"Pipi kamu gimana? Nanti orangtua kamu nanyain," ucap Raka. Mereka sekarang sudah di depan rumah Nayla. Tangannya membuka helm di kepala Nayla.
Sejenak Nayla terdiam, mendengar sebutan Aku-kamu. Raka merubahnya, dan itu terdengar manis.
"Nggak papa, nanti aku bisa cari alesan.""Nih." Tiba-tiba Raka memberikan paper bag berisi ponsel merk terkenal.
"Handphone?" Nayla membuka yang diberikan Raka. "Kirain tadi kita mampir ke konter beli handphone kamu."
Raka tertawa, "Nggak, punyaku masih bagus. Itu buat kamu," ucap Raka.
"Aku nggak mau, ini mahal." Nayla menyodorkan lagi, tapi cowok itu menggeleng.
"Handphone kamu kan rusak, jadi gimana aku mau hubungin kamu?" ucap Raka. Nayla tidak melihat saja ekpresi Raka saat menelpon nomornya tapi nggak nyambun
"Hai, Raka." sapa Ellena. Dia menghadiri party yang diadakan oleh keluarga Ciputra. Ayah Raka mengadakan party untuk perusahaannya disalah satu hotel berbintang.Raka yang berdiri menoleh kebelakang mencari suara itu "Ellena.""Gue bener-bener nggak bisa ngenalin lo tadi, dengan pakaian formal kaya gini. Dasi sama jasnya perfect lo pakai." Ellena menatap keseluruhan Raka."Lo juga like princess dengan gaun itu." Raka basa-basi. Ia menatap Ellena menggunakan gaun berwarna gelap, membentuk lekukan tubuhnya. Sangat sexy. Sayang, Raka sama sekali tidak tertarik. Baginya Ellena hanya masa lalu."Wau! Thanks buat pujiannya," ucap Ellena. Dia menyelipkan rambutnya ke belakang kuping. Tersipu."So what are you doing? Kirain gue lo nggak bakalan datang ke acara seperti ini, walaupun keluarga lo yang buat.""Bokap gue maksa. Dan kay
"Raka... Kirain gue lo nggak akan dateng lagi ke tempat ginian." Doni melihat Raka langsung semangat merangkul temannya itu duduk di sampingnya. "Masih inget pulang ya," ledek Doni. Raka tersenyum kecut."Lo dari mana pake baju formal," cibir Doni melihat penampilan Raka. Sangat berbeda, terlihat keren. "Jangan bilang pakaian lo ini sengaja, biar lo kelihatan paling ganteng diantara kita." Ujar Doni sinis. Lalu meraih gelasnya ke mulutnya."Lo bahagia banget gue dateng. Nggak ada lagi yang ngasih lo free minum ya," cibir Raka dengan santai."Yaelah, lo pikiran negatif mulu sama gue. Semenjak lengket sama Nayla, lupa lo sama soulmate lo satu ini," balas Doni dengan manja yang dibuat-buat. Raka bergidik ngeri.Raka duduk di salah satu sofa di bawah lampu yang remang-remang. Terlihat Erga dan Mike berjoget menikmati dentuman music yang dimainkan disk joki
Pagi itu Nayla mulai sibuk mencari baju apa yang akan digunakan untuk date pertamanya dengan Raka. Seluruh isi kamarnya ia bongkar."Masa nggak ada baju yang cewek banget gitu. Kaus, kaus lagi." Nayla melempar-lempar baju ke atas tempat tidur dengan kesal.Di atas tempat tidurnya sudah ada beberapa setelan baju yang sudah disatukan.Tok! Tok!"Astagaaa. Nayla kenapa kamar kamu berantakan sekali?" ibunya mengerling. Kamar anak gadisnya berantakan bak kapal pecah."Maa. Nayla lagi buru-buru. Nanti Nayla beresin ya. Nayla mau pergi," kata Nayla, tangannya berkacak pinggang menatap serentetan baju yang di atas kasurnya."Dengan siapa? Cowok kah?"Nayla tersenyum malu-malu pada wanita yang melahirkannya. Tebakan ibunya bena
Raka menghentikan motornya di depan gerobak ketoprak, entahlah dia semakin suka makan ketoprak. Apalagi saat makan berdua dengan Nayla."Pak, ketoprak dua," pesan Raka."Siap, tunggu sebentar ya."Mereka duduk bersampingan di bangku panjang, tak berapa lama pesanan mereka datang."Makasih," ucap Nayla. Ia mengaduknya lalu memasukkan ke mulutnya."Kita sudah dua kali makan ketoprak, kamu suka banget ya makan ketoprak. Kenapa?" Kadang Nayla bingung, Raka kan tajir ya tapi nggak pernah bawa ke restoran berbintang gitu."Kamu nggak suka?" Raka mengusap bibir Nayla yang ada bumbu kacang dengan tangannya."Suka," jawab Nayla cepat, karena kamu selalu memperhatikan aku saat makan. Seperti ini. "Kamu suka juga kan?"
