Share

Bab 6 Menjadi Pelayan

Author: Lisandi Noera
last update Last Updated: 2023-01-11 21:36:50
Julio melemparkan senyum liciknya lalu beranjak pergi.



Fiolina baru berhasil mencerna ucapan Julio tersebut. Dia baru sadar bahwa ponselnya tidak ada.



Seketika dia mengejar Julio yang ternyata sudah keluar dari rumah dengan mengendarai mobilnya.



Fiolina merasa putus asa. Sekarang dia seperti berada di kandang para macan yang kelaparan. Semua macan ingin menyantap dirinya. Apa yang harus dia lakukan

"Tenang, Fio. Semua demi keluargamu," lirih Fiolina pedih lalu memikirkan jalan keluar sampai akhirnya tertidur kembali.

*****

BYURRR!!!

Seember penuh air menyiram kepala Fiolina yang sedang tertidur pulas.

Gelagapan, Fiolina tersentak bangun akibat rasa dingin yang tiba - tiba menyerangnya.

"Kamu mau jadi tuan puteri siang begini belum bangun, hah?"

"Kamu siapa? Kenapa kamu siram saya?"

Wanita itu tersenyum mengejek, "Saya Nirmala, saya adalah kepala pelayan di sini. Cepet bangun! Siap-siap sana! Jam 5 saya tunggu di ruang sebelah dapur. Jangan lupa pakai seragam yang rapi!"

Dengan enggan, Fiolina bangun untuk mandi. Saat dia hendak mengenakan pakaiannya, dia ingat bahwa Nirmala menyuruhnya untuk mengenakan seragam. Dilihatnya beberapa seragam sudah bertumpuk di samping kopernya.

Fiolina menghela nafas dengan pasrah. Dia meraih seragamnya dan mengenakannya.

Butiran air matanya menetes. Dia tak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 04.55. Fiolina bergegas menuju ruangan sebelah dapur.

"Ayo cepat Fiolina!" perintah Nirmala saat melihat Fiolina baru muncul.

"Oke. Semua sudah berkumpul ya. Kita punya satu orang baru, namanya Fiolina. Fiolina akan bertugas mencuci baju, setrika dan membersihkan seluruh rumah. Sementara untuk tim dapur tetap, tim kebun dan kolam renang juga tetap. Untuk yang sebelumnya bertugas cuci, setrika, dan bersih-bersih rumah, setelah ini kalian temui saya karena ada tugas baru untuk kalian. Tugas lama kalian akan diberikan untuk Fiolina."

"Maaf, saya mau tanya." Fiolina mengacungkan tangannya.

"Ya, Fiolina?"

"Jadi, siapa yang bersama saya bertugas untuk mencuci, setrika, dan bersihkan rumah?"

Nirmala tersenyum. "Gak ada"

"Gak ada? Maksudnya saya sendirian kerjakan itu semua?"

"Iya betul," jawab Nirmala dengan enteng.

"Tapi itu gak masuk akal. Rumah ini terlalu besar!" protes Fiolina tak habis pikir.

"Itu tugas dari Nyonya Besar. Kamu gak ada pilihan lain selain mengerjakannya. Titik! Kalau gak ada pertanyaan lain, kalian semua bisa sarapan dulu. Setelah itu langsung kerja. Ingat, waktu sarapan cuma 15 menit."

Fiolina lagi-lagi bersikap pasrah. Jika dipikir-pikir lagi, dia tidak akan sanggup untuk hidup seperti ini selama 100 hari ke depan.

Julio dan Omanya telah memberikan tugas yang tidak masuk akal. Membersihkan rumah sebesar ini seorang diri pasti akan sangat melelahkan.

Fiolina sudah bertekad. Jika ada kesempatan, dia akan kabur saja.

Benar saja! Setelah telapak tangan Fiolina terasa panas dan kering karena mencuci pakaian dalam jumlah yang sangat banyak, dia masih harus bercucuran keringat menyapu dan mengepel rumah.

"Wow, gak nyangka seorang Fichow akan mengepel di rumah ini," ujar wanita tiba-tiba.

Fiolina ingat, wanita ini adalah yang menahan cekikikannya saat pertama kali Oma menyebutnya barang murah tak berguna.

"Aku, Rossi. Dulu, aku penggemarmu. Tapi, begitu perilaku menjijikanmu terendus media, semua majalahku yang ada foto kamunya langsung aku bakar."

Sepupu Julio yang masih kuliah itu duduk dengan santai di sofa sambil memakan biskuit. Sesekali, dengan sengaja, dia menjatuhkan remahan biskuitnya ke bagian lantai yang sudah di pel oleh Fiolina.

"Bisa gak kamu gak terus menerus mengotori lantainya pakai remahan biskuit? Aku capek kalau harus pel bagian yang sama berkali-kali," tegur Fiolina yang mulai lelah.

Rossi tertawa sinis. "Tapi, aku suka lihat kamu repot! Hahaha!" 

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu gak minta uang ke sugar daddy kamu yang orang Singapura itu, sih? Kenapa justru minta uang ke Julio?" tanya Rossi mendadak.

