Share

Bab 5 Penjara

Author: Lisandi Noera
last update Last Updated: 2023-01-07 21:13:24

Fiolina mengangguk tak lama setelahnya.

Mereka bertiga lalu berjalan bersama menuju meja makan.

Di sana, terlihat sudah banyak keluarga lain yang menunggu.

"Julio sayang ... cucu oma udah balik!" Kali ini seorang wanita tua merentangkan tangan untuk merangkul Julio.

Setelah memeluk cucunya, wanita itu menatap Fiolina dan dengan sinis berkata, "Ini wanita murahan yang kamu beli dengan harga mahal?"

Seorang wanita muda di ujung meja bahkan terlihat menahan tawa saat mendengar ucapan oma.

"Iya Oma. Namanya Fiolina," jawab Julio.

Fiolina mengepalkan tangannya kecewa karena Julio seolah menyetujui ucapan omanya tanpa memberi pembelaan padanya sedikit pun.

"Hai Oma, saya Fiolina, saya--"

"--Ayo mulai makan, Julio sudah datang!" Oma memutus ucapan Fiolina, sengaja mengacuhkannya.

Fiolina sontak menghela napas.

Enam anggota keluarga lain yang duduk mengelilingi meja makan tak ada yang peduli padanya. Sedangkan Ferdinan, memandang Fiolina dengan tatapan iba.

Fiolina bisa merasakan bahwa satu-satunya yang menerimanya di rumah ini hanyalah Ferdinan. Tapi, Julio justru membenci lelaki itu.

Entah apakah dia bisa bertahan tinggal di rumah ini dengan kondisi dibenci oleh seisi rumah? 

"Jadi, kamu beneran mulai kerja pagi ini Julio?" Oma memulai pembicaraan lagi.

"Iya, sesuai dengan perjanjian kita."

Oma tampak mengangguk puas. "Bagus, akhirnya kamu bisa mengambil keputusan yang tepat dengan kembali ke rumah ini dan bersedia memimpin perusahaan. Walaupun--" Mata wanita tua itu melirik Fiolina, "--konsekuensinya harus membuang uang banyak untuk barang tak berguna."

Seolah ada yang meremas jantung Fiolina, baru kali ini dia benar - benar merasakan sakitnya dianggap barang tak berguna.

"Itu gak bener Oma," lanjut Julio, "dia berguna kok."

"Ck," decak Oma dengan malas, "dia gak akan lebih berguna daripada pelayan profesional di rumah ini."

"Oma, saya tahu Oma mungkin gak suka sama saya karena masalah uang itu, tapi..."

"Gak ada yang minta kamu bicara!" Oma lagi - lagi memotong ucapan Fiolina.

"Ma, jangan terlalu keras sama Fiolina." Kali ini, Ferdinan yang bicara. Tampaknya, pria itu benar-benar mengasihani menantu perempuannya itu.

"Sudahlah, mendadak sarapannya jadi kurang enak. Oma mau ke kamar aja!" Wanita yang hampir berusia 80 tahun itu pun beranjak pergi meninggalkan meja makan.

Setelah Oma pergi, seluruh keluarga ikut beranjak dari meja makan. Semua bersikap dingin.

"Ayo, aku anterin ke kamar kamu," Julio memandi Fiolina menuju ruangan kecil yang menjadi kamar Fiolina.

"Ini kamarku? Ini kayak... kamar pembantu."

"Yup, ini memang kamar pembantu. Oma hanya menyetujui kamar ini buat kamu tempati. Jadi kamu nurut aja."

"Bisa gak kita tinggal di apartemen kamu aja? Atau di mana pun yang penting gak serumah sama keluargamu. Mereka semua benci sama aku."

Julio tersenyum miring. "Gak bisa. Ini adalah perjanjianku sama Oma. Setelah menikah, aku harus tinggal di sini dan kerja di perusahaan Young. Lagipula, bukan cuma mereka yang benci sama kamu. Aku juga. Aku muak sama kamu."

"Tapi... beberapa waktu lalu kamu bilang kamu cinta sama aku dan ingin menikah sama aku?"

"Hahaha! Fio... Fio... itu udah berlalu. Kamu pikir setelah kamu dengan sombongnya menolak aku sampai tiga kali, aku masih akan cinta sama kamu? Kamu pikir aku gak tahu rencana kamu hah? Aku tahu, kamu pasti punya rencana supaya aku menceraikan kamu setelah 100 hari pernikahan kita kan? Lalu setelah itu kamu bisa hidup santai lagi dengan keluargamu yang batal bangkrut."

Fiolina tak bisa berkata - kata, Julio seperti tahu isi kepalanya.