"Nayla... " panggil Beca. Beca dan Tina berjalan mendekati mereka. Mata Tina tidak lepas dari Reno yang asyik menatap Nayla."Kalian udah selesai?" tanya Nayla."Udah, Bu Maya cuma minta tolong bantu periksa tugas kita kemarin. Ka Bagas belum dateng?" tanya Beca, lalu melihat Reno di samping Nayla."Belum. Makanya gue main basket sama Reno." sahut Nayla."Hati-hati, Ra--"Nayla menutup mulut Beca dengan tangannya. "Raka tahu bisa ngamuk." Ucapan itu keluar di balik tangan Nayla."Hati-hati apa?" tanya Reno penasaran, melihat Nayla dan Beca sikut-sikutan."Ka Bagas," jawab Nayla cepat, "Ka Bagas, kakak gue bawel." Nayla menggigit bibirnya."O. Yaudah gue ke sana ya. Gue sama anak-anak mau latihan basket." Reno pergi membawa bola basketnya."Eh, Ren. Mau minuman." Tina menawarkan minuman botol yang dipegangnya be
"Tante mau masak apa?" Beca menemani ibu Nayla di dapur. Sepertinya mereka sudah semakin dekat. Beca gadis ceria yang mudah untuk beradaptasi dan ibu Nayla juga orang yang welcome dengan siapapun kawan Bagas dan Nayla. "Beka, suka makan apa?" tanya Ayu melihat Beca, sudah umur kepala 4 wanita itu masih terlihat cantik dan segar. "Beka nggak pilih-pilih makanan kok Tante. Semuanya suka." Beca membuntuti Ayu kemanapun dengan senyum yang riang. Nayla yang duduk di ruang makan melirik Beca sambil menggeleng kepala. Baru tahu Beca penghuni dapur kirain pemalas. "Kalau gitu tante masakin capcay, kesukaan Bagas. Kamu pasti suka." Ayu mengambil sayuran dari kulkas. Beca mengangguk dengan senyum lebar, pendekatan sama carmer itu nggak boleh nolak. Di kasih kodok goreng juga cewek itu mau aja. "Iya Tante, suk
Pukul 7 malam Ayu sudah mempersiapkan makanan di atas meja dengan berbagai menu. Sedangkan Nayla sedang cemas menunggu kedatangan Raka, Beca berhasil menghasut Nayla untuk mengajak Raka. Yang paling antusias Beca, lihat saja cewek itu terus menggoda Nayla dengan matanya. "Udah nggak usah panikan, udah kayak mau di lamar aja," ujar Beca setelah mengelap piring dan diletakkan ke atas meja. Nayla mendelik padanya. "Seriusan lo udah punya pacar? Entar temen doang, lonya aja yang baperan." Bagas muncul di ruang makan dan langsung duduk. "Ih Ka Bagas... Maa Ka Bagas tuh." Nayla bersedekap dada dengan wajah cemberut. Kali ini ibunya tidak membela, malah ikutan tertawa den
"Lo nggak beneran pergi sama dia kan, La?" Tina menekan suaranya, matanya tajam pada Nayla. Seakan memberi peringatan. "Apaan sih tiba-tiba horor," ketus Nayla memutar bola matanya lalu menyedot minuman. "Lo kan bisa minta Raka anterin," lanjut Tina di sampingnya. "Raka kuliah. Dia sering anter jemput gue ngorbanin mata kuliahnya, so what's? Reno cuma ngawanin." Tina berdiri dari kursinya dan melihat Nayla, "Kadang gue nggak ngerti jalan pikiran lo," ucap Tina dengan dingin. "Yang gue bingung dan yang mau gue tanyain dari dulu. Lo sebenarnya ada hati sama siapa? Raka atau Reno?" serang Nayla dengan bola mata ke depan melihat Tina. "Yang jelas gue nggak kaya lo, nggak punya pendirian," hardik Tina kemudian pergi. Membuat Beca dan Rangga ka