Fiolina mengangguk tak lama setelahnya.
Mereka bertiga lalu berjalan bersama menuju meja makan.
Di sana, terlihat sudah banyak keluarga lain yang menunggu.
"Julio sayang ... cucu oma udah balik!" Kali ini seorang wanita tua merentangkan tangan untuk merangkul Julio.
Setelah memeluk cucunya, wanita itu menatap Fiolina dan dengan sinis berkata, "Ini wanita murahan yang kamu beli dengan harga mahal?"
Seorang wanita muda di ujung meja bahkan terlihat menahan tawa saat mendengar ucapan oma.
"Iya Oma. Namanya Fiolina," jawab Julio.
Fiolina mengepalkan tangannya kecewa karena Julio seolah menyetujui ucapan omanya tanpa memberi pembelaan padanya sedikit pun.
"Hai Oma, saya Fiolina, saya--""--Ayo mulai makan, Julio sudah datang!" Oma memutus ucapan Fiolina, sengaja mengacuhkannya.Fiolina sontak menghela napas.Enam anggota keluarga lain yang duduk mengelilingi meja makan tak ada yang peduli padanya. Sedangkan Ferdinan, memandang Fiolina dengan tatapan iba.
Fiolina bisa merasakan bahwa satu-satunya yang menerimanya di rumah ini hanyalah Ferdinan. Tapi, Julio justru membenci lelaki itu.Entah apakah dia bisa bertahan tinggal di rumah ini dengan kondisi dibenci oleh seisi rumah?"Jadi, kamu beneran mulai kerja pagi ini Julio?" Oma memulai pembicaraan lagi.
"Iya, sesuai dengan perjanjian kita."Oma tampak mengangguk puas. "Bagus, akhirnya kamu bisa mengambil keputusan yang tepat dengan kembali ke rumah ini dan bersedia memimpin perusahaan. Walaupun--" Mata wanita tua itu melirik Fiolina, "--konsekuensinya harus membuang uang banyak untuk barang tak berguna."Seolah ada yang meremas jantung Fiolina, baru kali ini dia benar - benar merasakan sakitnya dianggap barang tak berguna.
"Itu gak bener Oma," lanjut Julio, "dia berguna kok.""Ck," decak Oma dengan malas, "dia gak akan lebih berguna daripada pelayan profesional di rumah ini.""Oma, saya tahu Oma mungkin gak suka sama saya karena masalah uang itu, tapi...""Gak ada yang minta kamu bicara!" Oma lagi - lagi memotong ucapan Fiolina."Ma, jangan terlalu keras sama Fiolina." Kali ini, Ferdinan yang bicara. Tampaknya, pria itu benar-benar mengasihani menantu perempuannya itu."Sudahlah, mendadak sarapannya jadi kurang enak. Oma mau ke kamar aja!" Wanita yang hampir berusia 80 tahun itu pun beranjak pergi meninggalkan meja makan.Setelah Oma pergi, seluruh keluarga ikut beranjak dari meja makan. Semua bersikap dingin."Ayo, aku anterin ke kamar kamu," Julio memandi Fiolina menuju ruangan kecil yang menjadi kamar Fiolina."Ini kamarku? Ini kayak... kamar pembantu.""Yup, ini memang kamar pembantu. Oma hanya menyetujui kamar ini buat kamu tempati. Jadi kamu nurut aja.""Bisa gak kita tinggal di apartemen kamu aja? Atau di mana pun yang penting gak serumah sama keluargamu. Mereka semua benci sama aku."Julio tersenyum miring. "Gak bisa. Ini adalah perjanjianku sama Oma. Setelah menikah, aku harus tinggal di sini dan kerja di perusahaan Young. Lagipula, bukan cuma mereka yang benci sama kamu. Aku juga. Aku muak sama kamu.""Tapi... beberapa waktu lalu kamu bilang kamu cinta sama aku dan ingin menikah sama aku?""Hahaha! Fio... Fio... itu