Share

Bab 162

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 06:45:57

"Bob, saya ke Singapura besok," ujar Rayyan dengan wajah yang tampak kusut.

"Loh, kok, mendadak gini, Bos? Acara lamaranku gimana?" Bobby tercengang dengan ucapan bosnya barusan. Ia tadi masih di kantor ketika Rayyan tiba-tiba memanggil dan menyuruhnya datang.

"Sorry, saya nggak bisa hadir. Memang ini mendadak, Mr. Harold menyerahkan kerjasama bisnis kita ke Soni. Jadi, saya mesti segera membereskan semuanya."

"Oh ... gitu?" lirih Bobby sembari menghela napas. Ia pikir Rayyan akan menyuruhnya turut serta, padahal acara lamarannya yang sudah disiapkan jauh-jauh hari tentu tidak bisa dibatalkan begitu saja.

"Setelah kamu lamaran, tolong urus perceraian saya dengan Tari."

"Apa?!" Bobby terbelalak mendengar kejutan lainnya.

Rayyan menarik napas dalam-dalam dan mendongak ke atas, kemudian ia bangkit berdiri. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Saya sudah menjatuhkan talak ke dia. Jadi, kamu segera urus perceraian saya dengan pengacara. Saya juga nggak mau ribet untuk da
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 167 (ENDING)

    Sesampainya di rumah, Rayyan memanggil Nunung ke ruang tengah. Ia menceritakan semuanya—tentang hak rujuk, tentang kehadiran Lestari yang sangat ia rindukan.“Bi, Bibi bisa tolong saya, 'kan ...? Tolong bujuk Tari. Minta dia pulang ke rumah. Katakan padanya saya tidak ingin perceraian ini berlanjut.”Nunung awalnya ragu. “Saya nggak tahu apa masih bisa, Tuan. Tapi saya akan coba ya," ucap wanita tua itu dengan senyum kecil di wajahnya. Nunung juga berharap kalau pernikahan kedua majikannya bisa kembali terjalin. Toh, Rayyan sudah banyak berubah. Ia bukan lagi lelaki yang kasar seperti dulu.*Beberapa hari kemudian, Nunung menelepon Lestari. Suaranya pelan dan dibuat lemah.“Nya ... saya kurang enak badan. Gimana ya, Nya ... saya di rumah sendiri, nggak ada yang ngurus. Tuan Rayyan ke luar kota.”Lestari yang mendengar itu langsung panik. “Bi Nunung di rumah Mas Rayyan sekarang?” Selama ini Lestari mengira Nunung masih di rumah Gilang.“Iya. Saya sendirian, Nya ... lemas.”“Baik, Bi.

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 166

    Lestari diam sesaat, lalu mengangguk. Tidak seperti kepada Gilang, ia paham kalau dirinya masih di masa iddah dan Rayyan masih berhak atasnya, sebenarnya.Mereka lalu duduk di ruang tamu sederhana itu. Rayyan memandang sekeliling—semuanya masih tampak sama. Tapi suasananya terasa berbeda karena tidak ada lagi Dinar dan Nurmala."Mas datang ... untuk bicara tentang pernikahan kita," kata Rayyan membuka pembicaraan. Lestari menatapnya, tatapannya tenang tapi menjaga jarak. "Pernikahan yang mana, Mas? Bukannya kita sudah bercerai? Mas sudah menjatuhkan talak ke aku."Rayyan menggenggam jemari tangannya sendiri di atas lutut. "Mas salah, Tari. Mas terlalu terburu-buru. Mas tahu kamu terluka karena sikap Mas seperti itu. Mas diam juga karena terlalu sibuk membenarkan diri sendiri."Lestari menghela napas panjang. "Mas Rayyan, aku sudah lelah. Aku menunggu Mas tadinya. Tapi Mas malah ... dan saat akhirnya aku pergi, Mas juga nggak menyusul aku. Jadi, sebaiknya memang kita sudahi seperti re

