aku jelaskan pada Bapak juga meluruskan semuanya pada Arif, hari ini toko tutup lebih awal.Bapak masih belum paham dengan apa yang terjadi antara aku, Arif dan Yumna."Pak, Yusup mau jelasin yang tadi," ucapku."Sebenarnya kamu ada masalah apa sama Arif? jangan bilang hanya karena seorang perempuan hubungan persahabatan kalian hancur."Aku pun menjelaskan semuanya dari awal, tentang hubunganku dengan Yumna. Juga Arif yang tiba-tiba memintaku untuk datang