udah berlalu. Kamu pikir setelah kamu dengan sombongnya menolak aku sampai tiga kali, aku masih akan cinta sama kamu? Kamu pikir aku gak tahu rencana kamu hah? Aku tahu, kamu pasti punya rencana supaya aku menceraikan kamu setelah 100 hari pernikahan kita kan? Lalu setelah itu kamu bisa hidup santai lagi dengan keluargamu yang batal bangkrut."Fiolina tak bisa berkata - kata, Julio seperti tahu isi kepalanya."Kamu wanita sombong dan licik, kamu harus diberi pelajaran." Julio mendorong Fiolina ke dinding. Tangannya menekan bahu Fiolina dengan kencang."Dengar ya," sambung Julio, "Selama 100 hari ke depan, aku akan buat hidup kamu seperti di neraka. Dan kalau aku cukup puas, aku akan berbaik hati menceraikan kamu. Tapi kalau aku belum puas, aku gak akan melepaskan kamu. Paham?"DEG!Ini adalah sebuah skenario yang sangat berbeda dengan apa yang Fiolina bayangkan. Bohong jika Fiolina berkata dia tidak takut. Dia telah berani bermain apa dengan keluarga sekuat keluarga Young. Dan sekarang permainannya akan membakar dirinya sendiri."Kamu gak perlu seperti itu. Ayo kita bicarakan semuanya secara baik - baik," bujuk Fiolina setengah memohon."Gak ada pembicaraan apapun. Lebih baik kamu nikmati hari ini dengan bersantai, karena mulai besok pagi, kamu udah mulai bertugas sebagai pelayan di rumah ini."Julio sudah hendak keluar dari kamar Fiolina ketika dia mendadak menghentikan langkahnya dan berbalik, "O ya, satu lagi. Hape kamu aku sita. Jadi jangan berpikir buat minta pertolongan siapa pun. Jangan coba - coba kabur karena aku udah minta para bodyguard buat mengawasi kamu. Oke istriku?"Julio melemparkan senyum liciknya lalu beranjak pergi.Fiolina baru berhasil mencerna ucapan Julio tersebut. Dia baru sadar bahwa ponselnya tidak ada.Seketika dia mengejar Julio yang ternyata sudah keluar dari rumah dengan mengendarai mobilnya.Fiolina merasa putus asa. Sekarang dia seperti berada di kandang para macan yang kelaparan. Semua macan ingin menyantap dirinya. Apa yang harus dia lakukan"Tenang, Fio. Semua demi keluargamu," lirih Fiolina pedih lalu memikirkan jalan keluar sampai akhirnya tertidur kembali.*****BYURRR!!! Seember penuh air menyiram kepala Fiolina yang sedang tertidur pulas. Gelagapan, Fiolina tersentak bangun akibat rasa dingin yang tiba - tiba menyerangnya. "Kamu mau jadi tuan puteri siang begini belum bangun, hah?" "Kamu siapa? Kenapa kamu siram saya?"Wanita itu tersenyum mengejek, "Saya Nirmala, saya adalah kepala pelayan di sini. Cepet bangun! Siap-siap sana! Jam 5 saya tunggu di ruang sebelah dapur. Jangan lupa pakai seragam yang rapi!"Dengan engg
Fiolina kini merasa sangat lelah. Dia tidak pernah mengerjakan begitu banyak pekerjaan rumah tangga seperti hari ini sebelumnya. Namun, ada sedikit kebanggan dalam diri karena dia sudah menyelesaikan tugas mencuci dan menyetrika. Dia bahkan sudah membersihkan sebagian besar lantai bawah. Sayangnya, masih ada dua lantai lagi yang harus dibersihkan. Fio menghela nafas lelah. Dia hanya ingin beristirahat sejenak.Tapi, baru saja dia ingin duduk, Fiolina mendapati dua orang pelayan sedang