Share

2. Pencarian

Author: MY Ansori
last update Last Updated: 2023-04-22 15:58:02

Sebulan telah berlalu, namun pencarian belum membuahkan hasil.

"Nona, hari sudah petang, sebaiknya Nona pulang," seseorang mengingatkan Samantha karena dia sudah seharian berada di dermaga.

"Tidak, Tuan. Saya akan terus menunggu sampai Ayah saya kembali," Samantha menoleh kepada pria yang mengajaknya bicara.

"Saya mengerti ...."

"Anda tidak mengerti, Tuan!"

Pria itu kaget ketika dibentak oleh seorang gadis remaja.

"Anda menginginkan saya menyerah?" Samantha bangkit berdiri. "Tentu saja anda senang ketika tahu jika ayah saya menghilang."

"Apa maksud, Nona?" Pria itu menatap Samantha dari tempatnya duduk.

"Karena anda akan naik jabatan."

Pria yang diajak bicara tampaknya tidak senang jika Samantha bicara demikian. Wajahnya tampak memerah.

"Saat ini anda masih menjadi wakil dari Syahbandar Pelabuhan," Samantha mulai menegaskan maksud pembicaraannya, "di kemudian hari anda ingin kan menggantikan ayah saya?"

Orang itu pun berdiri dari kursi panjang yang sengaja diletakkan di sana kemudian bicara keras, "jaga mulut anda!"

Sontak orang yang sedang lalu-lalang di dermaga memperhatikan percakapan kedua orang itu. Kuli panggul yang tengah memikul karung besar, berhenti sejenak.

"Hei, kenapa kau melihatku, pergi!" si Wakil Syahbandar tidak senang ketika diperhatikan.

Samantha kembali mengarahkan pandangan ke laut lepas. Angin kencang yang berhembus menggoyangkan gaun yang dikenakannya. Topi berpita di kepala pun nyaris lepas karena hembusan angin.

Samantha tidak menyadari jika topi itu memang sudah enggan bercokol di kepala. Angin sore itu memang kencang, topi yang dikenakan pun terbang.

Samantha tidak terlalu peduli dengan topinya. Dia masih emosi.

Namun, mata gadis itu tertuju pada seorang pria bertubuh sedang. Dia laki-laki Eropa satu-satunya diantara kerumunan warga Melayu yang tengah bersiap untuk melepas sauh.

"Ini, topi milik anda, Nyonya."

Samantha menatap lelaki berkulit kemerahan di depannya. Jika dibandingkan dengan si Wakil Syahbandar, kulit orang itu lebih gelap. Walaupun, tidak segelap orang-orang Melayu yang menemaninya.

"Terima kasih, Tuan ...."

"James, nama saya James."

"Terima kasih, Tuan James. Saya ...."

"Anda Nona Samantha, kan? Saya tahu siapa anda. Koran menyebutkan nama anda. Kini anda terkenal."

Orang yang berada di sisi Samantha nampaknya tidak suka. "Apa maksudmu? Nona Samantha sedang dilanda kemalangan."

"Kenapa anda marah, Tuan? Bukankah anda senang ketika Tuan Syahbandar menghilang?"

"Jaga mulutmu!"

"Tuan, semua orang di pelabuhan ini ... ah, mungkin semua orang di Singapura tahu isi hatimu ...."

Laki-laki berseragam seperti admiral itu pun naik pitam. Dia mendekati James kemudian melayangkan sebuah pukulan.

Samantha kaget. Dia hanya bisa berteriak-teriak ketika melihat orang bergumul di depannya.

Tubuh James memang tidak terlalu tinggi untuk ukuran orang Eropa. Namun, lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang Melayu dan Cina yang menghuni kawasan itu. Terlihat sekali James kewalahan menghadapi si Wakil Syahbandar.

"Bajingan! Seenaknya saja kau menuduhku sembarangan!"

"Aku tidak menuduhmu!" seraya menahan pukulan.

"Seharusnya kau enyah dari tempat ini. Dasar pemburu serangga!"

Samantha agak heran dengan umpatan dari si Wakil Syahbandar, 'pemburu serangga'. Batin gadis itu sempat mempertanyakan julukan itu. Memang terdengar aneh dan merendahkan. Bagaimana pun 'pemburu harimau' lebih bergengsi dibandingkan 'pemburu serangga'.

"Hiaaa!" orang-orang menyoraki perkelahian dua pria kulit putih itu.

Samantha tidak habis pikir dengan cara berpikir para lelaki. Ketika ada orang yang berkelahi, malah diteriaki. Bagi mereka, tampaknya ini menjadi hiburan langka di tengah kejenuhan bekerja.

"Hentikan!"

Ketika ada petugas keamanan datang, penonton kecewa. Artinya, belum bisa ditentukan siapa pemenangnya.

"Ah, tidak seru," ujar seorang pria Cina yang nyaris saja memasang uang taruhan.