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 165

    Langit Jakarta sedikit mendung saat Rayyan menapakkan kaki di lobi kantornya. Dua pekan di Singapura nyatanya tak cukup menenangkan gejolak pikirannya. Ya, bukan hanya 5 hari. Ternyata ia membutuhkan lebih banyak waktu untuk menenangkan diri.Pagi ini pria tampan itu kembali sebagai Presiden Direktur seperti biasanya, tetapi hatinya masih terasa seperti kapal tanpa jangkar, sebagai seorang suami yang 'gagal' mempertahankan rumah tangganya sendiri.Bobby menyambut Rayyan dengan ramah di depan lift pribadi. "Selamat datang kembali, Boss." Pria muda itu melebarkan senyumnya."Nggak usah basa-basi kamu, Bob!" Rayyan mendengkus kecil. "Gimana perkembangan terakhir di kantor? Nggak kamu obrak-abrik, 'kan, perusahaan saya?" sindir Rayyan dengan wajah dinginnya."Ya elah si Boss. Tenang ajaa. Stabil, Boss. Tapi ada hal penting soal pernikahan Bos, nih!"Rayyan memicingkan mata."Pengadilan sudah menjadwalkan sidang mediasi tiga hari lagi. Terkait permohonan cerai dari pihak Boss." Bobby menat

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 164

    Pagi-pagi sekali di rumah Gilang masih terasa sunyi, hanya terdengar suara serangga dari pekarangan dan detak jarum jam di dinding ruang tengah itu. Setelah Nunung menyuguhkan teh hangat dan camilan pagi, Gilang duduk berhadapan dengan Harun dan Delia. Ia tahu percakapan ini tidak akan mudah.Harun menatap Gilang dengan sorot mata yang tenang, tetapi cukup dalam dan penuh makna. "Gilang, Abah mau bicara jujur sekarang ini. Sebagai orang tua, Abah harus menanyakan ini. Delia sedang mengandung anakmu. Apa yang akan kamu lakukan?"Gilang menggenggam cangkir teh di tangannya. Uapnya perlahan mengabur di udara, seperti pikirannya sendiri."Aku tahu, Bah. Aku ... belum bisa memberi jawaban pasti saat ini," ujarnya akhirnya. "Aku masih butuh waktu untuk berpikir. Tentang semuanya."Delia menunduk, jemari tangannya bertaut di pangkuan. Harun menarik napas dalam-dalam."Abah nggak akan memaksakan kalian untuk rujuk kembali. Tapi, Abah minta satu hal saja. Tanggung jawab. Bukan hanya sampai ana

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 163

    Suasana rumah Pak Toni sore itu tampak semarak, sebab beberapa kerabatnya cukup antusias menghadapi acara hari ini. Bobby duduk di ruang tamu, mengenakan batik maroon gelap, wajahnya terlihat gugup tapi penuh harap. Di sampingnya, ayah dan ibunya tersenyum bangga, ditemani beberapa kerabat dari luar kota.“Tenang, Bob. Nggak usah tegang kayak gitu,” bisik ibunya sambil menggenggam tangan Bobby."Iya, Ma. Aku cuma gugup." Bobby melirik ke sekeliling. Ruangan itu dipenuhi keluarga besar Toni. Beberapa orang di sekitar yang tidak ia kenal, duduk bersila di lantai beralaskan permadani. Tampak suguhan kue dan teh manis di hadapan. Akan tetapi, ada satu wajah yang sebenarnya ia harapkan untuk turut hadir—Rayyan. Meski demikian, itu hanyalah harapan kosong.“Eh, Mas Bob,” sapa suara berat dari balik bahu Bobby. Toni, si tuan rumah, sembari merapikan jasnya dan berdiri di hadapan Bobby dengan senyum setengah bingung. “Mana Pak Rayyan ya, Mas? Kata Mas Bobby sudah kabari tentang acara hari ini

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 162

    "Bob, saya ke Singapura besok," ujar Rayyan dengan wajah yang tampak kusut. "Loh, kok, mendadak gini, Bos? Acara lamaranku gimana?" Bobby tercengang dengan ucapan bosnya barusan. Ia tadi masih di kantor ketika Rayyan tiba-tiba memanggil dan menyuruhnya datang. "Sorry, saya nggak bisa hadir. Memang ini mendadak, Mr. Harold menyerahkan kerjasama bisnis kita ke Soni. Jadi, saya mesti segera membereskan semuanya.""Oh ... gitu?" lirih Bobby sembari menghela napas. Ia pikir Rayyan akan menyuruhnya turut serta, padahal acara lamarannya yang sudah disiapkan jauh-jauh hari tentu tidak bisa dibatalkan begitu saja. "Setelah kamu lamaran, tolong urus perceraian saya dengan Tari.""Apa?!" Bobby terbelalak mendengar kejutan lainnya.Rayyan menarik napas dalam-dalam dan mendongak ke atas, kemudian ia bangkit berdiri. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Saya sudah menjatuhkan talak ke dia. Jadi, kamu segera urus perceraian saya dengan pengacara. Saya juga nggak mau ribet untuk da