"Karena sugar daddy itu tokoh fiktif. Semua skandal itu fitnah."

"Ck! Bilang aja kalau kamu dicampakkan, ya kan?"

Fiolina memutar matanya malas. Entahlah, sepertinya tidak penting menanggapi orang yang tidak mau mendengar penjelasannya sama sekali. "Terserah."

"Jangan ganggu Fiolina terus Ross, biarin dia kerja!" kata seorang wanita yang baru saja turun dari tangga.

"Kak Glins? Kok ada di rumah jam segini?" Rossi sontak menggelayut manja di lengan Glins.

"Cuma ambil beberapa dokumen yang ketinggalan. Ini mau balik ke kantor lagi habis ini. Ayo, jangan di sini!"

Glins langsung menarik Rossi menjauh dari Fiolina, seolah dirinya adalah hama yang menjijikan.

"Kak, kenapa sih aku gak boleh gangguin Fiolina? Kak Glins bukannya gak suka juga sama dia? Kan gara-gara dia, Julio--si kakak tirimu itu--jadi punya alasan buat kembali ke rumah ini. Dan, Om Ferdinan pasti semakin pilih kasih nanti."

Glins menyunggingkan senyum liciknya. "Rossi sayang. Maksudku, jangan buang waktu kasih dia gangguan kecil kayak gitu. Aku punya ide lebih bagus."

"Gimana gimana?" Rossi menjadi sangat bersemangat.

"Kamu inget gak waktu dulu kamu gak dikasih uang jajan selama sebulan alasannya apa?"

Rossi mengerutkan keningnya, mencoba mengingat momen itu. Wajahnya berubah menjadi ceria seketika setelah dia berhasil ingat. "Aku inget. Karena aku ngerusak salah satu barang peninggalan Opa, kan? Oma marah besar waktu itu."

"Yup. Itu dulu kamu bikin rusak satu barang aja. Gimana kalau semua barang di ruang peninggalan Opa rusak semua?"

"Wow, ide brilian kak! Si Fiolina itu pasti langsung diusir sama Oma." Rossi tampak riang sekali.

Glins yang melihatnya--langsung mengangguk setuju. "Betul. Begitu juga Julio. Dia juga akan diusir dari sini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 165 Surga 100 Tahun Pernikahan

    2 hari kemudian. "Argh! Kenapa gaunnya begini? Ini... ini sobek!" teriak seorang penata rias yang akan turut mendandani Fiolina untuk upacara pemberkatan hari ini. Fiolina dengan panik menghampiri penata rias itu. Fiolina terperangah melihat gaun pernikahannya yang sudah sobek. "Astaga! Kenapa bisa begini?" keluh Fiolina. Terry berlari menghampiri setelah mendengar kehebohan di kamar Fiolina. "Ada apa?" tanyanya. "Ma, lihat ini gaunku sobek!" "Ya Tuhan! Siapa yang melakukan ini sih?" Nicole menampakkan ekspresi sebal. "Ma, apa yang harus aku lakukan?" rengek Fiolina.Nicole terlihat berpikir sejenak. Dia lalu membongkar lemari Fiolina dan mengeluarkan sebuah kotak. "Ini, pakai ini aja," ucap Terry sambil menyerahkan gaun pernikahan lawas Fiolina dari dalam kotak. Fiolina meragu."Udah gak papa. Ini masih bagus." "Iya aku tahu ini masih bagus. Tapi ini gaun pernikahanku dan Julio dulu. Bagaimana perasaan Ferdian kalau tahu?""Ferdian akan tahu keadaannya. Gaun kamu robek dan

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 164 Permohonan Terry

    TING TONG! Bel pintu rumah Nicole berbunyi. Ibu kandung dari Julio itu jarang menerima tamu. Dia tidaj punya banyak teman terlebih setelah dia menjalani beberapa tahun hidupnya untuk perawatan di rumah sakit jiwa. Keadaannya sekarang tentu jauh lebih baik. Dia sudah ikhlas dan hari - harinya jauh lebih bahagia. Sekarang, dia banyak menghabiskan waktunya untuk menulis puisi sebanyak yang dia mampu. Pagi ini dia juga sedang menulis puisi saat seseorang membunyikan bel pintu rumahnya. Dengan segera dia bangkit dari kursi santainya lalu membuka pintu. "Nicole, apa kabar?" tamu itu menyapa Nicole. "Terry? Ada apa?" Terry melah menangis dan berlutut di hadapan Nicole. "Maaf, maafkan aku... tolong maafkan aku." Nicole bingung dengan sikap Terry yang tiba - tiba. Terry memeluk kakinya seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal ibunya. "Terry, cukup, kenapa kamu begini? Ayo masuk, jangan di luar rumah," Nicole membantu Terry berdiri dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Terry duduk