menggosipkan dirinya di belakangnya."Si pelayan baru yang tugasnya se-abrek itu, gayanya kayak artis banget. Cantik, tapi kok jadi pelayan, ya?" ujar salah satu pelayan. "Eh? Kamu gak tahu? Dia itu kan istri Pak Julio. Anak kandung Pak Ferdinan yang baru datang itu." "Hah? Istri Pak Julio? Kok jadi pelayan gimana ceritanya?" "Ck! Kamu emang suka ketinggalan gosip. Dia itu jual diri ke Pak Julio. Ya, kayaknya Pak Julio gak cinta. Keluarga sini juga gak ada yang suka sama dia makanya dia dijadikan pe
Butuh tenaga ekstra untuk membawa barang-barang itu ke pembakaran sampah.Meski ragu, Fiolina memasukkan benda-benda itu ke tong pembakaran sampah. Asap yang mengepul mulai terlihat.Saat sudah separuh jalan, tiba-tiba terdengar lengkingan suara dari belakang punggungnya. "AAHH! FIOLINA! APA YANG KAMU LAKUKAN?" Suara Rossi yang panik membuat Fiolina bingung. Bukankah perempuan itu yang menyuruhnya?"Apa maksudmu? Aku membakar barang-barang ini sesuai deng--" "Ada apa Ross?" Oma datang dengan sedikit panik setelah mendengar teriakan Rossi.Selain Oma, ada Papa dan Mama Rossi yang juga tiba dengan sama paniknya--mengira anak mereka dalam bahaya. "Itu Oma! Fiolina bakar barang peninggalan Opa.""Apa?" Oma segera menengok ke tong pembakar sampah. Saat dia melihat barang-barang yang sangat dia kenal, dia berteriak dengan histeris. Fiolina dengan sekejap tahu apa yang terjadi. Rupanya, Rossi telah menjebaknya! Sekarang dia telah merusak barang yang berharga bagi Oma. Benda-benda yang
"Julio!" teriak Ferdinan saat memasuki ruang kerja Julio yang berada di lantai tiga kediaman keluarga Young. Julio menatap ayah kandungnya itu dengan malas. "Ada apa? Ini sudah malam.""Cepat bujuk Oma kamu untuk mengeluarkan Fiolina! Ini sudah hampir dua malam dia terkurung di ruang bawah tanah. Papa sudah berkali - kali bicara dengannya tapi Oma kamu masih bersikap keras." "Papa benar. Sikap Oma memang keras. Gak ada yang bisa bujuk dia. Termasuk, aku." "Berusahalah dulu!""Buat apa aku berusaha? Cuma akan buang-buang waktu.""Buat apa? Fiolina itu istri kamu!" "Lalu?" "Lalu? Istri kamu dikurung di ruang bawah tanah yang kotor, gelap dan dingin. Kamu gak ingin mengeluarkan dia?" Ferdinan sontak memijit kepala pening memikirkan nasib pernikahan putranya ini."Biarin dia dapat pelajarannya. Lagi pula, itu akibat ulahnya sendiri membakar barang peninggalan Opa." "Itu pasti ulah Rossi yang menjebaknya Julio." Ferdinan kembali berusaha membujuk anaknya. Sayang, Julio justru mengge
"Julio?!" tanya Fiolina dalam hatinya. Sekuat tenaga, dia berusaha mencari sosok suaminya lewat netra mata."Rey! Beraninya kamu berbuat sehina ini!" teriak seorang lelaki yang berhasil mendobrak masuk. Fiolina mengenali suara itu. Dia salah. Ternyata, bukan Julio yang datang, melainkan papa mertuanya. Ada sedikit kekecewaan di hati, namun Fiolina menahannya. Setidaknya ... dia bisa diselamatkan dari predator ini.Sementara itu, Rey tampak syok dengan kedatangan Ferdinan secara tiba-tiba. Tubuhnya seketika mematung. Namun, Ferdinan dengan sigap menariknya menjauh dari Fiolina. "O--Om?" gugup Rey. Plak!Ferdinan menampar keponakannya dengan marah. "Keterlaluan kamu!" Dengan gemetar, Fiolina menyaksikan itu semua. Segera, perempuan itu membuka sumpalan mulutnya. Ingin dia berteriak, tetapi tak kuasa.Terlebih, dia melihat Ferdinan dengan membabi buta memukuli keponakannya sendiri. "Tunggu Om! Berhenti! Om salah sangka!" ucap Rey semakin panik.BUKK! Sayangnya, Ferdinan tidak ped