"Kamu wanita sombong dan licik, kamu harus diberi pelajaran." Julio mendorong Fiolina ke dinding. Tangannya menekan bahu Fiolina dengan kencang.

"Dengar ya," sambung Julio, "Selama 100 hari ke depan, aku akan buat hidup kamu seperti di neraka. Dan kalau aku cukup puas, aku akan berbaik hati menceraikan kamu. Tapi kalau aku belum puas, aku gak akan melepaskan kamu. Paham?"

DEG!

Ini adalah sebuah skenario yang sangat berbeda dengan apa yang Fiolina bayangkan. Bohong jika Fiolina berkata dia tidak takut. Dia telah berani bermain apa dengan keluarga sekuat keluarga Young. Dan sekarang permainannya akan membakar dirinya sendiri.

"Kamu gak perlu seperti itu. Ayo kita bicarakan semuanya secara baik - baik," bujuk Fiolina setengah memohon.

"Gak ada pembicaraan apapun. Lebih baik kamu nikmati hari ini dengan bersantai, karena mulai besok pagi, kamu udah mulai bertugas sebagai pelayan di rumah ini."

Julio sudah hendak keluar dari kamar Fiolina ketika dia mendadak menghentikan langkahnya dan berbalik, "O ya, satu lagi. Hape kamu aku sita. Jadi jangan berpikir buat minta pertolongan siapa pun. Jangan coba - coba kabur karena aku udah minta para bodyguard buat mengawasi kamu. Oke istriku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 165 Surga 100 Tahun Pernikahan

    2 hari kemudian. "Argh! Kenapa gaunnya begini? Ini... ini sobek!" teriak seorang penata rias yang akan turut mendandani Fiolina untuk upacara pemberkatan hari ini. Fiolina dengan panik menghampiri penata rias itu. Fiolina terperangah melihat gaun pernikahannya yang sudah sobek. "Astaga! Kenapa bisa begini?" keluh Fiolina. Terry berlari menghampiri setelah mendengar kehebohan di kamar Fiolina. "Ada apa?" tanyanya. "Ma, lihat ini gaunku sobek!" "Ya Tuhan! Siapa yang melakukan ini sih?" Nicole menampakkan ekspresi sebal. "Ma, apa yang harus aku lakukan?" rengek Fiolina.Nicole terlihat berpikir sejenak. Dia lalu membongkar lemari Fiolina dan mengeluarkan sebuah kotak. "Ini, pakai ini aja," ucap Terry sambil menyerahkan gaun pernikahan lawas Fiolina dari dalam kotak. Fiolina meragu."Udah gak papa. Ini masih bagus." "Iya aku tahu ini masih bagus. Tapi ini gaun pernikahanku dan Julio dulu. Bagaimana perasaan Ferdian kalau tahu?""Ferdian akan tahu keadaannya. Gaun kamu robek dan

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 164 Permohonan Terry

    TING TONG! Bel pintu rumah Nicole berbunyi. Ibu kandung dari Julio itu jarang menerima tamu. Dia tidaj punya banyak teman terlebih setelah dia menjalani beberapa tahun hidupnya untuk perawatan di rumah sakit jiwa. Keadaannya sekarang tentu jauh lebih baik. Dia sudah ikhlas dan hari - harinya jauh lebih bahagia. Sekarang, dia banyak menghabiskan waktunya untuk menulis puisi sebanyak yang dia mampu. Pagi ini dia juga sedang menulis puisi saat seseorang membunyikan bel pintu rumahnya. Dengan segera dia bangkit dari kursi santainya lalu membuka pintu. "Nicole, apa kabar?" tamu itu menyapa Nicole. "Terry? Ada apa?" Terry melah menangis dan berlutut di hadapan Nicole. "Maaf, maafkan aku... tolong maafkan aku." Nicole bingung dengan sikap Terry yang tiba - tiba. Terry memeluk kakinya seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal ibunya. "Terry, cukup, kenapa kamu begini? Ayo masuk, jangan di luar rumah," Nicole membantu Terry berdiri dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Terry duduk