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 163 Pembatalan Pernikahan

    "Fiolina, Fio! Bangun Nak!" Terry membangunkan Fiolina yang saat tengah malam dia dapati tertidur di lantai kamarnya, tersungkur dengan mengenakan gaun pengantin. Fiolina mengerjapkan matanya. Dia terbangun dengan tubuh yang lemas. "Kamu kenapa tidur di sini? Dan kenapa kamu pakai gaun ini? Mama tadinya mau kasih tahu kamu kalau Jovan udah tidur sama Papa kamu di kamar kami. Tapi... kamu..." "Aku gak papa Ma. Aku ketiduran karena kecapekan," Fiolina hendak bangkit berdiri, namun Terry menahannya. "Fio, mata kamu sangat bengkak. Kamu habis menangis?" Fiolina menggeleng. "Jangan bohong. Mama ini ibu kamu. Mama tahu kalau kamu lagi sedih. Kamu habis menangis kan? Kenapa Nak?" Fiolina menggeleng lagi. Tapi kali ini dia tidak mampu menahan air matanya lagi. Sekuat apapun Fiolina, setegar apapun dia, dia tidak pernah bisa menutupi kesedihannya di depan ibunya. Karena baginya ibunya adalah tempat ternyaman untuknya berkeluh kesah. Terry tak banyak bertanya, dia seketika merangkul Fio

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 162 Cinta yang Belum Berpaling

    "Jovan.. hati - hati! Pelan - pelan yang naik tangganya," teriak Fiolina. Jovan hanya mengangkat satu tangannya membentuk tanda 'OK' lalu lanjut menaiki tangga perosotan yang mungkin sudah dua puluh kali dia naiki. Tidak jauh ada area bermain, ada Ferdian yang sedang duduk sambil memegang bola kaki. Dia beristirahat setelah setengah jam penuh bermain bola bersama Jovan.Julio mengawasi dari dalam mobilnya yang berjarak kurang lebih 50 meter dari mereka. Dia merasa hatinya sakit, Jovan adalah anak kandungnya dan sekarang Ferdian bermain dengan bebas bersama anak itu sedangkan dirinya harus sembunyi - sembunyi hanya untuk memandangnya bermain. Dia ingin anaknya. Dia juga ingin istrinya kembali. Tapi egonya terlalu besar untuk menjadi menantu Terry. Julio pulang dengan beban berat di dalam hatinya. Sepulang dari bermain di taman bersama Fiolina dan Ferdian, Jovan dikagetkan dengan rumah Keluarga Chow yang penuh dengan bingkisan. "Wow, apa ini Oma?" tanyanya. "Seseorang mengirim

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 161 Rahasia yang Terungkap

    Fiolina melihat sekeliling playground dan tidak menemukan Sarah dan Jovan. Dia tidak mendengar teriakan Jovan yang memanggilnya sebelum ini. Jadi, dia menelepon Sarah. Sarah menjawab panggilannya. "Halo, Fiolina, hm... ini Jovan lagi sama aku. Kali lagi...." Julio menarik ponsel Sarah dan mengambil alihnya. "Halo Fiolina. Jovan dan Sarah sedang bersama aku. Lihatlah ke arah jam 10." "Julio?" "Ya aku Julio."Fiolina panik. Dia menoleh ke arah jam 10 dan mendapati ada Jovan, Sarah, Julio dan Glins! Dia segera mendatangi mereka sambil memikirkan kebohongan apa yang akan dia ucapkan kepada Julio. "Kalian sedang apa di sini?" ucap Fiolina basa - basi. Tidak tahu harus berkata apa. Jantungnya berdebar. "Jovan, apa dia mama kamu?" tanya Julio kepada Jovan. "Iya. Dia mama," jawab Jovan. Julio menatap tajam ke arah Fiolina. Fiolina berusaha menghindari tatapannya. "Jovan, berapa usia kamu?" "Hm... sebentar. Usiaku empat tahun," jawabnya sambil memperagakan angka lima dengan jari -

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 160 Ayah dan Anak

    "Yang benar?" ucap Julio. Julio pun berlutut agar dia sejajar dengan anak laki - laki yang menabraknya barusan. "Benar juga, kita sangat mirip," ucap Julio. "Oke, aku akui Om memang ganteng. Tapi Om tua dan aku masih kecil," celatuk Jovan. Julio dan Glins tertawa renyah. Julio sengaja mengajak Glins ke mall hari ini untuk membelikannya barang - barang yang Glins mau sebagai ganti kalung yang dia berikan pada Javeline. Tidak disangka seorang anak kecil berlarian dan menabrak Julio dengan keras. "Itu sudah pasti," ucap Julio. "Maksudku, kamu mirip Om waktu Om masih kecil dulu." "Oh begitu rupanya," ujar Jovan. "Tapi, kalau dilihat - lihat pun, sekarang kalian tetap mirip," komentar Glins. "Kalian cocok sebagai ayah dan anak." "Benar juga. Ngomong - ngomong di mana orang tuamu? Kenapa kamu sendirian?" tanya Julio. "Itu dia masalahnya. Aku tersesat. Mama sedang belanja dan menitipkan aku pada tante. Tante ke toilet dan aku pergi dari playground diam - diam karena mengejar kereta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status