Petugas keamanan meringkus James. Orang-orang yang semula menyertainya tidak bisa berbuat banyak. Samantha mengerti kenapa petugas keamanan akan menjadikan pria berkemeja putih nan lusuh itu sebagai tersangka, 'padahal dia hanya membela diri', pikir Samantha.

James pun memilih menuruti keinginan petugas keamanan untuk membawanya ke Pos Keamanan. Sebuah bangunan kecil yang dibangun tidak jauh dari bibir dermaga.

Samantha tidak tahu harus berbuat apa.

"Nona, tolong Tuan James, dia harus segera berangkat," seseorang menyadarkan apa yang harus dia lakukan.

Samantha terdiam.

"Nona, saya mohon. Kami tidak punya banyak waktu." Mereka yang semula berkerumun, kini mendekati Samantha satu per satu.

Mata mereka terkesan memelas. Bahkan ada diantara mereka merunduk, nyaris bersujud untuk memohon.

"Hei, tidak usah melakukan itu," Samantha memegang bahu orang tersebut.

Hal yang membingungkan bagi Samantha. Satu sisi dia tidak ingin turut campur urusan orang lain. Terlebih orang yang baru dikenalnya.

"Tapi, aku memiliki syarat," Samantha menatap sekumpulan laki-laki Melayu itu.

"Apa pun itu, karena kami bisa kehilangan pekerjaan jika Tuan James batal berangkat ke Borneo."

"Borneo?"

"Ya, kami hendak ke sana."

Samantha menoleh ke arah pos penjagaan. James masih tertahan di sana.

"Baiklah, aku akan meminta mereka untuk membebaskan laki-laki itu."

Samantha datang ke pos pengamanan. Petugas jaga berdiri menyambut Samantha. Orang-orang itu tampaknya menghormati Samantha karena gadis itu putri dari syahbandar. Para pekerja pelabuhan tampaknya tidak bisa melupakan begitu saja jika orang tua Samantha adalah orang nomor satu di tempat itu.

"Saya menjadi jaminan orang ini. Tolong bebaskan dia."

James menoleh kepada Samantha. "Anda tidak perlu repot-repot melakukan ...."

"Anda jangan berpikir jika ini cuma-cuma."

James terheran-heran.

"Aku ingin ikut bersama kalian."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Negeri Tanpa Penghuni   109. Akhir

    Berbulan-bulan kemudian ...***Samantha dan James kembali melakukan perjalanan ke pedalaman hutan Borneo. Bukan tanpa tujuan, justru mereka ke sana untuk dua tujuan. Kali ini, mereka mempersiapkan banyak hal. Menggunakan tiga perahu yang bisa memuat banyak barang, akhirnya rombongan berhasil mencapai danau sebagai habitat kelelawar raksasa. Tujuan utama dari James, menangkap si makhluk eksotis untuk dijadikan koleksi. Dimana misi sebelumnya mereka gagal membawa pulang hewan liar nan langka tersebut. "Ah, aku tidak menyangka jika akan kembali lagi ke tempat ini," Samantha menghela nafas panjang. Kedua tangannya memegang pinggang sambil meringis. "Sungguh tempat yang membuat aku rindu.""Ya, memang tempat yang mengundang kerinduan." James pun turun dari perahu kemudian menginjakkan kaki di atas tanah berumput. "Tapi, kali ini perjalanan terasa melelahkan dibandingkan pertama kali ke sini.""Karena sekarang kau tengah hamil." James masih tetap bicara ketus sambil menyiapkan senapan y

  • Negeri Tanpa Penghuni   108. Kemudian

    Sekitar satu tahun kemudian ...***Kala itu, akhir pekan nan ramai oleh orang yang melakukan hal sama. Kota Singapura, menjadi tempat persinggahan bagi Samantha dan James setelah melakukan perjalanan bersama mengelilingi pulau Sumatera. Kini, keduanya kembali menuju kota tersebut karena masih ada Nyonya Edmund sebagai orang tua yang biasa dikunjungi. Kedua sejoli menghabiskan waktu bersama di dalam kota sejak pagi. Selain mengunjungi taman kota, mereka pun sempat singgah di sebuah toko barang serba ada yang menyediakan banyak keperluan. "Nah, ini toko langgananku," James turun dari kereta kuda kemudian berdiri tepat di depan sebuah toko yang dijaga oleh seorang lelaki Cina. "Haia, selamat datang, Tuan." Si Pemilik Toko menyambut mereka dengan ramah. "Apa kabar, Tuan?""Lebih baik, dibandingkan terakhir kali aku datang ke sini."Pemilik toko itu tampaknya tidak terlalu ingat kepada James. Mungkin sudah begitu banyak orang yang datang ke sana serta ingatannya pun mulai buruk sehingg