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 161

    Rayyan baru saja keluar dari lobby kantornya. Ia hendak menuju ke arah samping di mana tempat parkir mobilnya berada.Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara memanggilnya. "Pak Rayyan!"Kontan saja Rayyan menoleh ke belakang. Dahinya berkerut kencang ketika matanya melihat siapa yang datang. Dua orang itu berjalan mendekatinya. Yang lelaki tersenyum ke arah Rayyan, sementara wanita di sebelahnya hanya memasang wajah dingin di sana."Apa kabar, Pak Rayyan? Lama kita tidak bertemu," ucap lelaki yang bernama Soni itu sembari mengulurkan telapak tangan.Rayyan hanya melihat tangan itu tergantung di udara tanpa mau menyambutnya. Ia melihat ke kedua orang di depannya bergiliran. "Maaf, saya sedang buru-buru. Saya permisi dulu!" Lelaki tampan itu berbalik ke belakang."Rayy, tunggu dulu!" teriak sang wanita memanggil Rayyan.Mau tidak mau Rayyan menghentikan langkah kakinya sembari mendengkus pelan—kesal. Ia menoleh ke belakang kembali, kemudian Soni bersama istrinya mendekati."Saya minta w

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 160

    "Hmm, kalo itu saya nggak paham, Pak. Saya cuma disur–""Sudah, sudah! Kamu pergi sana! Makasih!" Rayyan memotong omongan sang Office Girl sebab ia sudah tahu lanjutan perkataannya. "I–iya. Baik, Pak. Permisi ...," sahut Hanifah gugup sembari mengangguk hormat, kemudian keluar dari ruangan bos besar perusahaan tempatnya bekerja itu. Di luar ia menghela napas panjang. Ia jarang bertemu dengan Rayyan, apalagi berbicara kepada bos besar itu. Dari wajahnya, ia tadinya sudah mengira kalau Rayyan orang yang jutek. Ternyata perkiraannya memang benar, sesuai dengan kenyataan yang ada.Selly hanya melirik singkat ke arah Hanifah yang menunduk dengan sorot takut di matanya. Sekretaris Rayyan itu berbisik di dalam hati, 'Untung bukan aku yang antar tas bekal tadi. Pasti abis dijudesin sama Pak Rayyan dia.'Rayyan membuka tas bekal di hadapannya. Bibir pria itu tampak tersenyum hangat melihat makanan buatan sang istri tercinta. "Hmm, aku tadi lupa bawa. Kamu malah kirimkan ke sini, Sayang .... K

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 159

    "Gimana? Abang bilang mau menebus semua, 'kan?! Mau Abang melepas dia buat aku?!" cecar Gilang kepada Rayyan yang tampak terdiam. Lestari masih melihat dan menanti jawaban sang suami. 'Ya Allah ... pertanyaan apa itu? Kenapa kamu ragu untuk menolaknya, Mas?' Degup jantung wanita itu semakin berkejaran tak menentu. "Apa hanya dengan cara itu Abang bisa menebus semuanya buat kamu?" Rayyan mengangkat pandangan dan menatap ke arah sang adik dengan sorot yang begitu pelas. "Ya! Tentu aja!" Entah apa yang ada di benak Gilang, ia seakan sangat bernafsu untuk menantang tatapan kakaknya. Bulir bening menggelantung di pelupuk mata Lestari mendengar pertanyaan suaminya. 'Mengapa kamu nggak langsung tolak aja, Mas!' Batin wanita itu berteriak dan merasa gemas. "Baik!" 'Hhh?!' Kedua bola mata Lestari melebar sempurna ketika mendengar jawaban dari Rayyan. Air matanya mengalir dan tumpah, semakin lama semakin deras mengalir di kedua pipinya. Degup jantung Lestari yang sejak tadi berd

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status