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 163 Pembatalan Pernikahan

    "Fiolina, Fio! Bangun Nak!" Terry membangunkan Fiolina yang saat tengah malam dia dapati tertidur di lantai kamarnya, tersungkur dengan mengenakan gaun pengantin. Fiolina mengerjapkan matanya. Dia terbangun dengan tubuh yang lemas. "Kamu kenapa tidur di sini? Dan kenapa kamu pakai gaun ini? Mama tadinya mau kasih tahu kamu kalau Jovan udah tidur sama Papa kamu di kamar kami. Tapi... kamu..." "Aku gak papa Ma. Aku ketiduran karena kecapekan," Fiolina hendak bangkit berdiri, namun Terry menahannya. "Fio, mata kamu sangat bengkak. Kamu habis menangis?" Fiolina menggeleng. "Jangan bohong. Mama ini ibu kamu. Mama tahu kalau kamu lagi sedih. Kamu habis menangis kan? Kenapa Nak?" Fiolina menggeleng lagi. Tapi kali ini dia tidak mampu menahan air matanya lagi. Sekuat apapun Fiolina, setegar apapun dia, dia tidak pernah bisa menutupi kesedihannya di depan ibunya. Karena baginya ibunya adalah tempat ternyaman untuknya berkeluh kesah. Terry tak banyak bertanya, dia seketika merangkul Fio

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 162 Cinta yang Belum Berpaling

    "Jovan.. hati - hati! Pelan - pelan yang naik tangganya," teriak Fiolina. Jovan hanya mengangkat satu tangannya membentuk tanda 'OK' lalu lanjut menaiki tangga perosotan yang mungkin sudah dua puluh kali dia naiki. Tidak jauh ada area bermain, ada Ferdian yang sedang duduk sambil memegang bola kaki. Dia beristirahat setelah setengah jam penuh bermain bola bersama Jovan.Julio mengawasi dari dalam mobilnya yang berjarak kurang lebih 50 meter dari mereka. Dia merasa hatinya sakit, Jovan adalah anak kandungnya dan sekarang Ferdian bermain dengan bebas bersama anak itu sedangkan dirinya harus sembunyi - sembunyi hanya untuk memandangnya bermain. Dia ingin anaknya. Dia juga ingin istrinya kembali. Tapi egonya terlalu besar untuk menjadi menantu Terry. Julio pulang dengan beban berat di dalam hatinya. Sepulang dari bermain di taman bersama Fiolina dan Ferdian, Jovan dikagetkan dengan rumah Keluarga Chow yang penuh dengan bingkisan. "Wow, apa ini Oma?" tanyanya. "Seseorang mengirim

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 161 Rahasia yang Terungkap

    Fiolina melihat sekeliling playground dan tidak menemukan Sarah dan Jovan. Dia tidak mendengar teriakan Jovan yang memanggilnya sebelum ini. Jadi, dia menelepon Sarah. Sarah menjawab panggilannya. "Halo, Fiolina, hm... ini Jovan lagi sama aku. Kali lagi...." Julio menarik ponsel Sarah dan mengambil alihnya. "Halo Fiolina. Jovan dan Sarah sedang bersama aku. Lihatlah ke arah jam 10." "Julio?" "Ya aku Julio."Fiolina panik. Dia menoleh ke arah jam 10 dan mendapati ada Jovan, Sarah, Julio dan Glins! Dia segera mendatangi mereka sambil memikirkan kebohongan apa yang akan dia ucapkan kepada Julio. "Kalian sedang apa di sini?" ucap Fiolina basa - basi. Tidak tahu harus berkata apa. Jantungnya berdebar. "Jovan, apa dia mama kamu?" tanya Julio kepada Jovan. "Iya. Dia mama," jawab Jovan. Julio menatap tajam ke arah Fiolina. Fiolina berusaha menghindari tatapannya. "Jovan, berapa usia kamu?" "Hm... sebentar. Usiaku empat tahun," jawabnya sambil memperagakan angka lima dengan jari -

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 160 Ayah dan Anak

    "Yang benar?" ucap Julio. Julio pun berlutut agar dia sejajar dengan anak laki - laki yang menabraknya barusan. "Benar juga, kita sangat mirip," ucap Julio. "Oke, aku akui Om memang ganteng. Tapi Om tua dan aku masih kecil," celatuk Jovan. Julio dan Glins tertawa renyah. Julio sengaja mengajak Glins ke mall hari ini untuk membelikannya barang - barang yang Glins mau sebagai ganti kalung yang dia berikan pada Javeline. Tidak disangka seorang anak kecil berlarian dan menabrak Julio dengan keras. "Itu sudah pasti," ucap Julio. "Maksudku, kamu mirip Om waktu Om masih kecil dulu." "Oh begitu rupanya," ujar Jovan. "Tapi, kalau dilihat - lihat pun, sekarang kalian tetap mirip," komentar Glins. "Kalian cocok sebagai ayah dan anak." "Benar juga. Ngomong - ngomong di mana orang tuamu? Kenapa kamu sendirian?" tanya Julio. "Itu dia masalahnya. Aku tersesat. Mama sedang belanja dan menitipkan aku pada tante. Tante ke toilet dan aku pergi dari playground diam - diam karena mengejar kereta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status