  • Negeri Tanpa Penghuni   107. Tujuan

    Dalam benak Samantha, "sudah sejauh ini aku melangkah, maka aku harus menyelesaikannya," ketika Martin menodongkan senapan tepat di belakang lehernya. Hanya memiliki waktu beberapa saat saja untuk menentukan apakah bertarung sampai mati atau menyerah sebagaimana yang diinginkan pihak lawan. Kedua tangan gadis itu diangkat ke atas sambil menatap ke dalam ruangan gelap di bawah kabin. Belum bisa melihat bagaimana keadaan sang ibu, tetapi mendengar suara saja sudah bisa dipastikan jika wanita itu tidak baik-baik saja. "Martin, hentikanlah," terdengar suara parau dari Nyonya Edmund. "Kau boleh mengambil apa yang kau inginkan, tapi lepaskan anakku. Jangan kau sakiti dia."Martin tidak menghiraukan perkataan dari kakak iparnya. "Dia tidak tahu apa-apa."Samantha menantikan bagaimana sang paman bereaksi. Tetapi, bisa diduga jika Nyonya Edmund pun tidak tahu jika sang putri sudah tahu kebusukan pamannya tersebut. "Jika kau menginginkan harta itu, ambillah. Aku tidak membutuhkannya." Nyony

  • Negeri Tanpa Penghuni   106. Cepat

    Kapal Orion bergoyang-goyang setelah lubang menganga terbentuk di buritan bagian bawah. Dalam keadaan demikian, mistar layar bergoyang-goyang, membuat Samantha kesulitan menjaga keseimbangan. Ditambah, pinggang sebelah kanan gadis itu terluka. Darah membasahi bajunya sehingga berubah warna menjadi merah. Di buritan, ada seseorang yang siap menembak untuk kedua kalinya. Kali ini, dia bisa mengenali wajah orang itu. "Martin," batin Samantha berusaha memastikan jika orang yang akan membunuhnya adalah pamannya sendiri. Dor!Sekali lagi, suara senapan terdengar. Samantha berhasil mengelak dengan cara menggantungkan tubuhnya seperti seekor kelelawar. Kepala di bawah dengan kaki masih mengapit mistar layar. Tapi, tidak ada peluru yang mengenai tubuhnya. "Terima kasih, James." Bola mata Samantha tertuju kepada James yang merebut senapan dari tangan Martin. Mereka berdua pun terlihat bergumul.Bagi Samantha, dia tidak boleh terlihat kesakitan di mata James. Maka dari itu, rasa sakit pada

  • Negeri Tanpa Penghuni   105. Titik

    Setelah berbagai upaya dilakukan, pada akhirnya kapal Orion berhasil didekati oleh kapal Liberty. Posisi keduanya melaju dalam satu garis sehingga berlayar secara beriringan. Posisi yang tidak ideal untuk menembakkan meriam karena meriam-meriam dipasang di sisi lambung kapal. Dan, untuk menembakkan meriam, kedua kapal harus berada dalam posisi menyamping. Kecuali, meriam didorong hingga terpasang di posisi yang dikehendaki. Namun, itu pun bukan ide yang baik karena akan sangat merugikan. "Ah, mereka tahu kekuatan kapal ini," Samantha menyimpulkan keadaan. "Tentu saja, Nona. Kedua kapal berasal dari galangan yang sama."Kapal Orion tidak memulai untuk menembakkan meriam. Begitupula, kapal Liberty. Alasannya, "jaraknya belum cukup, Kapten." Samantha memberikan perkiraan. Apa yang akan dilakukan oleh Samantha dan para awak kapal Liberty bisa dibilang bentuk kenekatan semata. Cukup jelas terlihat awak kapal musuh sudah siap untuk menembak. Andaikan pihak kapal Liberty memulai seranga

  • Negeri Tanpa Penghuni   104. Kendala

    Dalam usia yang masih belia, Samantha memiliki musuh besar. Bukan hanya musuh biasa, gadis itu harus berhadapan dengan seorang pejabat Britania Raya yang memiliki kekuasaan. Orang tersebut masih memiliki pertalian kekerabatan dengannya, Paman Martin. "Jadi, dia pamanmu, Nona?" Kapten Sayyid bertanya demi meyakinkan dirinya sendiri tentang siapa yang tengah dihadapi. "Saya pun pernah mendengar namanya. Dia pejabat di Pontianak.""Ya, betul. Dia menikah dengan adik ibu saya.""Oh, adik ipar yang culas."Samantha tersenyum ketika mendengar komentar dari sang kapten. Gadis itu menoleh kepada Sayyid yang bertindak sebagai jurumudi. Sebuah senyuman ironi tersungging dari bibirnya. Mendengar cerita dari Samantha, sepertinya pria keturunan Arab itu punya alasan untuk terus menatap ke depan demi mengejar kapal Orion yang melaju begitu kencang. "Nona," terdengar Iskandar berteriak dari geladak, "semua sudah siap!" Samantha mengacungkan ibu jari. Iskandar pun kembali masuk ke dalam lambung k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status