Nasib si BungsuPart akhirAkhirnya aku memilih untuk tetap melanjutkan proses hukum, bagaimana pun Ibu dan kedua Abangku harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah mereka lakukan.Bukan apa-apa, karena ini sudah berurusan dengan nyawa, aku takut jika masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan, mereka akan melakukan sesuatu yang jauh lebih kejam dari ini.Kasus yang kualami menjadi viral, banyak media yang meliput dan mengikuti bagaimana perkembangan selanjutnya, mungkin karena mencakup hubungan antara Ibu dan anak, sehingga cukup banyak menyita perhatian.Aku mendapat berbagai macam komentar, dari yang mendukung keputusanku sampai ada yang kontra dengan jalan yang kupilih.Masalah ini cukup menyita waktu, hingga akhirnya hakim membacakan vonis hukuman pada Ibu, Bang Adi dan Harun, mereka semua harus mendekam dibalik jeruji besi kurang lebih selama 20 tahu untuk menebus kesalahan yang sudah mereka lakukan."Apa kamu tidak sadar Yusup, Ibu itu sudah tua renta, tidak sampai dua pu
Nasib si Bungsu.(Saat masa jaya orang tua telah habis)."Jadwal kontrol Bapak tiga hari lagi, kamu sudah dapat uang buat biaya rental mobil?" tanya Ibuku saat aku baru saja pulang."Yusup usahain ya Bu, semoga ada rezekinya," jawabku. Sambil melepas jaket yang selalu menemaniku mencari rupiah."Kalau gak ada ya udah, gak apa-apa. Paling Bapakmu teriak-teriak kalau lagi kumat karena obatnya habis!" ucap Ibu sambil berlalu pergi.Aku tahu Ibu pasti kecewa, lalu bagaimana lagi, aku sudah berusaha keras, dalam hati aku merasa gagal. Uang sebesar lima ratus ribu saja tidak mampu aku cari. Mungkin bagi orang lain tidak seberapa, tapi untukku yang hanya berprofesi sebagai ojek online uang lima ratus ribu sangatlah besar. Apalagi akhir-akhir ini orderan sangat sepi tidak seperti biasanya.Aku duduk termenung di atas sofa lusuh, mataku menatap tiga bingkai besar yang terpajang di dinding, foto ketiga Kakakku saat wisuda. Mereka terlihat sangat gagah dengan toga yang dipakainya.Aku adalah bu
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 2.[Abang gak bisa kasih banyak, cuma ada seratus lima puluh ribu, mana nomor rekening kamu, Abang kirim sekarang][Terima kasih banyak Bang, aku gak punya rekening, paling ke G*pay atau D*na gimana?][Ya udah ke D*na aja, mana nomornya?]Dengan cepat aku pun mengirimkan nomor dompet digital milikku, tidak lupa kuucapkan banyak terima kasih kepadanya.[Sudah ya]Bang Adi mengirimkan bukti tranksaksi berhasil.[Jangan mentang-mentang sekarang sudah dibantu, kedepannya kamu seenaknya minta duit sama Abang, ingat Abang itu bukan bujangan seperti kamu, kalau sudah punya Istri nanti juga ngerti gimana rumit dan sensitifnya masalah uang][Iya Bang, maaf sudah merepotkan, aku janji kalau dapat rezeki lebih akan aku ganti] Balasku.Tidak mengerti kepada mereka semua, padahal aku meminjam uang bukan untuk kebutuhan pribadiku, tapi untuk Bapak, orang tua mereka sendiri yang sudah berjuang mati-matian mengantarkan mereka sampai menjadi
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 3Seperti kebetulan, tidak lama ponselku berdering, ada panggilan masuk dari Bang Adi."Yusup, kamu harus tanggung jawab!" ucap Bang Adi langsung.Aku mengernyitkan dahi, tidak mengerti apa yang Bang Adi katakan."Tanggung jawab apa?""Gara-gara kamu minta uang, Abang bertengkar hebat sama Mbak Mila, dia sekarang pergi dari rumah, dan mengancam akan menggugat cerai Abang.""Gara-gara uang seratus lima puluh ribu yang Abang kirim bukan?" "Iya, pokoknya kamu harus tanggung jawab,""Ya sudah, aku kembalikan uang yang Abang kirim ya, tunggu sebentar, aku kirim sekarang juga!""Awas saja, kamu jangan sekali-kali berani minta uang lagi dengan alasan Bapak, Abang tahu itu hanya akal-akalanmu saja. Bapak masih sehat kok, masa gak kuat naik motor, kalau memang gak sanggup ke Rumah Sakit, ya sudah kontrol ke Puskesmas saja!""Makanya Bang Adi sekali-kali datang, jenguk Bapak, lihat keadaannya sekarang, biar Abang tahu kondisi Bapak se