"Iya. Lebih tepatnya, ini penyadap suara dan semua yang berhasil benda ini rekam, tersimpan dalam memori hape ini," terang Ferdinan sambil melambaikan ponselnya. Ferdinan lalu mengotak - atik ponselnya, "Nah ini dia folder penyimpanannya. Penyadapnya aktif mulai sore dua hari lalu. Sepertinya ini diaktifkan saat Nirmala menyerahkannya ke Fiolina. Ayo kita percepat sampai ke rekaman beberapa menit yang lalu." "Tunggu Pa," seru Fiolina. "Bisakah rekamannya diputar mulai dua hari mulai pukul 5 sore?" "Tentu," jawab Ferdinan. Fiolina tersenyum miring dan melirik ke arah Rossi. Rossi menyadari apa maksud Fiolina. Dengan panik, Rossi bertindak cepat dengan merebut ponsel Ferdinan. "Hei! Rossi!" teriak Ferdinan. Ponsel itupun berhasil terlepas dari tangan Ferdinan. Rossi segera berlari hendak membawa pergi ponsel itu pergi. Ferdinan mengejarnya. Sadar bahwa kemampuan larinya tak akan mengalahkan Ferdinan, tanp
"Kamu pasti menderita di dalam sini. Kamu ingin keluar?" Bunyi suara Rey terdengar dari dalam rekaman.Julio memicingkan matanya. "Iya, pasti. Kamu mau bantu aku?" Jawab FiolinaTerdengar suara Rey tertawa kecil. "Kenalin, namaku Rey. Aku kakak kandung Rossi. Maaf ya adikku agak jahil. Aku bisa bantu kamu buat keluar dari sini." "Beneran? Makasih banyak ya.""Tapi ada syaratnya." "Syarat? Apa?" "Puasin aku dulu sekarang. Setelah itu aku akan langsung bawa kamu keluar dari sini." Kali ini bukan hanya Oma yang mengepalkan tangannya, namun juga Ferdinan. Wajahnya memerah mendengar percakapan yang terjadi antara Rey dan Fiolina. Sedangkan Julio masih memperlihatkan wajah datar dan dinginnya. "Tolong, jangan apa - apain aku. Aku gak punya sugar daddy. Dan aku masih perawan, please!" Fiolina terdengar memohon."Masih perawan? Bullshit banget sih! Udahlah gak usah sok polos.
Ferdinan berhasil mengeluarkan Fiolina dari rumah keluarga Young. "Nah, ini rumah Papa. Ayo masuk," Ferdinan berjalan ceria ke dalam salah satu rumah pribadinya."Makasih ya Pa," ucap Fiolina lirih karena kehabisan tenaga. "Gak perlu terimakasih. Papa kan mertua kamu, sama aja seperti orang tua kamu. Tugas papa melindungi kamu. Maafkan Julio karena..." "Gak usah bahas Julio dulu Pa." Ferdinan mengangguk, "Oke. Ayo, Papa tunjukin kamar kamu." Ferdinan membawa Fiolina ke kamarnya lalu meninggalkannya untuk beristirahat. Badannya pegal, Fiolina membaringkan tubuhnya di ranjang.Dia menatap ponselnya yang sudah berhari - hari tidak ada dalam genggamannya. Ferdinan berhasil mencuri ponsel itu dari Julio. Ada banyak pesan masuk terutama dari keluarganya. Namun ada satu pesan yang Fiolina buka pertama kali, yaitu pesan dari julio yang dikirim satu menit yang lalu. [Jangan kamu pikir akan semudah ini lepas dari aku] Fiolina meng