Bagi Vincent, udara di luar mansion Laurent terasa jauh lebih segar — seperti keluar dari ruangan penuh asap dan masuk ke taman yang baru disiram hujan. Ia menarik napas panjang, membiarkannya memenuhi paru-paru, lalu tersenyum tipis. Tangannya masuk ke saku celana, tatapannya terarah sebentar ke langit biru pucat, sebelum ia berbicara pelan, nyaris hanya terdengar oleh Thorne yang berdiri di sisinya.“Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku, Thorne. Membuat keluarga Laurent sibuk membenci mereka yang bahkan tak pernah menyentuh Bella.”Thorne melirik sekilas. “Kelompok mana yang akan kita jadikan kambing hitam, Tuan?”Vincent tersenyum samar. “Marcelli Syndicate. Mereka punya reputasi yang cukup kejam di dunia bawah, dan—” ia berhenti sebentar, “—yang terpenting, mereka benci jika ada orang luar mengusik nama mereka. Sekali kita buat bukti yang mengarah ke mereka, keluarga Laurent akan menyalakan perang. Dan perang itu… tidak akan berhenti sebelum salah satunya musnah.”Thorne mengan
Kael duduk di tepi kasurnya, lampu kamar redup, hanya cahaya dari layar ponsel yang menerangi wajahnya. Ia membuka pesan Vale yang sudah masuk sejak satu jam lalu."Data yang Anda minta, Yang Mulia."Satu dokumen PDF terbuka. Foto Vincent terpampang di halaman pertama—tampilan rapi, senyum percaya diri, seolah pria itu adalah definisi kesuksesan modern.Nama: Vincent Albrecht.Usia: 28 tahun.Latar Belakang: Lahir dari keluarga sederhana di pinggiran kota kecil, ayahnya supir taksi, ibunya kasir minimarket. Tidak ada koneksi politik, tidak ada warisan.Prestasi: Dalam lima tahun, di usianya yang saat itu baru 24 tahun, berhasil membangun kerajaan bisnis multi-miliar dolar, mendominasi sektor energi, properti, dan teknologi.Kael menggeser halaman. Prestasi itu hanya permukaan. Di bawah catatan resmi, ada data yang tidak pernah dipublikasikan: jalur perdagangan senjata api ilegal lintas negara, jaringan gelap pemasok organ manusia, dan kontrak bayangan dengan kelompok-kelompok bersenja
Udara malam di luar Albrecht Tower terasa menusuk kulit, tapi itu tidak berpengaruh pada Kael.Langkahnya mantap, tidak terburu-buru, tapi setiap gerakan menyiratkan keyakinan penuh bahwa ia sedang dalam medan pertempuran.Begitu sampai di trotoar, ia merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel, dan menekan satu nomor yang akhir-akhir ini mulai sering ia hubungi. Sambungan hanya berdering sekali sebelum suara berat menyahut.“Ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia Penguasa Sekte Naga Langit?"Kael langsung menjawab dengan ekspresi serius, “Maaf karena terus merepotkanmu akhir-akhir ini, Vale. Tapi, ini penting. Vincent Albrecht. Gali semua yang bisa kau temukan tentang dia. Jangan lewatkan hal sekecil apa pun—urusan bisnis, kontak politik, sampai rahasia di bawah meja. Aku ingin tahu siapa sebenarnya orang ini."Diam sejenak. Vale sekarang menyadari bahwa informasi yang dia berikan tidak cukup untuk membuat Kael menghancurkan Vincent.Sepertinya, Vincent ini licik dan manipulatif.Vale
Keheningan menjalar begitu panjang hingga waktu terasa seolah membeku.Kael tidak merespons. Tidak menatap siapa pun. Bahkan napasnya pun begitu tenang, terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja kehilangan nyawa seorang kerabat—dan lebih dari itu, baru saja dipermainkan.Dia berdiri di sana, seperti patung yang tidak bernyawa. Namun, suasana di sekelilingnya masih begitu padat, begitu mencekik.Thorne melirik jam tangannya, lalu menatap Vincent seakan ingin bertanya—apakah mereka akan melakukan sesuatu? Tapi Vincent hanya mengangkat tangannya, memberi isyarat agar tidak ada satu pun yang bergerak. Ia tahu… kesalahan sekecil apa pun bisa jadi bencana dalam radius lima meter dari pria itu.Kael tetap tak bersuara.Napas orang-orang yang ada di lobi terasa terlalu nyaring di telinga. Detak jarum jam pun terdengar seperti dentuman palu godam di ruang sidang yang menanti vonis.Lima detik.Sepuluh detik.Tiga puluh detik.Satu menit.Masih diam.Dan akhirnya…Kael menarik napas perlaha
Setengah jam berikutnya, ponsel Kael bergetar pelan di dalam sakunya. Getaran kecil—namun membawa beban besar.Satu pesan masuk, dengan label “PRIORITAS 9 – Tingkat Emas”.Dari: Grand Elder Vale."Rekaman CCTV dari area sekitar lokasi ditemukan. Sebagian besar telah dihapus secara profesional, tapi berhasil kami pulihkan melalui sistem pemantauan regional. Dalam rekaman, terlihat enam pria bertopeng membawa mobil Bella ke TKP, dan menghancurkannya di sana. Melihat Bella tidak melakukan apa pun selama prosesnya, ini menunjukkan bahwa dia telah tewas sebelumnya. Mereka sangat terlatih—gerakan militer dan sangat efisien. Kami menelusuri ciri khas fisik dan pola gerakan mereka. Salah satu dari mereka adalah mantan tentara bayaran yang kini bekerja di bawah Thorne; asisten pribadi Vincent. Ujung rantai membawa kita pada Vincent Albrecht. Dana operasional tim itu dilacak berasal dari salah satu rekening perusahaannya."Kael menutup pesan itu pelan, lalu berdiri lebih tegak.Sebuah bayangan
Rumah Sakit Kota Elmridge – Pukul 22.46Ruang identifikasi jenazah selalu sunyi dan dingin. Cahaya lampu neon menyinari dinding-dinding steril yang tak menyisakan kehangatan. Di dalam ruangan itu, aroma disinfektan bercampur samar dengan bau kematian yang tak pernah benar-benar hilang.Petugas forensik berdiri di samping meja logam yang telah tertutup kain putih. Tatapannya datar, netral, seperti sudah terlalu sering melihat duka manusia. Di belakangnya, dua polisi berjaga—wajah mereka tegang, bersiap untuk menghadapi reaksi apapun dari keluarga yang akan masuk.Pintu kemudian terbuka perlahan.Hector melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Grace, Mariana, dan terakhir Agatha. Tidak ada satu pun dari mereka yang bicara.Petugas memandang mereka sejenak, lalu bertanya dengan suara pelan.“Apakah Anda siap?”Tidak ada jawaban.Petugas itu menarik kain putih dengan satu gerakan halus.Dan di situlah Bella, terbujur kaku. Wajahnya pucat, bibirnya membiru. Ada luka memanjang di pelipis, d