Nasib si Bungsu.(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 4Cepat aku bangkit, dengan ilmu bela diri silat yang kumiliki aku lawan mereka semua. Beruntungnya mereka tidak membawa senjata tajam untuk melukai korbannya.Atas pertolongan Allah aku bisa melawan, jika dipikir secara logika rasanya tidak mungkin bisa melawan 4 orang sekaligus.Setelah berhasil dikalahkan, mereka pun langsung melarikan diri. Jalan yang aku lewati ini memang sepi jika sudah larut malam sangat jarang ada kendaraan yang melintas.Saat SMP, aku memang mengikuti beberapa ekskul, salah satunya silat, dan kemampuanku bisa dianggap unggul dibanding yang lain sehingga aku ditunjuk untuk mengikuti beberapa kompetisi, dari mewakili sekolah sampai membawa nama Kabupaten."Kalau kamu berlatih serius, tidak menutup kemungkinan kamu bisa maju sampai tingkat Nasional," begitulah ucap Pak Aman, pelatihku.Beberapa kejuaraan berhasil aku menangkan, karena itu aku mendapat undangan untuk masuk SMA favorit melalui jalur pr
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 5."Pak, Ibu emangnya punya ongkos? rumah Bang Adi kan jauh?""Jangan dipikirin Sup, mending kamu istirahat aja biar cepat sehat."Hari sudah terang, dan aku baru sadar Bapak belum sarapan apalagi minum obat."Mau kemana Sup?""Nyiapin makan, Bapak harus sarapan terus minum obat.""Tidak usah Sup, Bapak sudah bilang, Bapak ini sudah tua, sengaja gak mau minum obat supaya cepat mati, Bapak gak mau jadi beban kamu terus.""Bapak gak boleh ngomong gitu Pak, emangnya Yusup pernah ngeluh?""Maafin Bapak ya, Bapak sebenarnya malu Sup, Abang-Abang kamu gak pernah dibawa hidup susah, tapi kamu mau sekolah aja gak bisa, dan sekarang yang harus kerja keras buat Bapak sama Ibu malah kamu.""Bapak doain aja ya, supaya Yusup digampangkan dalam mencari rezekinya, Yusup ikhlas kok Pak, kata guru ngaji Yusup, Ridha Allah terletak pada Ridha orang tua.""Maafkan Ibumu juga ya Sup, sampai sekarang dia belum bisa ikhlas menerima kenyataan dan s
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 6Karena tidak tega meninggalkan Bapak, aku memilih untuk di rumah saja, semoga saja esok atau lusa Ibu kembali pulang."Badanmu udah enakan Sup?" tanya Bapak, sambil memijit pelan lututnya."Alhamdulilah udah, tapi kayaknya Yusup belum bisa narik Pak.""Memangnya Bapak nyuruh kamu narik?""Yusup mau ke warung, Bapak mau nitip dibeliin apa?""Tidak usah Sup, kayak punya uang aja kamu.""Kalau untuk makan in syaa Allah ada Pak.""Bapak gak mau apa-apa, yang penting kamu beli beras aja biar kita bisa makan.""Yusup ke warung dulu ya Pak.""Iya Sup."Aku pergi ke warung untuk berbelanja, menggunakan uang yang diberikan Arif kemarin, satu kilo beras, satu kantong sayur sop, dan satu papan tempe."Mbok, aku mau beras sekilo, sayur sop sebungkus, sama tempe 1," ucapku pada Mbok Sumi, pemilik warung."Ibumu kemana Sup? tumben kamu yang belanja?" tanya Mbok Sumi."Oh, lagi nginep di rumah Bang Adi, Mbok.""Ibumu pasti betah di sana
Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 7Setelah mendapatkan apa yang dia mau, Bang Adi langsung pergi, tanpa mengucap terima kasih atau hanya sekedar kata pamit.Bapak mendengus kesal, sorot matanya menunjukkan ada amarah yang bergejolak."Tati, dari dulu kau memang tidak berubah, keras hati, tidak pernah bisa menghargaiku!" Bapak mengarahkan jari telunjuknya pada wajah Ibu. "Bapak mau marah? ya marah saja! lagian jadi orang tua kok gak mau dukung anaknya, Adi itu mau usaha Pak, kalau dia sukses kita juga yang enak.""Enak dari mananya? apa selama ini yang memberi makan kita si Adi?""Kan Adi punya anak Istri ada keluarga yang harus dia nafkahi.""Awas saja, kalau si Adi sampai ingkar dari tanggung jawabnya apalagi rumah ini sampai di sita Bank, kamu yang harus bertanggung jawab. Anak itu benar-benar tidak ada akhlak, sudah aku sekolahkan tinggi-tinggi menghormati orang tua saja tidak bisa!""Bapak ini maksudnya apa sih? jelek-jelekin Adi terus?""Kamu gak sada